Chapter 34 - Tirani Mu Yuchen

Xi Xiaye terdiam. Mata bening Xiaye yang tadinya menatap Mu Yuchen berangsur berubah menjadi tatapan kebingungan. Tatapan Mu Yuchen yang bisa melihat semuanya dapat dengan cepat menangkap perasaan campur aduk yang Xi Xiaye rasakan.

Terkejut...

Tak berdaya...

Bahkan ada sedikit kegundahan..

"Kenapa kau diam saja?"

Ketika Mu Yuchen melihat Xiaye diam beberapa saat, Mu Yuchen tersenyum. Nada suaranya bergema dan tak terbantahkan. "Jika kau tidak akan mengatakan apa-apa, maka aku akan menganggap kau setuju dengan ideku ini."

"Aku..."

Suara Yuchen menyadarkan lamunan Xiaye. Saat Xiaye hendak mengatakan sesuatu, Mu Yuchen menghentikannya. Matanya yang dalam memandang Xi Xiaye dengan tatapan yang membuat Xi Xiaye tidak mampu mengelak lagi.

"Aku tidak ingin mendengar jawabanmu sekarang tanpa kau mempertimbangkannya. Pikirkanlah dulu matang-matang di rumah. Aku percaya bahwa kau adalah orang yang cerdas. kau sepantasnya tahu jawaban apa yang kau akan berikan kepadaku."

Nada suara pria itu rendah namun tegas, menghentikan kata-kata yang akan keluar dari mulut Xi Xiaye.

Mata jernihnya menatapnya untuk beberapa waktu sebelum bibirnya yang berwarna cerah dengan lembut berucap. Dia memikirkannya dan kemudian bertanya, "Mengapa? dengan kualitasmu, aku tahu seluruh wanita City Z pasti tidak akan ragu-ragu memilihmu."

Ketika dia mendengar pertanyaannya, tatapan Mu Yuchen berhenti. Dia tiba-tiba menurunkan pandangannya diam-diam, merenung sejenak sebelum dia mendadak menoleh. "Tidak perlu ada alasan untuk semuanya. Jika kau benar-benar menginginkan jawaban ..."

Saat Mu Yuchen mengatakan ini, Mu Yuchen tercekat dan menatap Xi Xiaye dalam diam. Suaranya teredam sambil berkata dengan tulus. "Aku masih membutuhkan seorang istri ... dan aku tidak menolakmu. Jangan khawatir. Menikahlah denganku dan aku akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi semua kebutuhanmu. Aku hanya membutuhkan kesetiaanmu."

Dia tiba-tiba memalingkan kepalanya dan menarik napas pendek. Dia memandang acuh tak acuh dari jendela ke lampu jalan yang redup. "Apakah kau puas dengan jawaban ini?"

Xi Xiaye sedikit terkejut. Mata bingungnya menatapnya cukup lama sebelum dia diam-diam mengepalkan tangannya dan menundukkan kepalanya tanpa kata.

"Ingat kata-kataku. Sekarang, aku akan membawamu untuk makan malam." Mu Yuchen mengalihkan pandangannya kemudian melirik Xiaye sebelum menyalakan mobil sekali lagi.

Dia bicara blak-blakan dan tegas, menghentikan Xi Xiaye untuk lebih banyak bertanya. Xi Xiaye menatapnya dan melihat bahwa dia sudah fokus lagi pada jalanan di depan sambil terus mengemudi. Xiaye hanya bisa menggerutu pelan...

Porsche perak gelap dengan cepat melewati malam yang dingin dan berkabut, melewati beberapa persimpangan jalan yang sibuk, terus menerus melewati lampu-lampu yang berkelap-kelip dengan kemilau warna-warni, dan akhirnya terhenti di depan sebuah restoran Barat kelas tinggi.

"Jika kau memiliki pertanyaan lagi, pikirkanlah ketika kau kembali ke rumah. Sekarang, mari kita makan."

Mu Yuchen memandang ke arah Xi Xiaye yang masih sedikit linglung di sisinya. Mu Yuchen tidak bisa menahan tawa sebelum mendorong pintu mobil terbuka untuk turun.

Xi Xiaye kemudian bergerak saat dia melihat sosoknya yang tinggi telah melewati mobil, Xi Xiaye pun mengikutinya.

"Halo, Tuan!"

Sapa pelayan di pintu masuk melihat sosok Mu Yuchen, dia dengan cepat berjalan untuk menyambutnya dengan antusias.

Mu Yuchen mengangguk dan melemparkan kunci mobilnya ke pelayan yang dengan sangat cepat menangkapnya. Namun, ketika pelayan itu berbalik, dia hampir menabrak Xi Xiaye. Beruntung Mu Yuchen menarik Xi Xiaye tepat waktu.

"Maaf..maaf!"

Pelayan itu meminta maaf dengan panik, terutama ketika dia melihat alis Mu Yuchen yang berkerut lembut. Dia takut dia akan dipecat begitu saja.

