Chereads / Hirarki abu-abu / Chapter 103 - Pertemuan Keluarga part 5 ( Kardus Misterius)

Chapter 103 - Pertemuan Keluarga part 5 ( Kardus Misterius)

Bagaskara masih mengenakan selimut sedangkan Bulan sedari tadi sibuk membolak-balik halaman majalah fashion high end yang tengah hype. Tidak menyadari bahwa segala gerak-geriknya diawasi oleh sepasang mata yang tampak antusias memperhatikan dirinya. Sinar mata itu bukanlah kecurigaan melainkan penuh kelembutan. Dan saat Bulan hendak mengambil majalah yang berada di dekat Bagaskara, tiba-tiba sebuah lengan kuat menahannya dengan lembut.

" Oh..astaga..Bagas..kau sudah bangun?" Bulan terkejut atas perlakuan Bagaskara yang secara tiba-tiba memegang pergelangan tangannya.

" Kau serius sekali membaca majalah-majalah itu. Apa ada pembahasan tentang pembunuhan atau ungkap kasus luar biasa suatu daerah terpencil?" Bagaskara melepaskan selimut nya dan bergeser mendekati Bulan.

" Ini majalah fashion, Bagas.. yang dibahas di sini adalah mode blouse terbaru besutan designer ternama, tas keluaran rumah mode yang legendaris, promo parfum merk terbaru, atau gosip kaum selebritas internasional.. Yaa..semacam itulah." Bulan menjelaskan..

" Lalu kenapa kau serius sekali membacanya?" Bagaskara masih tidak mengerti.

" Oh.. Gosh..sudahlah..kau mungkin tidak akan faham dengan yang aq bicarakan barusan." Bulan menutup majalahnya.

" By the way..apa kau tidak merasa lapar, Bagas? Kau tertidur cukup lama." Bulan membereskan majalah-majalah di hadapannya.

" Yaa.. aq merasa sangat lapar sekali..hingga rasanya aq dapat melahap mu sekarang juga." Bagaskara mendekati Bulan sambil menggodanya.

" Baiklah..kita akan ke mana kali ini.." Belum sempat Bulan menyelesaikan kalimatnya..terdengar jeritan dari arah depan boutique.. Mereka berdua saling pandang..

Sedetik kemudian salah seorang dari asisten Bulan berlari panik masuk ke dalam ruang kerja Bulan.

" Ada apa, Desi? Siapa yang menjerit barusan?" Bulan dengan cepat mendekati Desi yang terlihat pucat.

" Bu..itu tadi Fia yang menjerit. Dia menemukan sebuah kardus yang diletakkan di depan pintu boutique. Di dalamnya berisi.." Desi tidak melanjutkan keterangan nya.

Bagaskara segera memeriksa ke luar.

" Desi, ada apa di dalam kardus itu?" Bulan mulai merasa khawatir. Namun karena Desi tidak segera menjawab pertanyaan nya ia pun segera ke depan mencari Fia, asisten yang menurut keterangan Desi dialah yang melihat kardus itu pertama kali.

" Fia, apa kau baik-baik saja? Apa yang baru saja terjadi?" Bulan mendekati Fia yang tengah ditenangkan oleh Fifi.

Terlihat keringat tipis di pelipis Fia, sepertinya ia baru mengalami shock.

" Bu..saya melihat ada seseorang yang terburu-buru meletakkan kardus itu di depan pintu. Tapi saya hanya melihat siluet nya saja. Dan ketika saya bermaksud untuk memeriksa kardus yang terbuka itu.. ternyata di dalam nya.. sungguh mengerikan, Bu.." Fia menutup mukanya.

" Apa yang kau lihat, Fia? Mengerikan bagaimana maksud mu?" Bulan semakin penasaran. " Di mana kardus itu sekarang?" Bulan mengedarkan pandangannya ke sekeliling..namun ia tidak menemukan kardus apapun.

" Tadi pak Bagaskara mengambil nya, Bu. Kemudian dibawa ke arah sana." Fifi menjelaskan.

" Oh..baiklah.. Fifi, apa kau sempat melihat isi dari kardus itu?" Bulan bertanya pada Fifi dikarenakan Fia masih terlihat shock.

" Saya hanya melihat sekilas, Bu.. Fia lah yang sempat melihat secara jelas. Saya melihat ada noda darah di.." Belum sempat Fifi menyelesaikan penjelasan nya, Fia menyela..

" Di dalamnya..ada seekor kucing mati.. tetapi kondisi nya sangat mengerikan. Sepertinya sang pelaku sengaja menguliti kucing itu." Fia menemukan kembali keberanian nya.

"Oh astaga..tega sekali..!" Bulan membekap mulutnya sendiri.

" Apa kau ingat penampakan pelakunya, Fia?" Bulan menoleh pada Fia.

" Tidak terlalu jelas, Bu.. Tetapi saya yakin dia adalah pria tinggi, perawakannya mirip pak Bagaskara hanya lebih gemuk sedikit. Dia memakai jaket kulit warna gelap dan helm."

Fia mencoba mengingat-ingat pelaku yang meletakkan kardus tersebut.

