Ketika sensasi dingin dari es teh bubble menghantam, seketika itu juga dirinya tersadar ada air mata yang jatuh membasahi wajahnya. Matanya melihat ke arah sekeliling namun sayang bayangan laki-laki itu sudah tidak ada hanya meninggalkan sebuah kenangan.
Dia sendirian, seperti biasanya, mengambil jalan yang biasa mereka lewati untuk kesekian kali sampai tak terhitung jumlahnya, mengunjungi toko-toko yang menyambut kedatangannya dan menanyakan keberadaan dari teman laki-lakinya.
Dia terjebak dalam kenangan nostalgia .
Aku merindukanmu, Chen.
——
Tanpa ia sadari, seseorang telah mengawasinya dari setiap sudut ke sudut kota yang ia datangi. Huo Li telah menguntit gadis itu sepanjang hari. Menjelang senja dia kembali ke Thunderbolt Corp., dengan setumpuk catatan di tangannya yang sebenarnya sangat enggan dia tulis. Dia menyerahkan catatan dan laporannya, "Kakak Huo, ini adalah rute yang dia ambil hari ini. Dia pergi ke Universitas C, rupanya dia adalah alumni mahasiswi di sana. Dia mengunjungi beberapa toko tetapi kunjungannya hanya sebentar."
Demi Tuhan, ini adalah investigasi paling membosankan dan melelahkan yang pernah saya lakukan! Puncak tertinggi dari penghinaan terhadap karier saya! UGH!
Huo Yunting membaca catatannya di mulai dari waktu, tempat, umumnya perilaku 5W1H ,apa,siapa,dimana, kapan dan bagaimana, tak lupa ia pun mencatat mengenai perilaku Lu sendiri dan bahkan ekspresinya. Itu semua lebih lengkap dibandingkan dengan sebuah novel romantis.
Singkatnya, dia memasuki sejumlah toko namun tidak bertahan lama di sana, sementara ekspresi wajahnya tampak sangat menyedihkan. Berdasarkan petunjuk yang diberikan ini, Huo sangat yakin bahwa Lu kehilangan seseorang!
Dan seseorang itu ...
Sepatah kata terlintas di benaknya segera.
Chen.
Dengan cepat Huo Yunting menghancurkan seluruh laporan tersebut dan membuangnya ke tempat sampah.
Apakah dia mengajukan cuti satu harinya hanya untuk memikirkan pria lain? Apa dia juga lupa bahwa dia telah memiliki seorang suami yang kebetulan juga adalah atasannya?
Api kemarahan mulai muncul dari dalam hatinya, seperti air yang sedang mendidih.
Huo Li mulai menjauh dari erupsi gunung berapi untuk kedua kalinya, "Kak-Kakak Huo, saya pikir kita bisa mengabarinya sehari dan sekarang ..."
"Terima kasih, Kapten atas penjelasannya!" Dengan cepat ia melompat dari atas kursinya, mengambil mantelnya dan segera bergegas keluar dari kantor.
Malam ini aku harus tahu siapa sesungguhnya Chen ini! Aku akan tanyakan hal ini padanya, dan sebaiknya dia mengatakannya padakku!
"Oke ..." Huo Li mengangkat bahunya, persoalan dunia dan perilaku seorang istri semakin membingungkan dirinya.
Hari demi hari kondisi Huo sangat memprihatinkan ia telah bertindak seperti orang gila yang sedang terjangkit bipolar.
Hujan menyelimuti seluruh kota, dan air mulai membasahi jendela kantornya. Hujan turun menjadi semakin deras disertai dengan angin yang kencang. Pepohonan pun seolah olah terlihat gemetar dan ketakutan seperti perasaan wanita yang sedang tertekan, oleh kemarahan seorang suami yang seperti badai.
Huo Yunting duduk di meja makan, dengan tatapannya yang kosong terlihat asap masakan mengepul terpantul matanya. Dia sedang tidak berselera untuk makan. Tangannya tak bisa berhenti memilin lap serbet sambil melihat ke arah beranda untuk menunggunya lebih lama lagi.
Sekarang sedang hujan lebat dan sampai saat ini dia belum juga pulang untuk makan malam?
Pintunya terbuka.
"Fiuh."
Akhirnya Lu kembali ke rumah, dengan wajah lesu ia menarik sepatunya dengan punggungnya yang menyusut masuk melalui celah kecil yang dibukanya. Hujan mengguyur melalui celah dan membasahi lantai.
Dia benar-benar dalam keadaan basah kuyup pada saat itu. Gaun yang ia kenakan terlihat jelas melekat pada tubuhnya dan menimbulkan bayangan tipis, sementara tangan yang satunya memegang satu bungkusan. Rambutnya yang acak-acakan dibiarkan tergerai di telinga dan pundaknya sementara ia mengeringkan air dari tubuhnya.
Huo Yunting meninggalkan meja dan berlari ke arahnya. Dia menatap pria itu dengan mata berair sebelum dia lari secepat kilat seperti seekor kelinci yang berlari ketakutan menuju ke sarangnya.
"Kamu makan saja duluan. Aku ingin mandi dulu."
Tentu saja, Huo Yunting bukanlah tuan rumah yang baik hati dan pengertian yang mau mendengarkan apa yang di inginkan oleh orang yang dicintainya. Lu bisa segera mendengar langkah kaki berlari mengejarnya. Wajahnya mulai terlihat cerah saat dia segera bergegas ke kamar mandi dan mulai menyalakan keran.
Air panas mengguyur tubuhnya yang sudah membeku. Otot-ototnya menjadi kendur namun jantungnyanya masih terasa kencang.
Dia menutup matanya dan mendengarkan irama air yang menetes, kembali teringat dan memikirkan hal-hal yang terjadi pada hari ini dan—tiba tiba ia mendengar suara pintu dibanting terbuka.
Dia menjadi takut, dia pikir iblis ini akan menyerah dan tidak akan mengganggunya di saat ia berhasil memanjakan dirinya dalam keheningan, tapi suara keras ini menyebabkan dia untuk mundur beberapa langkah.
"Kamu pikir apa yang sedang kamu lakukan? Aku sedang mandi sekarang! Kita bicara nanti saja !!"
"Apakah kamu lupa motto kita?" Kata Huo Yunting sambil berjalan menuju pancuran, membuka kancing dengan irama yang sangat ekspresif. Dia tersenyum, "Kita harus menyelamatkan air, menyelamatkan bumi dan menyelamatkan Ibu Pertiwimu" Huo, monster bermata hijau itu melangkah di depannya.
Dia membuang bajunya sebelum masuk kedalam ke kamar mandi.
"Tolong berhenti!" Dia menjerit.
Tolong ... saya tidak bisa melakukan ini, tidak pada hari kematian Chen ...