Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 157 - Ini bahagian dari tugas…

Chapter 157 - Ini bahagian dari tugas…

"Mereka mulai…"kata si Bungsu tanpa menoleh kebelakang.

Angela segera menekan pedal gas. si Bungsu tetap berdiam diri, sebuah letusan kembali bergema. Namun pelurunya tidak mengenai mereka maupun mobil yang mereka naiki.

"Di dalam tas itu ada pistol, kalau kau berniat menghalangi mereka, ambil dan pergunakanlah sebelum mereka mendahului kita.." ujar Angela sambil mendahului sebuah truk didepannya.

Namun si Bungsu tetap berdiam diri. Mobil merah itu kelihatan lagi lewat kaca spion. Angela membelok tajam kekiri kesebuah gereja Anglikan. Hanya selang berapa lama, mobil merah itu kembali menyusul. Jalanan yang mereka tempuh sekarang kini sepi sekali, karena tempat ini adalah pemukiman daerah selatan kota ini.

Kembali terdengar dua kali letusan dari belakang, Angela membelokan mobilnya ke kanan. Masuk ke sebuah jalan kecil yang kiri kanannya dipenuhi rumpun bunga yang rimbun.

"Anda tidak berminat menghalangi mereka?" tanya Angela dengan jengkel melihat si bungsu diam-diam saja ditempat duduknya.

"Tidak. Saya ingin melihat bagaimana polisi Dallas menghindar dari orang yang berniat membunuh mereka, tanpa balas membunuh orang yang akan membunuhnya…"

Angela tahu dia disindir. Dia menggertakan gigi, membelok dengan tajam kekiri menimbulkan bunyi ban yang berdenyit yang tajam ketika roda-roda mobilnya mencekam miring diaspal.

"Yang akan dibunuhnya anda, bukan saya" seru Angela, matanya mempehatikan spion, melihat mobil merah itu yang terus memburu diluar jarak tembakan. Untung saja mereka berdua memakai sabuk pengaman, hingga tubuh mereka tidak tersentak kebelakang atau terdorong kedepan mengikuti laju mobil itu.

'"Kau sangka, kau tidak akan di bunuh? kau akan jadi saksi mereka jika aku dibunuh, maka mereka akan membunuh saksinya. Mereka tidak pernah meniggalkan jejak" kata si bungsu.

Angela tidak sempat menjawab, karena didepannya melintas seorang tua berjalan kaki menyebrangi jalan ke padang rumput di kanannya. Mau tak mau dia terpaksa membanting stir. Mobil melompati parit kecil kemudian melaju diatas lapangan rumput tersebut.

Mobil merah itu turut memburu mereka dengan ikut pula melompati parit kecil itu. Beberapa orang tua yang berjalan di padang rumput menatap dengan heran dan menggerutu dengan peristiwa tak lazim itu.

Angela kembali menyetir mobilnya kejalan raya, kemudian berbelok-belok tak menentu dalam jalan-jalan di daerah pemukiman tersebut.

"Berapa harga mobilmu ini?"tanya si Bungsu sambil matanya untuk pertama kali melirik kebelakang, kemobil merah itu.

"Dua ribu lima ratus Dollar, kenapa?"

"Mobil yang di belakangmu?"

"Lima ribu dollar…"

Si Bungsu diam. Dia memutuskan untuk memakai pistol Angela saja. Dia ambil tas tangan gadis itu, membukanya dan mengambil pistol didalamnya.

"Kau bisa mencari tempat yang tepat untuk menjebak mereka?"

"Saya usahakan.." jawab Angela sambil berbelok tiba-tiba kekanan. Kemudian memutar dua kali. Angela menekan gas kuat-kuat. Dengan terkejut si Bungsu melihat betapa mobil sedan yang mereka tumpangi tiba-tiba berbalik menuju ke mobil sedan merah yang memburu mereka.

"Tembak! tembak mereka!" teriak yang menyetir.

Namun mobil angela melaju dengan berzigzag dengan kecepatan tinggi, sopir mobil merah itu kaget dan pucat. Dia membanting stir kekiri untuk menghindari tabrakan. Namun justru dia menabrak pohon pinus!

Sebuah ledakan yang kuat terdengar cukup kuat, sesaat kemudian api menjilat. Angela tidak membuang waktu untuk melarikan kendaraannya pulang.