" Ini peringatan untuk kalian agar lebih hati-hati dan waspada ke depannya." Bagaskara muncul secara tiba-tiba. " Sebaiknya kau pasang CCTV di beberapa spot strategis, Bulan." Bagaskara menggamit lengan Bulan untuk mengikuti nya masuk ke dalam ruang kerja.

" Apa ada petunjuk, Bagas? Kira-kira apa maksud nya ini? Aq tidak habis berpikir kenapa ada orang yang tega melakukan hal keji semacam itu?" Bulan duduk di sofa dekat meja.

" Sayang..apa akhir-akhir ini kau mengalami konflik? Selain dengan Dhany." Bagaskara mulai menyelidik.

" Konflik yang aq alami akhir-akhir ini adalah peristiwa penjambretan itu dan tentu saja konflik dengan Dhany." Bulan mencoba mengingat-ingat kembali. " Tapi q pikir para penjambret itu akan jera dan tidak akan memanjangkan urusan, iya kan? Sedangkan Dhany.. seperti nya ia tidak mungkin melakukan hal seperti ini."' Bulan sibuk menerka-nerka.

" Siapa saja orang yang kau temui akhir-akhir ini?" Bagaskara kembali bertanya.

" Orang-orang di sekeliling q sepertinya hanya itu-itu saja.. Keluarga q, kau, Dhany, Dhimas, dan ke 3 asisten q."

Yaa..sejak pindah di kota kecil ini Bulan memang tidak memiliki teman sebanyak ketika dia kuliah. Orang-orang yang berada di sekelilingnya hanya itu-itu saja. Namun ini justru membuat Bagaskara tidak terlalu banyak memetakan pelaku.

" Bagas..kardus itu..ada di mana? Aq ingin melihatnya." Bulan menata mata Bagaskara menunjukkan keseriusan nya.

" Kau tidak perlu melihat nya, Sayang..aq khawatir akan mengganggu mu." Ia berusaha menahan keinginan Bulan.

" Tapi aq harus melihatnya, Bagas.. seseorang telah mengganggu teritori q. Aq harus tau apa sebenarnya yang terjadi." Bulan bersikeras.

" Kardus itu telah q letakkan jauh dari sini. Tapi jika kau memaksa untuk melihat nya..aq telah memfotonya untuk berjaga-jaga." Bagaskara menyodorkan ponselnya kepada Bulan.

Dan kemudian.. ketika Bulan melihat foto dari kardus itu..ia terkejut.. mengendalikan rasa takutnya sendiri kemudian meraih ponsel dari tangan Bagas. Ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

" Bagas..apa ini?..Kenapa mata kucing malang ini begitu menonjol?" Bulan mengatur zoom foto tersebut hingga fokus ke daerah mata. Kemudian menjerit tertahan..

" Ya, Sayang.. pelakunya memasang mainan berbentuk bulan sabit di kedua mata kucing malang itu." Bagaskara mengemukakan apa yang menjadi penyebab kengerian Bulan saat itu.

" Bagas..ini jelas sekali.." Bulan terbata-bata

" Ya, Sayang.. target nya adalah dirimu." Bagaskara menggenggam lengan Bulan.

" Sayang.. mulai saat ini..kau harus meningkatkan kewaspadaan mu. Aq usahakan setiap waktu q lepas dinas selalu di sisi mu. Kau tidak perlu khawatir, nanti saat q berdinas, akan aq atur rute patroli agar lebih sering melewati daerah sekitaran sini. Aq akan berkoordinasi dengan Dhimas untuk masalah ini." Bagaskara meraih pergelangan tangan Bulan dan melihat bahwa jam alarm yang ia berikan pada Bulan tidak ada di sana.

" Jam alarm itu, kenapa tidak kau pakai?" Bagaskara terlihat kecewa.

" Oh, aq selalu membawanya, Bagas..ini..ada di dalam tas q..selalu." Bulan mengambil jam alarm itu dari dalam tas nya.

" Bulan..dengarkan aq..saat sesuatu yang buruk menimpa dirimu.. saat itu kau tidak akan mampu berpikir jernih. Pakailah jam alarm ini selalu, mulai sekarang. Ini perintah." Bagaskara terlihat cemas atas sikap Bulan yang meremehkan keadaan.

"Jika ada sesuatu, tekan tombol ini.. polres terletak hanya 2 blok dari sini. Jadi kau tidak perlu terlalu cemas." Bagaskara menjelaskan.

Sesaat mereka sama-sama terdiam.. ini seperti menangkap asap dengan menggunakan tangan kosong. Bukti pendukung masih belum mengarah ke siapapun itu. Walaupun mereka berdua berpikiran sama atas siapa pelaku teror kardus itu..namun tetap saja Bagaskara tidak akan bertindak gegabah. Jika bukti belum cukup kuat maka sangkaan mereka akan hanya menjadi dugaan..bahkan akan berbalik kepada mereka dikarenakan akan dikategorikan sebagai fitnah. Dan juga..jika ternyata segala tuduhan dan sangkaan itu ternyata tidak benar..maka.. akibatnya akan fatal. Pelaku yang sebenarnya malah akan lolos dari pengawasan dan mungkin sekali akan melancarkan teror-teror yang lebih berbahaya berikutnya.