Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 114 - Perginya Seorang Sahabat

Chapter 114 - Perginya Seorang Sahabat

Atmosfer sangat terasa berat dirasakan oleh setiap orang yang menyaksikan kejadian menegangkan itu. Detak jantung bagai berusaha meloloskan diri saat bereaksi atas dentuman letusan senjata api yang entah berasal dari pihak aparat kepolisian ataukah dari para perampok.

Sebuah rentetan letusan senjata api yang mengenai dinding kaca besar dan kemudian terlihat tubuh seorang aparat kepolisian terlempar ke luar bersimbah darah, erangan yang terdengar sungguh menyayat hati.. sebuah teriakan seorang pria yang mampu membuat siapapun yang mendengarnya merasakan kepiluan yang mendalam.

Reporter TV berteriak histeris saat melihat tubuh yang terlempar itu tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sigap beberapa kru menyeret tubuh yang berlumuran darah itu kemudian beberapa anggota kepolisian juga segera datang beserta paramedis yang sudah berjaga.

Sesaat suasana di dalam toko itu mulai tenang. Namun ini menjadi mengerikan karena apakah ketenangan itu berarti semua sudah selesai atau karena sudah tidak ada lagi yang dapat diselamatkan? Semua berharap agar tidak ada korban jiwa lagi yang berjatuhan. Asap mulai menipis..

Terdengar sayup suara tangisan beberapa sandera wanita..semua bertanya dalam hati.. siapa sajakah yang beruntung tidak kehilangan nyawa dalam insiden ini.. Semua berharap keajaiban.. Setidaknya lebih dari 2 anggota aparat kepolisian terluka. Salah satunya terluka parah..dan mungkin tidak dapat terselamatkan..

Beberapa warga sipil yang ada di sekitar TKP berujar kesal, " Kenapa aparat kepolisian memberikan kesempatan hidup bagi para gerombolan perampok sadis itu? Mereka sudah melukai sandera!"

"Jangan bodoh, mereka terikat dengan SOP yang rumit. Setiap tindakan mereka terukur dan ada aturannya. Jika mereka menyalahi aturan tersebut maka walaupun mereka berhasil menyelamatkan para sandera namun para polisi itu..mereka tetap akan diberi hukuman!"

" Ya, itu benar.. kesalahan prosedur akan membuat mereka dijatuhi hukuman. Tidak peduli berapa nyawa yang mereka selamat kan.. tidak peduli resiko nyawa mereka sendiri sebagai taruhannya..mereka tetap akan dihukum."

" Dari yang aq dengar..sering kali akhirnya aparat kepolisian menjadi seperti makan buah simalakama. Mereka sering dibenturkan dengan para pembela HAM, tanpa memperhatikan dari sisi para pelindung warga sipil. Seandainya mereka itu di tempatkan di posisi para korban..atau keluarga korban..aq yakin mulut mereka tidak akan keluar suaranya."

" Oh..sudahlah..itu semua karena ada kepentingan. Kau pikirkan sendiri kenapa mereka melakukan hal-hal semacam itu. "

"Dan lagi pula..mereka..para aparat kepolisian..adalah manusia biasa.. seperti kita. Manusiawi dengan berbagai keterbatasannya.. Jadi tidaklah bijak jika selama ini kita mengatakan bahwa sudah semestinya aparat kepolisian berhasil dalam menangani setiap kasus dan masalah, keberhasilan yang mereka capai itu biasa. Sedangkan setiap kesalahan yang dilakukan oleh mereka tidak dapat ditolerir. Ooh..sungguh..aq sangat merasa aneh dengan cara berpikir mereka yang keterlaluan.

Polisi bukanlah superman..mereka hanya manusia biasa yang terlatih dan memikul tanggung jawab besar, itu saja. Manusiawi jika mereka tidak sempurna.."

Kasat memerintahkan pengepungan diperketat. Beberapa personil telah masuk..

Terlihat siluet-siluet gelap di antara asap yang semakin menipis. Siluet-siluet itu semakin jelas..

