Chereads / My Dosen My Husband / Chapter 3 - Iya Sayang

Chapter 3 - Iya Sayang

Di kampus..

Kanaya duduk di kursi panjang sedang melamun, memori akan kejadian semalam terus terngiang di kepalanya. Setelah pertemuan Aryan dengan orang tua Kanaya kemarin ternyata tidak berhenti sampai di situ, Ayah Kanaya kembali mengundang Aryan untuk makan malam sekaligus membahas niat baik Aryan yang ingin menikahi Kanaya. Dan parahnya Aryan tidak datang sendiri, malam itu ia bersama paman dan bibinya sebagai tanda bahwa ia benar-benar serius.

Dan lamaran Aryan pun di terima, Kanaya tidak tahu apakah keputusannya ini sudah benar atau tidak ia hanya mengikuti alurnya saja. Setelah mengetahui kedua orang tuanya menerima Aryan sepertinya tidak ada alasan bagi Kanaya untuk menolak, itu sebabnya Kanaya mengiyakan dan bersedia untuk menikah muda meski ia tahu akan ada banyak hal yang menunggunya di kemudian hari terutama soal lika-liku kehidupan rumah tangga, Kanaya benar-benar harus mempersiapkan diri.

Tanggal pernikahan mereka sudah di tentukan dan itu tidak lama lagi, Aryan sengaja mempercepat pernikahannya karena menurutnya lebih cepat lebih baik.

"Woiii.. ngelamun baee.."

Suara seseorang yang begitu cempreng di telinga Kanaya menyadarkan dirinya dari lamunannya membuat Kanaya kesal setengah mati. Orang itu adalah Naura sahabat Kanaya yang sejak tadi ia tunggu.

"Eishh.. lo ngagetin gue tau nggak." ucap Kanaya protes, Naura tertawa bahagia lalu ikut duduk di sebelah Kanaya.

"Lo kenapa sih? ada masalah? sini cerita ke gue." kali ini Naura terlihat serius, akhir-akhir ini ia juga merasa ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya tetapi Kanaya tidak memberitahunya membuat Naura sedikit khawatir.

"Aduhh, lu kenapa sih? gue lihat akhir-akhir ini lo murung terus, lo berantem sama orang tua lo?"

"Nggak ih.. apaan?"

"Yaah terus ada masalah apa? nggak biasanya lo kayak gini."

"Nggak ada masalah kok, gue baik-baik aja."

"Yaa.. iyaa, serah elo." ucap Naura final, ia malas berdebat dan setelah itu ia berdiri hendak pergi.

"Eh mau kemana?" tanya Kanaya, Naura berhenti lalu menatapnya tanpa ekspresi. "Ngepet." ucapnya asal kemudian melanjutkan langkahnya. Tawa Kanaya langsung menggema di lorong koridor, ada-ada saja kelakuan sahabatnya itu.

Selang beberapa menit kepergian Naura, Kanaya masih betah duduk di kursi panjang berhubung pagi ini mereka tidak masuk karena dosennya tidak hadir.

"Melamun seperti itu tidak baik."

Kali ini bukan suara cempreng yang terdengar di telinga Kanaya melainkan suara berat dari seseorang yang akhir-akhir ini selalu mengganggu pikiran Kanaya, orang itu ikut duduk di sebelahnya.

"Eh, pak Aryan ngapain kesini?" tanyanya sambil menoleh kiri kanan berharap tidak ada yang melihat mereka.

"Kenapa? kau tidak suka?"

"Bukan begitu pak, nanti ada yang lihat gimana?"

"Memangnya kenapa kalau ada yang lihat, aku tidak masalah lagipula kita akan menikah-"

Aryan belum menyelesaikan ucapannya dan mulutnya langsung di bekap oleh Kanaya.

"Jangan keras-keras, nanti ada yang mendengarnya." bisik Kanaya panik, tangannya masih menutup mulut Aryan membuat tubuhnya dan Aryan begitu dekat, mereka saling menatap beberapa detik lalu Kanaya mendorong tubuh Aryan menjauh.

"Ngapain coba dekat-dekat."

"Kau yang melakukannya, kenapa menyalahkanku." protes Aryan tidak terima.

"Lagian ngapain sih duduk disini..!! sana pergi." usirnya sambil mendorong pelan tubuh Aryan. Tidak ingin mengundang perhatian, Aryan lalu berdiri kembali menatap Kanaya tapi kali ini ia terlihat serius, "Jangan lakukan itu lagi, ingat!! aku dosen disini, jaga sikapmu." setelah itu Aryan pergi meninggalkan Kanaya yang terdiam di tempatnya mencerna ucapan Aryan barusan menganggap bahwa itu adalah sungguhan. Kanaya tidak tahu betapa bahagianya Aryan saat itu melihat wajah Kanaya penuh kekhawatiran.

