Chereads / Perkawinan Paling Indah dalam Sejarah : Istri Manja Tuan Mu / Chapter 37 - Tandatangani, Serahkan Haknya ke Pewaris!

Chapter 37 - Tandatangani, Serahkan Haknya ke Pewaris!

Ruangan Xi Jiyang berada di lantai dua. Dari ingatannya, Xi Xiaye dengan cepat menemukannya. Begitu sampai, beberapa pelayan yang melihatnya terkejut, namun dia tak mengacuhkannya.

Di luar ruangan Xi Jiyang, Xi Xiaye berdiri di depan pintu cukup lama sebelum diputuskannya untuk mengetuk. Namun belum ada respon setelah cukup lama dia mengetuk, jadi didorongnya pintu.

Seluruh ruangan terlihat sedikit gelap. Xi Xiaye berdiri di pintu untuk mengamati sebelum matanya dapat terbiasa dengan gelap itu. Kemudian masuklah dia, dan akhirnya matanya tertuju pada kursi sandar di depan jendela berdesain Perancis.

Dia tertegun sesaat sebelum akhirnya menghampirinya.

Benar saja, di kursi sandar itu dia menemukan Xi Jiyang yang sedang tertidur pulas.

Sosoknya yang kurus dan beruban membuatnya terlihat lemah dan tak berdaya. Nafasnya tidak terdengar beraturan. Secara keseluruhan dia terlihat bak lilin ditiup angin; kadang terang, namun redup seolah ada kemungkinan untuk padam kapan saja.

Saat dilihatnya seperti itu, Xi Xiaye merasakan sedikit kesedihan, seolah kepahitan melonjak dari tenggorokannya. Dadanya sakit dan dia hanya bisa berpaling dan menelan lagi semua itu.

Tak lama kemudian diletakannya hadiah itu dan mengambil selimut dari sofa, menutupinya. Namun baru saja dia mau melakukannya, suara lemah Xi Jiyang terdengar.

"Kukira kau tidak akan kembali kali ini."

Xi Xiaye sedikit terkejut begitu mendengarnya. Dilihatnya kakeknya itu, tertegun kemudian tersenyum. "Aku hanya mau datang dan melihat Kakek sebentar. Selamat ulang tahun, Kek!"

"Aku ini sudah hampir mati. Aku tidak peduli lagi dengan semua yang begituan. Tahun-tahun silam, aku hanya merindukanmu. Bagus juga kau tidak kembali…"

Xi Jiyang memegang lengan kursi sandar dan dengan gemetar bangun dengan segenap kekuatannya. Saat Xi Xiaye melihat ini, dengan cepat dibantunya dia. Sang kakek dan cucu pun duduk bersama di sofa.

"Maaf." Xi Xiaye tertunduk. Di depan orang tua yang begitu menyayanginya ini, dia mengaku kalah dengan kepalanya yang tertunduk.

"Aku tidak menyalahkanmu. Pada awalnya semua itu bukanlah salahmu. kau masih menyalahkanku karena tidak menolongmu memperjuangkan Han Yifeng dulu?" Pandangan Xi Jiyang tiba-tiba terpaku pada Xi Xiaye yang tertunduk itu.

Xi Xiaye terdiam beberapa saat, kemudian wajahnya yang cantik melontarkan senyuman selagi menggeleng dengan kecewa. Dia membungkuk untuk mengambil dua cangkir kosong dan mengisinya dengan air, berkata,"Aku tahu Kakek punya alasan. Sebenarnya, bagaimana bisa aku mengandalkan orang lain untuk memperjuangkan kebahagiaanku sendiri?"

Saat dikatakannya ini, Xi Xiaye tiba-tiba menghela nafas dan menyerahkan cangkir ke Xi Jiyang. Sambil meneguk, matanya terlihat memancarkan kesedihan sambil meratap, "Aku sudah berusaha dengan keras, Kek…tapi tak peduli seberapa kuat aku mencoba, kalau memang bukan milikku, ya, berarti bukan. Aku bisa membuat orang terus melanjutkan, bahkan diriku sendiri, tapi kalau dia aku tidak bisa."

Rasa kasihan dan cinta terpancar dari mata Xi Jiyang saat mendengarnya. Dia berkata dengan penuh kasih, "Jangan sedih, Xiaye! kau itu mirip sekali dengan ibumu dulu. Dengarkan. kau pantas mendapatkan yang lebih baik."

