Katie duduk di bak mandi dikelilingi dengan gelembung-gelembung sabun. Airnya hangat dan membuat gadis kecil itu merasa nyaman. Sylvia telah menyuruh seorang pelayan manusia yang bernama Daisy yang berumur 40-an untuk mengurus Katie dan segala keperluannya. Pipi Katie memerah ketika wanita itu melingkarkan sehelai handuk di tubuhnya ketika dia melangkah keluar dari bak mandi. Katie tidak pernah diperlakukan seperti itu oleh orang yang tidak dikenalnya dan dia merasa tidak nyaman. Dia bahkan mengeluhkan kepada Sylvia bahwa dia tidak membutuhkan bantuan tetapi teman barunya tetap saja memaksa.
Hanya Daisy dan Katie yang berada di dalam ruangan ketika mereka melangkah keluar dari kamar mandi. Ruangannya sangat elegan dengan cahaya lembut yang dipancarkan oleh lampu di dalam ruangan.
"Aku akan mengambil handuk yang lain sementara kau mengganti pakaian," Daisy kembali ke dalam kamar mandi sementara Katie mengambil baju tidur berwarna putih yang telah disediakan di atas tempat tidur.
Rambutnya yang basah menjatuhkan tetesan air di ujung helai rambutnya. Daisy mengambil sebuah handuk dan menggosok rambut Katie dengan lembut, sambil memastikan bahwa dia tidak melukai gadis kecil itu. Daisy sebenarnya terkejut ketika Sylvia mengantar gadis itu kepadanya, dan diminta untuk mengurus segala keperluan anak itu sampai di hal yang paling kecil sekalipun. Masalahnya bukan tentang mengurus seorang gadis kecil tetapi tentang gadis kecil yang ditemuinya adalah seorang manusia. Tuan Alexander memperlakukan gadis kecil itu sebagai tamu pastilah suatu candaan, tetapi Sylvia benar-benar serius tentang hal ini.
Dia menatap gadis kecil itu yang duduk di atas tempat tidur tanpa satu katapun ketika dia mengeringkan rambut hitamnya. Dia tidak dapat menolak fakta bahwa gadis kecil itu sangat manis dengan mata coklatnya yang besar dan pancaran keluguannya.
Dia bertanya dalam hatinya mengapa Tuannya membawa gadis kecil itu pulang; tentu saja, dia telah mendengar berita tentang sebuah desa yang telah diserang dan bisa saja mengirimkan gadis kecil itu ke panti asuhan. Sangatlah tidak masuk di akal bahwa tuannya melakukan hal itu kecuali dia sedang kerasukan, tetapi mungkin saja dia membutuhkan darah gadis kecil itu. Ada gosip bahwa darah manusia yang lebih muda mempunyai rasa yang lebih manis daripada manusia dewasa. Harapannya, bahwa tuannya tidak akan melakukan hal itu pada gadis kecil ini.
"Mm, aku akan melakukan sisanya," Daisy tersenyum ketika mendengar suara gadis kecil itu.
"Tidak apa, sayangku. Rambutmu hampir selesai dikeringkan, apa kau mau rambutmu dikepang?" Daisy bertanya dan gadis kecil itu menjawab dengan anggukan. "Aku akan menyelesaikan rambutmu dan setelahnya kita akan makan malam, oke?"
"Terima kasih, Daisy," Katie berterima kasih kepada wanita itu yang telah mengatur rambutnya dengan indah.
"Tentu saja, sayangku" Wanita itu menjawab dan mereka berjalan keluar dari ruangan.
Ketika Katie memasuki ruangan makan, makan malam sedang dipersiapkan dan dia merasa gugup ketika melihat wajah-wajah yang baru saja dilihatnya. Ruangan tiba-tiba menjadi sunyi ketika mereka menyadari kehadirannya. Dia melihat ke arah Sylvia yang tersenyum kepadanya dan memanggilnya untuk datang kepadanya tetapi dia ragu untuk melangkah. Tuan Alexander duduk di ujung meja dan memandanginya sepintas lalu sebelum melanjutkan pembicaraannya dengan seorang pria yang duduk dekatnya.
"Putri Katie, kau di sini!" Dia mendengar suara seseorang. Dia menoleh dan melihat seorang pria yang ditemuinya beberapa jam sebelumnya. Dia ingat bahwa pria itu memperkenalkan dirinya sebagai Elliot. Mengapa dia memanggilnya Putri? Dia tahu bahwa dia bukanlah seorang putri.
Elliot beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Katie, dia menggenggam tangan kecilnya dan membawanya melintasi ruangan dan mendudukannya dekat dengan tempat dia duduk. Elliot adalah orang ketiga dalam kerajaan dan juga dikenal sebagai tangan kanan dari tuan Alexander. Perawakannya yang tinggi dengan rambut coklat bergelombang.
"Maksudmu manusia? Aku tidak diberi tahu bahwa seorang manusia akan ikut makan malam dengan kita," seorang wanita berbicara dari sisi lain meja makan. Rambut panjangnya berwarna pirang dan disisir dengan rapi di satu sisi, dengan bibirnya berwarna merah menyala bicara kepada Elliot dengan suara yang arogan/sinis.
"Maafkan saya, nona," Elliot membungkuk dengan dramatis dan mendorong kursinya, "Semuanya, perkenalkan ini adalah Katherine yang adalah seorang tamu penting. Dia akan tinggal di sini untuk;"
"Apa maksudnya dengan tinggal di sini?" salah satu vampir menyela.
"Dan tamu? Kau pasti bercanda," wanita sebelumnya bicara dengan nada mencemooh diikuti dengan suara terkekeh. Tidak lama kemudian bisikan terdengar di ruangan tersebut dan tiba-tiba suara pecahan gelas terdengar. Ketika semuanya sadar siapa yang melakukan hal tersebut, semuanya langsung terdiam.
Alexander berdiri dari tempat duduknya, melihat ke sekeliling ruangan setelah dia mendapatkan perhatian semua orang. Dia memandang ke arah gadis kecil yang matanya terpaku di atas piring di depannya, kelihatannya lebih gugup sebelum dia memasuki ruangan.
"Seperti yang dikatakan Elliot, Katherine akan tinggal di sini dan akan lebih baik lagi jika setiap orang tidak menyentuhnya ataupun menghisap darahnya. Apakah sudah jelas?" Alexander bertanya kepada semua orang di dalam ruangan.
"Tapi tuanku, dia seorang manusia. Benar kita mempunyai hubungan baik dengan manusia tapi yang satu ini-" Wanita tadi membuka mulutnya.
"Apa kau mempertanyakan keputusanku, Gisele?" Alexander bertanya dengan nada suaranya menjadi dingin, dia menantang wanita itu untuk menyangkal kata-katanya.
"Tidak, tuanku," dia bergumam sambil menundukan kepala sambil melemparkan tatapan yang tajam ke arah Katie yang membuatnya tersentak.
Gisele tidak mengerti mengapa manusia rendahan diijinkan untuk makan malam dengan mereka. Apakah karena gadis itu masih sangat muda dan belum mencapai umur yang sepantasnya sehingga tuannya ingin mengganggunya? Tidak, itu tidaklah benar, dia adalah satu-satunya wanita yang diinginkan tuannya, tetapi terjadi perubahan. Dia harus menyingkirkan masalah sebelum masalah itu menjadi lebih rumit.