Mendengar itu raut wajah Xi Mushan berubah. Pandangan matanya seolah buyar.
"Sering kali ketika sesuatu terjadi, kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Sampai kapanpun kau tak akan bisa menimbun retakan itu. Kurasa aku sekarang ya, begitu," ratap Xi Mushan, merasa begitu kesepian.
"Mereka berdua itu hatinya murni, hanya saja sudah dari sananya kalau bersikap tak acuh begitu. Aku ingat sekali pernah kuungkapkan cintaku padanya, tapi siapa sangka…? Biasanya banyak hal mengubah maksud awal, membelokkan hati, tapi hampir tidak pernah sebaliknya. Benar-benar takdir, ya," katanya lagi. Kepahitan dalamnya tak tergambarkan, begitu lemah di hadapan menantunya.
Sulit untuk membayangkan Sang Walikota yang berkuasa dalam dunia politik dapat bermasalah dalam percintaannya.
Semua hal di dunia ini tak terlepas dari yang namanya cinta, dan mereka berduapun termasuk. Ya, korban cinta.