"Jangan khawatir. Lebih berhati-hati lain kali." Xi Xiaye tersenyum, lalu dia menatap Mu Yuchen.

Jelas, dia mengerti pandangan itu dan tidak mengatakan apa-apa. Mu Yuchen perlahan melepaskan tangannya yang seakan memborgol pergelangan tangan Xi Xiaye sebelum berjalan ke restoran sementara pelayan itu mundur perlahan.

Mereka mengikuti manajer restoran dan masuk ke ruang khusus. Mu Yuchen dengan santai membuka menu yang telah disampaikan manajer.

"kau mau makan apa?"

Tanya Yuche dengan suara rendahnya.

"Yang paling mahal," tiba-tiba Xi Xiaye berkata dengan kesal. Xiaye teringat tentang bagaimana Mu Yuchen menghentikan kata-katanya, dia merasa sedikit tidak senang, dan tentu saja tentang gambar babi itu juga.

Namun saat Xi XIaye berkata seperti itu, pria di seberangnya itu termangu-mangu. Dia menoleh dari menunya dengan heran dan cahaya di matanya yang gelap berubah. Mencoba membaca gadis itu dengan seksama, Mu Yuchen kemudian dengan kagum mengangguk dan tersenyum. "Sangat bagus. Aku tidak menyangka kesadaran kelasmu setinggi ini."

Ketika dia mengatakan itu, wajah cantik Xi Xiaye langsung memerah. Dia menatapnya dengan tatapan kesal. Kemudian, melihat manajer restoran menahan tawanya juga, Xiaye pun langsung merasa sedikit malu. Dia hanya bisa memalingkan kepalanya dan diam-diam melihat deretan dekorasi cahaya kecil yang diatur secara acak memancarkan cahaya lembut, tidak mengatakan sepatah kata pun.

Mu Yuchen juga tidak memilih lama-lama. Dia dengan lembut menoleh melihat kearah manajer restoran dan dengan cepat memesan dua set steak, sebotol anggur merah, dan beberapa hidangan.

Tidak menunggu lama, makanan yang mereka pesan telah tersaji dengan cepat.

Dentingan piano yang lembut dan indah mulai dimainkan. Di bawah lampu kuning lembut, Xi Xiaye dapat dengan jelas merasakan udara dingin menyelimuti ruangan perlahan-lahan. Saat Xiaye memperhatikan pria di seberangnya dalam diam, yang dengan elegan menuangkan segelas anggur padanya, berbagai macam emosi tersirat di matanya.

"Apakah kau tidak lapar? Kenapa kau mengawasiku?"

Dia memperhatikan bahwa Xiaye tidak bergerak, jadi Mu Yuchen kemudian tertawa pelan. "Untuk menjawabmu, ini adalah hidangan paling mahal, sehingga kau bisa menikmatinya sepenuhnya."

Xi Xiaye lalu dengan canggung memalingkan tatapannya. Dia melihat ke piring yang ada di depannya dan mengambil pisau dan garpu sebelum suaranya yang jelas akhirnya terdengar. "Bagaimana kau tahu bahwa aku bukan hanya membiarkanmu memesan makanan yang paling mahal dan kemudian membayarnya untuk berterima kasih karena telah membantuku hari ini?" Dia bertanya sambil merajuk.

Mu Yuchen menatapnya dengan heran. Dia memikirkannya dan kemudian berkata dengan lembut, "kau sudah mentraktirku makan sebelunya, jadi aku tidak keberatan kau mengucapkan terima kasih dengan cara yang berbeda."

Ketika dia melihat tatapan penuh makna di matanya, Xi Xiaye segera memikirkan kata-katanya di kantor hari ini. Terkejut, dia kemudian menjawab setelah beberapa saat, "Tapi aku suka berterima kasih kepada siapapun dengan cara mentraktirnya makan."

"Apakah kau mempelajari semua itu karena menggeluti dunia bisnis selama bertahun-tahun?" Mu Yuchen bertanya ketika lengannya yang panjang meraih untuk membantunya mengiris steaknya dengan santai sementara Xi Xiaye hanya memikirkan perkataanya dengan sedikit terganggu. Ketika dia melihat apa yang Yuchen lakukan, dia menjadi agak linglung, dan kemudian mendesah pelan, "Mungkin ... sebenarnya, aku tidak tahu kalau aku juga punya pikiran seperti itu."

Selesai membantunya memotong steak, Yuchen menarik tangannya "Kenapa kau berpikiran seperti itu? Ayo makan."

"Mmm, Mu Yuchen, kau cukup pandai mengiris," puji Xi Xiaye saat dia melihat steak di piringnya.

"Itu harusnya selevel dengan kemampuan menggambarmu." Pria itu tidak tahu apa itu kerendahan hati.

"Bisakah mereka berdua disandingkan?"

...