setelah melewati hari yang membosankan di sekolah kumuh yang jelek, di tambah lagi cuaca hari ini yang tidak menentu sehingga turun hujan yang sangat lebat.
"ck, apa apaan dengan hari ini" dengusnya kesal
untungnya Edward pulang ke rumah menggunakan mobil yang menjemputnya di sebuah gang. ya, mobil itu menunggunya di gang karena Edward harus menyembunyikan status kolomerat nya dari teman teman sekolahnya.
Edward memasuki mobil dengan baju yang basah kuyup dan supir dengan sigap memberikan handuk dan pakaian ganti untuk Edward. selama di dalam mobil, terasa suasana yang sangat canggung tanpa adanya percakapan ataupun suara.
tiba tiba, kringg....dering telepon memecah kesunyian.
rupanya,itu adalah telepon dari nyonya besar. tak lama Edward mengangkat telponnya.
"ada apa?" tanya Edward
"apakah kau sudah pulang dari sekolahmu?"tanya suara di dalam telpon
"ya, kenapa?"
"untuk hari ini, pulanglah ke kediaman. kita akan makan malam bersama" sambung suara dalam telepon.
"baiklah, itu saja?"
"iya itu saja, jangan lupa untuk membeli beberapa camilan untuk adikmu"
"baiklah, akan aku lakukan"
Edward menutup teleponnya. di sisi lain nyonya mengomel tentang sifat anaknya
"apa apaan dia itu, berbicara dengan bahasa yang kaku. itu persis sepertimu" ucap nyonya sambil melihat ke arah ujung meja dimana terdapat lelaki berusia 40 tahun-an dan masih terpancar ketampanan dari wajahnya.
lelaki itu hanya terkekeh dengan ucapan istrinya dan berkata
"dia putramu"
"ibu, ayah, apakah kakak setuju untuk pulang kali ini?" ucap seorang anak kecil yang tak lain adalah adik dari Edward. yaitu Erwin
"ya sayang, kakakmu setuju untuk datang" jawabnya
"Yeay,,,kalau begitu aku akan menunggu kakak di depan pintu!"
belum sempat berkata apa apa lagi, anak itu langsung berlari menuju pintu masuk.
jujur saja, Edward lebih sering tinggal di apartemennya ketimbang di rumah besar karena terkadang ia tidak sempat pulang ke kediaman karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya untuk menemui setiap investor perusahaan karena suruhan ayahnya, belum lagi sekarang dia harus menutupi status sosialnya dari teman sekolahnya yang merupakan tantangan dari ibunya supaya Edward bisa bertahan di lingkungan kalangan menengah kebawah.
Edward pun mampir ke sebuah toko dan membeli beberapa permen dan coklat untuk adiknya, karena dia tau setiap dia pulang adiknya akan menunggu di depan pintu dan langsung merengek dengan apa yang dia bawa saat kembali. karena walaupun Edward merupakan orang yang dingin, dia memiliki sisi hangat untuk keluarganya terutama adiknya.
Dan benar saja, sesampainya di rumah dia melihat seorang anak berusia 8 tahun menantinya di antara barisan para pelayan.
saat ia turun dari mobil, anak itu langsung berlari menghampirinya.
"kakakkkk!!!" teriak anak itu
"Erwin, jangan berlari" ucap Edward
namun tampaknya tidak di pedulikan dan anak itu memeluk kakaknya dan berbisik
"apa yang kakak bawa hari ini?"
"dasar anak nakal, bukanya senang melihat kakakmu tapi malah mencari makanan apakah kamu tidak merindukan ku?" ucap Edward sambil menyentil dahi adiknya
"agh,,,sakit. tentu saja aku merindukan kakak. namun, aku lebih menantikan sesuatu yang kakak bawa saat pulang" ucapnya usil
"baiklah,baiklah. ini dia dan sekarang ayo kita masuk ke rumah" ucap Edward sambil menyerahkan permen dan coklat yang ia beli.
tentu saja, itu membuat Erwin kegirangan. akhirnya kakak beradik itu bergandengan tangan memasuki rumah besar.
______________________________________________
Hai,,, sebelumnya saya ingin meminta maaf dengan terputusnya cerita ini di karenakan study saya yang cukup padat sehingga tidak sempat mengupdate chapter terbaru...
dan terima kasih untuk yang pembaca setia dan mendukung cerita saya ini. saya akan usahakan untuk sering update untuk kedepannya.
sekali lagi, terima kasih....