****

Setelah dua jam berkutik dengan pelajaran namun Kanaya tidak bisa melupakan kejadian tadi, ia terus memikirkan ucapan Aryan. Kenapa orang itu sangat aneh dan tiba-tiba berubah, terkadang ia bersikap lembut terkadang juga menyebalkan dan pagi tadi ia berubah lebih menyebalkan lagi menurut Kanaya. Apa Aryan sengaja melakukan itu? jika iya, tunggu balasan dari Kanaya.

Waktunya istirahat dan Kanaya masih duduk di kursinya, melihat itu Naura tidak tahan untuk tidak mengoceh.

"Sumpah ya Nay, kekesalan gue udah level dewa. Lo itu kenapa? nggak biasanya kek gini. Kalau ada masalah cerita ke gue." ocehnya tanpa ampun. Naura membuang napas keras, tidak habis pikir melihat tingkah Kanaya kali ini.

"Tetap nggak mau cerita? Yaudah, gue laper gue mau ke kantin. Serah elo deh mau ngapain disini."

Saat Naura hendak pergi, Kanaya langsung mencegahnya menarik tangan Naura dan menyuruhnya duduk di kursi sebelah Kanaya.

"Gue nggak tau mulainya dari mana, tapi ini soal pak Aryan."

"What the.. jadi lo diem, murung nggak jelas gitu hanya karena pak Aryan? gue pikir lo itu ada masalah apa Nay.." Naura menggelengkan kepala pasrah, pikirnya Kanaya akan menceritakan padanya sesuatu yang sangat penting atau hal mendesak lainnya.

"Kok reaksi lu gitu? lo nggak kaget gitu gue nyebut pak Aryan?"

"Kenapa mesti kaget, gue udah tau kali soal itu."

"Serius lo tau? gue kan belum ngomong."

"Nggak perlu ngomong kali, gue juga tau kalo pak Aryan lagi deketin lo, iya kan?"

Kanaya tercengang mendengar ucapan Naura, ia pikir Naura akan mengatakan soal pernikahan Kanaya. Jika Naura saja belum tahu itu artinya tidak ada mahasiswa lain yang mengetahui juga, Kanaya lega akan itu.

"Tapi gue penasaran, kenapa pak Aryan deketin lo? bukannya dia itu idola di kampus, belum lagi kalau dilihat di kampus ini kan banyak yang lebih cantik dari lo.. jangan-jangan lu pake pelet yah."

"Ihhh.. Apaan coba, nggak usah ngada-ngada." protes Kanaya tidak terima, wajahnya seketika cemberut.

"Elaah, gue bacanda kali baperan lu."

"Gue tanya!! tau darimana soal pak Aryan deketin gue." Naura terlihat berpikir, "Hmm.. tadi sih, gue lihat lo duduk berduaan tuh dengan pak Aryan mana pake acara nutup mulut segala lagi. Jangan bilang lo udah ada hubungan sama dia? ngaku lo."

"Jadi lo ngeliat?" kaget Kanaya.

"Tuh kan, jadi selama ini lu bermain api di belakang? tega banget lu nggak ngasih tau gue katanya gue sahabat elo tapi soal itu aja lu nggak mau cerita ke gue." Naura langsung buang muka merasa kesal pada Kanaya.

"Sorry.. bukannya gue nggak mau ngasih tau tapi semuanya tuh terjadi tiba-tiba, makanya gue bingung mau mulainya dari mana."

"Maksud lo?"

"Gue akan menikah." tutur Kanaya langsung ke intinya.

"WHAT!! Lu nggak lagi prank gue kan?"

"Mana ada, gue serius ini."

"Lu mau nikah sama siapa? lu kan nggak punya cowok Nay-" Naura menjeda ucapannya lalu menatap Kanaya, "Jangan bilang pak Aryan?" Kanaya mengangguk, seketika itu pula Naura menggeprak mejanya dengan keras.

"WHAT THE FUCKING HELL.."

Naura benar-benar kaget terlihat jelas pada raut wajahnya. Dia tidak habis pikir apa yang ada di pikiran Kanaya saat ini, bagaiman mungkin mereka akan menikah. Secara pak Aryan itu dosen baru di kelas mereka, Naura maupun Kanaya belum mengenal pasti siapa dan bagaimana sifat Aryan.

