Lu Zhaoyang mendesis, tubuhnya menegang; matanya membesar, hampir menyembul keluar.
Huo Yunting menguap, sambil menggosokkan wajahnya setelah ia mendengar suara perempuan itu membangunkannya , dengan ekspresi wajahnya yang sedikit kesal.
Ada apa sih ... sih ... sih ... sih ... sih ...
Aku masih ... lelah ...
Zzzz ....
Kemudian ia tutup matanya kembali! Lu, menjadi semakin panik, menggigit lengannya yang sedang merangkul dirinya - dengan cara apapun, pria ini harus bangun!
Ouch!
Huo segera terbangun dan berlari dari tempat tidurnya sementara itu dengan cepat Lu mengangkat seluruh selimut untuk menutupi seluruh ranjang.
"Huo Yunting! Kamu harus pergi! M-m-m-melalui jendela!" Dengan perasaan gugup dan terbata-bata seketika ia mendapatkan ide. Kemudian ia mendorongnya untuk segera beranjak dari atas tempat tidur, "Cepat!" Suaminya hampir saja tertangkap basah dengan lamban ia menyeret beberapa langkah kakinya sambil menoleh ke arahnya, dia pun tersenyum,kemudian mencium pipi wanita ini. Hanya dengan mengenakan sepotong celana boxer ketat ia berjalan melenggang ke arah jendela dan tidak sedikit pun terpancar perasaan cemas dalam dirinya.
Lu memeriksa lantai di sekitar tempat tidurnya – ternyata pakaian Huo masih berada di sana.
SANGAT membantu sekali! Huo Yunting!
Dengan cepat ia segera memungutnya dan membungkusnya dengan selimut sebelum dia membaringkan diri lagi di atas tempat tidur, berpura-pura sepertinya ia masih dalam keadaan mengantuk .
"Yang Yang sayang, apakah kau masih tidur? Kenapa tidurmu lama sekali hari ini?" Suara Nyonya Xue terdengar nyaring dan merasa kebingungan sementara Huo Yunting sedang asik berdiri di dekat jendela, menikmati matahari pagi yang mulai meninggi.
AYO!!!!
Lu hampir saja merasakan jantungnya meledak.
"Oh! Selamat pagi, Ibu! Aku sudah bangun kok. Jangan khawatir!" Dia segera menjawab dari dalam kamar, sambil menatap marah kepada seorang pria apatis yang sedang berdiri di dekat jendela.
"Baiklah, ibu akan masuk kedalam ..." Gagang pintu diputar. Konsentrasi Lu terpecah ia mengalihkan pandangannya diantara pintu dan jendela secepat kilat, dan akhirnya pintu dibuka!
Huo?
Dia sudah menghilang melalui jendela yang telah terbuka.
"Fiuh ..." Lu merasa lega, walaupun masih tersisa barang miliknya yang tertinggal dibawah selimutnya seperti celana dan kemejanya yang kebesaran. Dengan cepat ia menjatuhkan dirinya di atas tumpukkan pakaiannya itu, dengan punggung menghadap ke pintu, seketika itu juga ia mendengar suara sandal mendekat seperti sedang menggosokkan alasnya di karpet.
"Ah, Sayang, kamu sudah dewasa sekarang dan masih belum bisa merapihkan tempat tidurmu," kata Nyonya Xue dengan senyumnya yang tulus ketika dia menatap putrinya yang ia anggap masih menjadi gadis kecilnya yang telah ia besarkan selama bertahun-tahun.
"Ini disebut tidur cantik dan ibu, kau harus mencobanya juga. Apakah kau tidur nyenyak semalam? kau masih memikirkan ucapannya." Lu mencoba menasihati ibunya, walau ia tetap tidak berani berkutik untuk mengangkat tubuhnya satu inci pun dari atas tempat tidur.
Pakaian Huo terasa seperti api, sedikit demi sedikit menimbulkan rasa was-was. Dan benda itupun terasa lengket seolah olah ia sedang terjebak pada perangkap lem.
"Tidak apa-apa, Sayang. Aku kenal Yunting dengan baik. Aku sudah terbiasa dengan kata-katanya."