"Kau berhasil menembak mereka.."ujar angela. si Bungsu menarik napas panjang. Ketika Angela melirik kepadanya, si Bungsu melirik kebawah kedekat kakinya.

"Kau melarikan mobil seperti setan mabuk. Pistol itu tercampak ketika mobil berzigzag, saya tak sempat menembak sekalipun, jangankan menembak menggenggam pistol itu saja aku tidak sempat.."Angela mengerutkan kening, karena dia mendengar suara letusan saat mobil mereka berendengan.

"Suara letusan tadi?"

"Letusan orang itu sendiri. Barangkali tembakannya meleset, dan sopirnya karena takut atau terkejut justru menabrak pohon itu…"

Angela tersenyum dan mengebutkan mobilnya kearah kota. Menjelang masuk kota mereka memasuki pemukiman rumah bertingkat dan mereka masuk kesana.

"Kita mampir dan istirahat dan memperbaiki kaca mobil ini.."kata gadis itu.

Si Bungsu memang tidak mempunyai pilihan. Mobil dihentikan disebuah garase dibawah bagian gedung. Angela turun dan langsung menuju ketelpon yang ada disana. Menelepon sesaat, kemudian mengajak si Bungsu naik lewat tangga berputar. Mereka memasuki sebuah ruang tamu yang karpetnya berwarna biru muda.

"Ini flatku, aku tinggal sendiri. Kamar itu bisa kau pakai, memang kamar khusus untuk tamu. Saya akan mandi dan setelah itu akan membuatkan minum. Di kamar itu ada handuk, kau bisa mandi dan istirahat disana. Kalau minumannya sudah siap nanti akan ku panggil….."

Sambil berkata begitu, Angela membuka pakaiannya, sekaligus masuk kekamarnya. SiBungsu hanya termangu-mangu menatap punggung gadis itu yang putih bersih.

Tak lama kemudian si Bungsu mendengar dari pintu yang terbuka nyanyian Angela di sela-sela suara desiran air mandi. Dia memutuskan untuk masuk kekamar yang tadi ditunjukan Angela, membaringkan tubuhnya istirahat, ditempat tidur yang empuk dan menerawang, dan tanpa dapat dia cegah matanya terpejam, tidur!

Dalam tidurnya bayangan Angela mendekatinya dan menciumnya, dan menekannya dan dia membalas memeluk, balas mencium. Terasa gadis itu tidak memakai apa-apa dibalik kimononya. Terasa hasrat kelelakiannya amat mendesak. Dan tiba-tiba dia tersentak dari khayalan yang memabukan itu. Dan begitu membuka mata, dia melihat Angela diatas tubuhnya. Wajahnya dekat sekali dan terasa lembut. Gadis itu mendaratkan sebuah ciuman yang memabukan dibibirnya. Ciuman itu lama sekali ,makin lama makin panas.

"Aku akan mandi…"ujar si Bungsu, ketika dia merasa ciuman itu akan berakibat jauh.

Angela tersenyum dan turun dari tubuh si Bungsu sambil menutup kimono tipis yang dia pakai. Si bungsu turun dari pembaringan, membuka baju dan mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Disana dia membuka celana.

Angela menyiapkan minuman di ruang tamu, ketika dia muncul diruang tamu itu, Angela sudah berpakaian rapi. Menyiapkan makan sore dan mereka makan dengan diam.

"Jika engkau tidak keberatan, dari pada membuang ongkos di hotel, lebih baik pindah saja kekamar itu saja. Saya tak susah-susah menjemput dan mengantar mu kehotel…"Angela berkata setelah mereka selesai makan.

Si Bungsu tidak langsung menjawab. Tawaran itu bukannya tidak menarik, di flat Angela ini pasti dirinya terurus, makan tak susah-susah. Tapi tidakkah ini akan berakibat lain? Berada serumah dengan seorang gadis, betapapun juga punya 'resiko'. Misalnya seperti yang terjadi tadi.

Bagi orang Dallas, hidup serumah tanpa ikatan resmi, tentu hal yang lumrah sekali. Dan bagi dirinya sendiri pun tidak ada masalah. Namun persoalan akan timbul kemudian, apakah dia sudah siap menerima akibatnya itu? dia menghirup minumannya dengan tenang, memakan sepotong roti, wajahnya tak bereaksi apa-apa. Namun pikirannya mempertimbangkan segala kemungkinan.

"Apakah malam ini kita akan pergi mencari jejak pembunuh temanmu itu?"