Setelah mendapat kabar mengejutkan itu Naura langsung meminta penjelasan, ia butuh itu. Dengan jelas Kanaya menceritakan semuanya pada Naura. Awal mula pertemuannya dengan Aryan sampai orang itu datang bertemu orang tua Kanaya. Naura benar-benar di buat syok.

Kini mereka berada di dalam kelas mengikuti ulangan mendadak yang di berikan oleh Aryan. Aryan memang kerap memberikan ulangan secara tiba-tiba dengan maksud menguji mahasiswanya apakah mereka benar-benar mengikuti pelajaran dengan baik.

"Nay.. shhutt.." bisik Naura memanggil, Kanaya menoleh sambil memberi isyarat menyuruh Naura diam karena jika Aryan mendengarnya maka tamatlah riwayat mereka.

Aryan juga sangat disiplin jika ia sudah berada di dalam kelas maka tidak ada yang boleh ribut dan harus fokus pada pelajaran. Jika tidak maka dia tidak akan segan-segan menyuruhmu keluar dari ruangan, apalagi saat ujian seperti ini.

Naura yang sudah tidak sabar ingin mengatakan sesuatu ia merobek kertasnya dan menuliskan beberapa kalimat disana lalu memberikan kertas itu pada Kanaya. Melihat itu Kanaya menoleh dan menggelengkan kepalanya menyuruh Naura untuk berhenti.

"Gue perhatiin sejak tadi Pak Aryan merhatiin lo terus Nay di bales dong.. buat dia salah tingkah."

Tulis Naura pada kertasnya namun Kanaya mengabaikannya dan memasukkan kertas itu kedalam kantongnya. Ia pun kembali fokus, tapi tidak lama karena ucapan Naura terngiang di telinganya. Dengan random Kanaya mengangkat kepalanya dan pandangannya langsung tertuju pada Aryan yang juga melihatnya sejenak mereka saling menatap hingga Aryan mengalihkan pandangannya. Kanaya tersenyum miring, sepertinya dia punya ide. Okey let's play girl..

Kanaya menegakkan tubuhnya kemudian duduk bersandar, ia sedikit merenggangkan otot lehernya. Naura yang melihatnya langsung paham dan tidak sabar melihat reaksi pak Aryan. Kanaya mulai berulah ia membawa kebelakang rambutnya dan menampilkan leher jenjangnya, tangannya mulai mengibas area lehernya seakan memberi udara segar karena gerah. Aryan yang melihat itu sedikit kaget dan berusaha memberi peringatan pada Kanaya agar berhenti melakukan itu tapi bukan Kanaya orangnya jika ia menuruti perintah Aryan. Kanaya justru memainkan bibirnya, dengan sedikit menggigit bibir bawahnya dan membasahinya.

"Berhenti melakukannya?" teriak Aryan tidak sadar membuat semua mata tertuju padanya, mahasiswa lainnya merasa kebingungan namun secepatnya Aryan meralat ucapannya.

"Maksud saya cepat kerjakan sebentar lagi waktunya selesai." ralatnya, sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

Kanaya dan Naura tertunduk menahan tawa sejak tadi, dan Aryan langsung paham kalau Kanaya sedang mengerjainya. Ia membuang napas berat lalu menutup absen kemudian berdiri berjalan keluar, sesampainya di ambang pintu Aryan berhenti lalu berkata, "Saya ada urusan, selesaikan secepatnya dan jangan membuat keributan apalagi sampai bekerja sama." setelah mengatakan itu Aryan lalu keluar, Kanaya benar-benar membuatnya frustasi.

Selang beberapa menit Aryan kembali masuk ingin mengatakan sesuatu.

"Saya hampir lupa!! minggu lalu kalian ada tugas laporan kan? segera di kumpul bersama kertas ulangan hari ini."

"Baik pak."

"Kanaya setelah selesai kamu ke ruangan saya."

"Hah.. saya pak?."

"Iya kamu, sekalian bawa tugasnya dan ulangan hari ini."

"Iya Pak."

"Ingat ke ruangan saya, jangan sampai telat."

"Iyya pak."

"Setelah jam pulang langsung ke ruangan saya."

Kanaya menghela napas jengah, "Iyya sayang."

Mendengar jawaban dari Kanaya membuat semuanya menatap ke arahnya, tidak habis pikir dengan jawaban Kanaya barusan. Lain halnya Naura yang sudah ingin tertawa terbahak.

"Maksud saya, iya pak saya akan ke ruangan bapak." Kanaya mengulang kembali ucapannya, Aryan hanya menatapnya tajam lalu keluar dari ruangan.