Beberapa polisi keluar sambil membawa sandera. Semua yang melihat menghitung dengan seksama.. berharap-harap dengan cemas..semoga tidak ada noda darah yang terlihat pada baju para sandera. Yaa..semua berharap yang terbaik..walau itu hampir tidak mungkin mengingat kekacauan yang baru saja terjadi.

Para sandera digiring ke arah mobil ambulans yang telah siaga. Paramedik segera melakukan tugas mereka dengan baik. Terdengar ucapan syukur dari arah masyarakat yang berkumpul melihat kejadian itu. Tapi semua tau..ini belum selesai..

Satu persatu dari gerombolan perampok itu digiring keluar oleh para petugas kepolisian. Tangan mereka diborgol.

"Oh, lihatlah..wajah para perampok itu..bengis sekali.!"

" Apa kau harap wajah mereka tampan?"

" Semoga mereka dihukum setimpal dengan kejahatan yang telah mereka lakukan. Q dengar mereka ini sadis dan berdarah dingin..tidak segan untuk melukai bahkan membunuh para korbannya."

" Oh, kau salah..bukan hanya para korban..tapi jika kau menjadi saksi kenekatan mereka..maka hal itu adalah hal terakhir yang kau lihat.."

" Mengerikan sekali.."

" Yaa..mereka melakukan itu tentunya untuk menutupi perbuatan mereka. Jika ada saksi..tamatlah riwayat karir mereka."

" Karir? Kau sebut merampok itu sebagai karir?"

" Oh..sudahlah..kalian berisik sekali. Aq penasaran dengan kondisi petugas kepolisian yang terluka tadi. Semoga kondisi nya tidak parah."

Beberapa paramedik berlari membawa tandu ke dalam lokasi perampokan. Mereka terlihat gugup..

" Oh.. sepertinya ada korban lagi..semoga tidak terlalu parah."

" Aq berdoa sedari tadi..tenang saja.."

" Apa kau pikir hanya kau yang mendoakan keselamatan para polisi itu? Lihatlah..semua orang di sini berharap begitu."

" Tapi jika mengingat kekacauan yang terjadi.. sungguh mengerikan..berapa kali letusan senjata api yang kita dengar tadi? Mustahil jika semuanya meleset."

" Ya Tuhaann..ya Allah..ya Rabb..semoga perlindungan Mu berlaku atas mereka yang telah berkorban demi kami.. Lindungilah para polisi itu.."

Satu buah tandu telah dibawa masuk. Terlihat pula beberapa anggota tim sergap keluar dari TKP. Peluh dan wajah tegang terlihat dari setiap raut wajah mereka. Bagaskara berjalan keluar bersama anggota tim nya yang terlihat terluka di bagian kaki. Tidak ada noda darah di bajunya. Kasat Reskrim segera menghampiri Bagaskara. Mereka berbicara serius..kemudian kasat Reskrim terlihat menepuk bahu Bagaskara. Terlihat perubahan ekspresi dari Bagaskara. Dengan cepat ia berlari ke arah salah satu mobil ambulans. Terlihat wajah panik dan tegang saat ia membuka pintu dam mendapati seorang paramedik mendampingi tubuh seorang anggota polisi yang tidak bergerak. Ditutup sehelai selimut tipis..

"Maaf, Pak..kami telah berusaha sebaik mungkin..namun luka dalamnya menyebabkan perdarahan hebat."

Dengan tangan gemetar..Bagaskara menarik selimut itu..

" Innailaihi wa innailaihi rojiun, Dhimas.."

Bagaskara mendadak lemas..tangannya bergetar..matanya panas tak terbendung..Langit mendung yang kini semakin berangin..berkecamuk hampir seperti rasa yang kini berputar, berantakan..

" Kita telah berhasil menangkapnya..kali ini ia tidak bisa lolos. Kau..luar biasa sahabat.."

Bagaskara mengepalkan tinjunya yang gemetaran..suaranya tercekat di tenggorokan..