"Jika engkau tidak keberatan…."

"Baik, kita harus masuk kesarangnya, sebuah tempat perjudian…"

Si Bungsu menatap Angela.Tempat perjudian! si Bungsu teringat buku tentang klu klux klan yang dia baca di perpustakaan. Bagaimana orang-orang klu klux klan ini mendapatkan dana. Yaitu dari beberapa donatur yang mengusahakan rumah perjudian. Dan dia pun teringat akan kemahirannya berjudi.

"Saya ingin sekali melihat tempat perjudian itu.."ujarnya pelan.

Angela tentu tidak dapat menebak dibalik ucapan si Bungsu yang pelan itu.

"Nampaknya untuk masuk kesana, kau harus berpakaian yang pantas.."yang bangkit menuju telpon.

Dia memutar nomor, kemudian berbicara. Nampaknya dia berbicara pada toko yang terletak satu blok dari sana. Toko yang memang melayani keperluan orang-orang di flat itu, tak lama kemudian pintu diketuk, seorang wanita pelayan toko itu datang mengantarkan satu set pakaian dan Angela membayarnya.

"Kau boleh coba, semoga sesuai…."

SI Bungsu memang merasa sudah harus berganti pakaian. Pakaiannya sudah dibasahi keringat ketika mereka di kejar-kejar tadi. Dia berdiri dan mengambil pakaian yang dipesan tadi. Masuk ke kamar dan pas! terdiri dari celana berbahan woll dan kemeja panjang dan sepatunya masih baru tak perlu diganti.

"Terimakasih, anda bisa menebak ukuran tubuhku.." katanya setelah berada diluar kembali.

Kemudian mereka turun, dan sampai di garase kaca mobil yang kena terjang peluru tadi telah diganti. Angela mengarahkan mobilnya kearah Centrum city. Saat itu hari sudah jam delapan malam. Kota sudah dari tadi bermandikan cahaya gemerlap lampu.

"Untuk menghilangkan kecurigaan, kita harus ikut berjudi untuk beberapa saat, nanti saya akan menunjukan mana orang-orang klu klux klan…"ujar Angela.

"Tidak apa-apa polisi berjudi.."tanya si Bungsu.

"Ini bahagian dari tugas…"jawab Angela.

Di jalan 7 Rd. Stenson, di depan gedung delapan lantai bertuliskan TEXAS ADIOS. Angela memarkirkan mobilnya. Dari gedung bertingkat itu kelihatan sepi dari manusia yang terlihat hanya gemerlap cahaya lampu reklame menggambarkan koboi menunggang kuda dan seorang gadis dengan pakaian merangsang tengah berdiri berkacak pinggang. Didepan gedung itu berderet mobil dalam jumlah yang cukup banyak.

Mereka masuk setelah membayar semacam uang jaminan di kasir. Lalu menuju keruang atas dimana terdapat beberapa buah meja rollet. Angela menukarkan sejumlah uang dengan koin untuk taruhan. Nilai koin itu paling rendah lima dollar dan paling tinggi seratus dollar. Ada sepuluh buah koin bernilai lima ribu dollar, sepuluh buah koin sepuluh dollar, sepuluh buah dua puluh lima dollar dan sepuluh buah koin berharga lima puluh dollar. Jumlah koin itu kalau di tukarkan menjadi sembilan ratus dollar, jumlah yang cukup banyak.

Mereka tegak beberapa saat diantara orang-orang yang memasang taruhan. Angela menarik tangan si Bungsu kemeja yang berada ditengah. Seorang petugas mempersilakan mereka.

Ada sebuah meja penuh dengan angka-angka. Di ujung meja itu terletak rollet yang diputar oleh seorang lelaki bertopi plastik hanya ada pet depannya saja, kebahagian belakang nya di lilit pita karet. Sementara bagian atas topi pet itu terbuka.

Sistem permainannya adalah rollet diputar lebih dahulu, sebelum bola menggelinding di piring rollet itu berhenti disalah satu nomor, petaruh memasang taruhan di angka yang dia ingini.

Biasanya taruhan sudah terletak dimeja sebelum rollet berhenti. Dan jika rollet nya sudah berhenti disalah satu angka, maka petaruh yang memasang diangka tersebut menang taruhan. Si Bungsu dan Angela berdiri didepan meja taruhan, rollet diputar orang-orang mulai memasang taruhan dimeja.