Walaupun terkadang ibu masih merasa sedih. Dia berusaha keras untuk dapat menyesuaikan diri, tetapi Yunting tidak pernah memperdulikannya.
Nenek Huo telah kembali, dia bersikap sangat netral, tidak terlalu membenciku, namun, bukan berarti dia juga menyukaiku.
"Jangan khawatir, Bu. Itu hanya karena sesuatu yang telah terjadi pada ibunya. Aku yakin kedepannya semua akan menjadi lebih baik."
"Mhm, iya, sayang kamu harus bangun dari tempat tidur secepatnya ya. Neneknya sudah berada di bawah dan dia sedang menikmati minum teh sekarang."
Itu sebabnya dia datang untuk membangunkan anak gadisnya. Kalau tidak, tentu saja dia tidak akan keberatan jika putrinya masih meneruskan tidur cantiknya.
"Baiklah, Bu. Kamu bicara dululah dengannya, aku akan ke sana sebentar lagi."
"Aku tidak akan lama~" Ibunya mengangguk dan keluar dari kamarnya.
Lu segera bangun dan membersihkan dirinya dengan sangat cepat. Dia berjalan jinjit keluar dari kamar dengan membawa pakaian Huo di pelukannya. Sesampainya disana segera ia buang pakaian tersebut ke lantai dan mulai beranjak turun kebawah, dan perasaannya pun menjadi lega.
Tiba di ruang tamu lantai bawah, merasa penasaran ia mulai mencari keberadaan Huo Yunting apakah ia ada di sana, dan ternyata pria ini sedang asik mengobrol riang dengan neneknya. Dia tidak yakin apa yang sedang mereka bicarakan, tapi sepertinya sesuatu hal yang menyenangkan sehingga membuat Nenek Huo tertawa terbahak-bahak berulang kali.
Lu tahu, betapa Huo sangat mencintai neneknya.
Nenek Huo adalah sosok yang sangat baik hatinya. Dia tidak pernah memaksa cucunya untuk bisa menerima dan menyukai Nyonya Xue. Dia hanya meminta, dan menyarankan, agar dia bisa bersikap netral seperti dirinya dan mencoba bersikap ramah tanpa melontarkan kata-kata yang menyakitkan kepada Nyonya Xue - "Bagaimanapun juga, sopan santun merupakan hal yang paling dasar dalam hidup bersosial" katanya.
Namun semua itu adalah suatu tantangan baginya ...
Akhirnya keluarga besar itu menikmati sarapan paginya, terdiri dari lima orang anggota keluarga, Yunting dan Lu, ayahnya dan Nyonya Xue serta Nenek Huo. Aroma bacon panggang tercium semerbak ketika bunyi suara sumpit logam bergema di meja makan yang tenang. Ada beberapa percakapan singkat yang berubah menjadi sesuatu hal yang membuat suasana menjadi tidak nyaman. Satu demi satu, para anggota keluarga meninggalkan meja dengan memberikan salam dan para pelayan segera membereskan peralatan makan mereka.
Lu adalah orang terakhir yang tersisa, dia menghabiskan sisa roti panggangnya dan mulai berjalan santai di sekitar rumah yang sangat luas milik keluarga Huo.
Dia menjelajahi koridor, melewati satu kamar ke kamar lainnya, dan menamai mereka sesuai dengan ingatannya.
Kamar aku ... kamar Huo Yunting ... dan ...
Hmm ...
Tetiba dia terhenyak. Ada sebuah ruangan yang membuat langkahnya terhenti.
Dia tidak pernah ingat siapa yang menempati ruangan ini sebelumnya.
Karena merasa penasaran, ia meraih gagang pintu tersebut dan segera membukanya sambil menarik nafas panjang.
Itu adalah sebuah kamar tidur, sangat bersih dan rapi. Benar-benar bersih, seingatnya tidak pernah ada satu orangpun yang menempati kamar itu.
Tampak seperti sebuah kamar tamu.
Tapi kenapa kamar ini begitu sangat terlewatkan, setidaknya di lantai ini.
Akhirnya ia masuk ke dalam ruangan tersebut.
Memang kamar yang aneh.