Lu Zhaoyang bisa merasakan Huo marah dalam nada bicaranya.
Apakah dia benar-benar marah?
Demi Tuhan, aku sudah berterima kasih padamu dan kamu menjadi marah? Mengapa? Bagaimana bisa? Apakah kamu suka dimarahi oleh banyak orang?
Dia mendengus, lalu tidur.
Di dalam pelukan pria itu, dia tidak bisa menahan diri untuk meringkuk ketika kesadarannya perlahan-lahan menghilang dan akhirnya tertidur. Lu tidak menyadari bahwa Huo diam-diam tersenyum.
——
Akhirnya, keesokan paginya, Presiden Direktur Huo masih mempunyai jadwal untuk pertemuan bisnis bersama dengan Sekretaris Lu. Yah, dia harus ada di pertemuan itu karena dia adalah satu-satunya bawahan yang menangani seluruh kasus sebelumnya, tidak ada yang bisa mengikuti saat itu untuk menggantikannya.
Mereka sampai di lapangan golf yang terlihat mewah, Lu mengikuti Presiden Direktur Huo berpindah dari permainan lubang satu ke lubang lainnya. Lu tampak seperti perempuan pendamping golf yang patuh meskipun mengenakan pakaian formal kantor.
Setelah sekitar dua jam berlalu, dua pengusaha sukses telah selesai mendiskusikan proyek mereka yang akan datang.
Lu diam sepanjang waktu, hanya mendengarkan. Matahari cukup terik, menyilaukan matanya dan membuat kepalanya sedikit pusing karena kepanasan.
Huo dengan kacamata hitamnya terlihat seperti peran protagonis dari film romantic yang sedang populer "Crazy Rich Asian", terutama ketika memandangi sekretarisnya yang terlihat sangat seksi ketika berkeringat. Lu terlihat kepanasan, dan akhirnya Huo memutuskan untuk tidak melanjutkan permainannya dan menghampiri Lu.
Mitra bisnisnya, Presiden Direktur Du membuntuti langkahnya.
"Saya mendengar Tuan Huo memiliki 12 sekretaris di kantor, tapi sepertinya Anda membawa sekretaris yang pendiam hari ini. Apakah dia tidak mampu berbicara, bisu?" Presiden Direktur Du menggoda Huo, sambil sekilas mengamati Lu dengan senyum nakal.
"Oh wow, jika seseorang diam menurut Anda berarti cacat bicara, lalu apakah Anda seorang Presiden Direktur memiliki cacat kesuburan karena Anda tidak punya anak?" lempar Huo dengan canda bernada sindiran, menunjukkan senyum khasnya.
"Oh, Presiden Huo si Ahli debat, jangan gampang tersinggung. Aku hanya bercanda, aku tidak bermaksud menghina sekretarismu yang cantik itu."
Presiden Direktur Du tentu saja tak menyangka bahwa Presiden Direktur Huo akan membalas leluconnya. Dia tidak pernah membayangkan Presiden Huo begitu protektif terhadap stafnya sehingga membuat dia merasa dipermalukan.
"Saya tahu. Bahkan saya hampir mengira Anda memiliki cacat lahir atau semacamnya," jawab Huo mengerutkan bibirnya dan melemparkan tongkat golfnya kepada Caddy Boy, kemudian bertepuk tangan, "Seringkali orang mengucapkan kata-kata yang memang menunjukkan identitas mereka yang sebenarnya. Jelas sekali bahwa Presiden Direktur Du sepertinya tidak menyadari siapa dirinya. Omong-omong, mengenai bisnis yang sudah kita diskusikan, sepertinya saya masih perlu mempertimbangkannya kembali. "
"..."
Berdasarkan pengalaman Lu dengan Huo, Presiden Du ini sudah "skak mat".
Meskipun Lu merasa sedikit tersanjung dengan cara Huo membalas lelucon sarkas Presiden Direktur Du, proyek itu jelas merupakan kesempatan baik bagi Perusahaan Thunderbolt, seharusnya tidak ada alasan bagi Huo untuk menolak tawaran itu dengan cara konyol seperti ini.
Apa sebenarnya yang dia inginkan?
"Ba-baiklah.. apa pun yang dikatakan tuan muda, tolong pertimbangkan tawarannya! Sudah hampir waktunya makan siang, sampai jumpa di hotel, saya telah memesan restoran dengan pemandangan terbaik di hotel ini," Presiden Direktur Du mengundang Huo Yunting dan sekretarisnya dengan mengerahkan telapak tangannya ke arah restoran.
"Tidak apa-apa, pertahankan sikap ramahmu. Saya masih menginginkan klub untuk anak-anak di tahun-tahun mendatang," kata Presiden Huo menoleh mukanya berseri-seri kepada Lu yang sedang menunduk.
"Klub" anak-anak?
Apa yang dia maksud?
Baik Presiden Direktur Du dan Lu sama merenggutkan dahi.
Lu menyimpulkan sesuatu, kemudian memutar bola matanya dengan cepat.
Yah, biarkanlah siapa pun yang ingin menjadi "mainan" untuk memuaskan keinginannya.
Selama aku bukan satu-satunya orang yang tidur dengannya.
Presiden Direktur Du merasa sangat menyesal atas leluconnya yang konyol, balasan sindiran Huo membuatnya merasa bersalah. Dia masih tidak percaya kalimat sederhana yang dia lontarkan bisa membuat Huo tersinggung.
"Presiden Direktur Huo, juga kepada sekretarismu yang cantik, aku sangat tidak memperhatikan kata-kataku tadi, tolong jangan pedulikan apa yang baru saja aku ucap! Nyonya, maukah Anda memaafkan saya?"
Lu si sekretaris adalah satu-satunya harapannya untuk menyelamatkan wajahnya, bagaimanapun juga perempuan mempunyai sisi lembut untuk merayu laki-laki.
Lu menghentikan langkahnya, Huo pun ikut berhenti melangkah mengikuti Lu. Matanya menyipit, mengantisipasi jawaban apa yang akan keluar dari mulut Lu.
Yah ... Huo sudah membelaku, jika aku memaafkanmu dengan mudah, itu akan sia-sia dan ... dia pasti tidak suka dengan apa yang akan aku lakukan...