Ditepuknya punggung tangan Xi Xiaye perlahan dan meminum air. Seolah dia tiba-tiba mengingat sesuatu, dipandangnya Xi Xiaye dan berkata, "Oh ya. Kudengar tentang Yueying. Nenekmu bilang perkara ini sedikit pelik…"

Saat dikatakannya ini, Xi Jiyang terdiam sesaat seolah kesulitan melanjutkan ujarannya. Setelah memikirkannya beberapa saat, dia berkata, "Nenekmu bilang Perusahaan Han mampu menolong agar perkara ini dapat ditangani, tapi prasyaratnya adalah kita harus membiarkan adikmu mewarisi Yueying, yang artinya mereka berharap kau bisa menyerahkan hakmu pada pewarisnya tersebut."

Xi Xiaye pun tegang mendengarnya. Dia melihat Xi Jiyang, matanya benar-benar penuh dengan bermacam-macam perasaan. Kaget, kecewa, sedih, bahkan tersakiti…

"Kalau begitu, bagaimana? kau ingin aku menyerahkan haknya ke pewaris segera, atau kau berharap aku tetap kukuh dan tidak menyerah? Aku ingat dulu saat ayah dan ibu bercerai, sebagai harta gono-gini ibu menerima dua puluh persen saham Yueying meski dia tidak pernah peduli soal itu. Sampai hari ini, kontraknya belum pernah diajukan. Nenek harus sangat jelas dengan semua itu, bukan?"

Xi Xiaye tersenyum kecut.

"Xiaye, sebenarnya aku berharap kau tidak terlibat dalam kekacauan ini. Namun sekarang karena Yueying berada di ujung tanduk, kau tidak akan bisa mengendalikannya meskipun sepenuhnya diserahkan. Menyerah itu tidak buruk. Aku tahu kau juga tidak peduli soal itu. Aku hanya berharap kau bisa hidup…"

Bam!

Pintu tiba-tiba terbuka sebelum Xi Jiyang menyelesaikan ujarannya. Deng Wenwen melangkah masuk dengan sikap yang anggun, dan dibelakangnya Xi Xinyi membuntutinya.

"kau juga, lupa caranya mengetuk pintu?" Xi Jiyang mengernyit sedikit kesal, namun Deng Wenwen hanya melewatinya dengan langkah lebar.

"Kak, di sini rupanya!"

Suaranya terdengar lembut dan senang. Tampaklah sosok seorang wanita bergaun merah muda. Ada aroma parfum yang ringan, dan sebelum Xi Xiaye bereaksi Xi Xinyi telah memeluk tangannya.

"Aku khawatir kau tidak datang. Hari ini 'kan spesial untuk semua keluarga berkumpul. Kalau kau tidak datang, Kakek tidak akan merasa apa-apa di ulang tahunnya ini. Benar 'kan, Kek?"

Xi Xinyi tertawa pelan dengan senyumnya yang indah di wajahnya yang manis itu.

Xi Xiaye menampakkan wajah dingin di sebelahnya. Dengan tak acuh, ditariknya tangannya tidak mempedulikannya. Saat ini, Deng Wenwen telah duduk di hadapannya memegang sebuah dokumen.

"Terkait Yueying, aku yakin kakekmu juga sudah menjelaskannya. Xiaye, kuharap kau bisa sedikit rasional. Tanda tanganilah. Selama kau menandatanganinya, kami akan memberikan jaminan yang sesuai. Kalau tidak, meski kau menolaknya juga, Yueying tidak akan menjadi milikmu. Dengan saham yang kau warisi, itu sudah lebih dari cukup. Nyatanya kau mungkin akan mendapatkan sejumlah besar hutang. Kami melakukan ini untuk kebaikanmu juga."

Deng Wenwen memberikan dokumen dan pena ke Xi Xiaye.

"Tanda tangan apa? Nenek, tentang Yueying…"

Xi Xinyi terlihat bingung pada Deng Wenwen, matanya yang indah itu penuh dengan kebingungan.

"Xin Er, ini tidak ada hubungannya denganmu. Aku butuh diskusi dengan Xiaye. Pesta di bawah akan segera dimulai. Yifeng mungkin di sana. Turunlah, kudengar dia punya kejutan untukmu nanti."

Deng Wenwen tersenyum pada Xi Xinyi.

Wajah Xi Xinyi tersenyum pengertian saat didengarnya, sehingga dia pun mengangguk dan berkata, "Baiklah kalau begitu, aku turun duluan. Nek, Kak, cepat menyusul ya. Kakek 'kan sang pria di malam ini!"