Chereads / help you kill you / Chapter 57 - who are you? (2)

Chapter 57 - who are you? (2)

Melihat gerak gerik anak buahnya itu dia menyeringai dan menepuk tangannya memberi isyarat pada pengawal lainnya yang sedari tadi berdiri di kanan dan kirinya dalam kegelapan itu.

Salah satu pengawalnya memasang kamera di hadapan penembak itu

"bos apa maksudnya ini?" tanyanya gugup dan gemetaran

"tidak masalah bukan jika aku memintamu untuk mengakui perbuatanmu itu di kamera ini?" tanya sang bos itu santai

"maksud anda?" tanya pria itu semakin gemetaran.

"aku hanya ingin melihat seberapa besar kesetiaanmu, dan video ini hanya untuk berjaga-jaga jika kamu menghianatiku" jawab pria itu santai sambil menghidupkan rokok ditangannya. asap rokok mengepul putih di ruangan gelap dengan cahaya lampu pijar itu. suasana menjadi semakin menakutkan. pria itu berkeringat panik

"tentu saja aku setia kepadamu bos, ba... baiklah jika itu bisa membuatmu percaya, aku akan mengakuinya" dengan gemetar pria penembak paman jo membuat dirinya berbicara di depan kamera yang sedang merekamnya, dia mengakui bahwa dia menembak direktur jo grup karna dendam pribadinya dan tidak ada unsur lainnya. Selesai merekam salah satu pengawal mengambil kembali kamera itu.

"apa kamu sekarang mempercayaiku?"tanyanya gugup menelan semua yanh berada dimulutnya termasuk kata-katanya yang tidak terdengar jelas

"em... ya" jawab pria misterius itu dengan santai. Dia mengayunkan tangannya dan salah satu pengawalnya sudah menodongkan pistol di kepala pria penembak itu.

"b..b..bos..apa yang kamu lakukan? Bukankah tadi aku sudah membuktikan bahwa aku setia padamu?" ucapnya yang gemetar karna jika salah berkata peluru di pistol itu akan menembuh kepalanya

"hahahha apa kau bilang? Hahaha setia kepadaku?"

"lalu kenapa kamu kemari?"

"maksudmu bos?"

"kau pikir aku bodoh?"

"hmm...Aku penasaran apa yang ada di dalam tangan kananmu itu?" tanya pria itu dengan suaranya yang sedingin es

Sial bagaimana dia bisa tau?

"bos aku tidak bermaksud.. aku aku aku" pria penembak itu panik dan tidak tau harus mengatakan apapun

"jadi benar kau menggiring mereka pada kami? Hahaha menarik sekali"

"aku terpaksa bos, mereka bilang jika aku mengatakan sesuatu maka chip di tanganku ini akan membunuhku" pria itu berlutut seakan meminta ampun

"ceh... kenapa kau begitu ketakutan hahahaha" tawa pria yang mereka panggil bos itu begitu menakutkan, aroma membunuh mulai merebak diruangan itu ketika pria itu tegak dari kursinya dan menghampiri penembak itu, dia memegang dagu dan menghembuskan asap rokok dari mulutnya ke wajah penembak itu.

"apakah itu sakit?"tanyanya

"y...y..ya..a.." suara gemetaran menjawab pertanyaanya

"sebagai bos yang baik aku akan membantumu untuk tidak merasakan sakit lagi" senyum pria misterius itu dengan kejam, dia memegang tangan kanan penembak itu dengan erat, melihat bekas jahitan yang sangat rapi di tangan itu.

"begitu rapi..."

"bbbooss apa yang akan kau lakukan! Kumohon ampuni aku bos kumohon" jerit penembak itu, kini sekujur tubuhnya telah dipegang erat oleh beberapa pangawal berbaju hitam.

"hahaha kau harusnya berterimakasih padaku..."

Dengan pelan seakan menikmati setiap prosesnya, pria misterius itu menyayat bekas jahitan di tangan kanan anak buahnya itu dan dilihatnya chip kecil tertanam di daging dan sela-sela otot tangan penembak panam jo itu. Beberapa detik kemudian terdengar jeritan si penembak itu,

Aaarrgghh!!!!!!!

Ternyata perkataan leon benar adanya, tanpa dia yang menonaktifkan chip itu maka racun chip itu akan keluar dan menyebar ke pembulu darah sang penembak, dalam beberapa detik kemudian jeritan itu menghilang, penembak itu telah mati.

"hm.. chip yang sangat menarik" pria itu mencongkel chip itu keluar dengan pisaunya dan menginjaknya kelantai.

Salah satu pengawal memberinya handuk kecil untuk mmbersihkan tangan bosnya itu. Dengan santainya seperti tidak terjadi apa-apa dia kembali duduk dan asik membersihkan tangannya yang dirasa kotor.

"apa kau melihatnya?" tanya pria misterius itu

"y..ya tuan" jawab lelaki paruh baya itu mendekati tuannya dengan gemetaran karna terkejut melihat apa yang terjadi.

"hahaha jangan coba-coba menghianatiku atau kau dan anak buahmu itu akan bernasib sama dengannya" jelas pria itu lagi.

"ten.. tentu tuan" dengan menahan gemetaran tubuhnya retenir itu menjawab. Pria ini memang muda dan tampan tapi aku tidak menyangka dia begitu menyeramkan seperti iblis.

"ahh.. aku merindukan alice~" seru pria itu dengan nada santainya

"bawakan alice padaku segera.. atau kalian tau sendiri akibatnya" pria itu berbicara santai sambil tersenyum.

"ba...baik tuan" jawab retenir itu dan segera pergi meninggalkan ruangan gelap itu bersama para premannya yang juga ketakutan.

"bos apa yang harus kita lakukan dengan mayat ini?" tanya pria berjas hitam, tubuhnya sangat kekar dan wajahnya terlihat begis namun terlihat sangat tenang dan setia.

"biarkan saja... ini akan jadi bentuk peringatan untuk alice"

"baik bos"

Mereka berjalan meninggalkan mayat itu sendirian tekapar dengan darah segar mengalir di tangan mayat itu.

Ahhh~ alice kamu semakin membuatku tertarik, gumam pria misterius itu.

Beberapa menit kemudian dean tiba di ruangan itu

"sial!!!!" dia terus mengumpat dan kesal sambil melihat mayat hadapannya

Aku terlambat! Mereka telah pergi

"halo bos" ucap dean di balik panggilan telfonnya

"bagaimana?" tanya leon

"maafkan aku bos, mereka berhasil kabur saat aku tiba penembak itu sudah mati dan sepertinya chip kita sudah diketahui mereka" dean mengambil chip yang tergeletak dilantai dengan tangannya yang memakai sarung tangan karet putih, lalu memasukkan chip itu di kantong plastik

"baiklah jika begitu, bereskan saja sisanya" perintah leon

"baik bos" panggilanpun berahir. Dean segera mengambil sebuah jarum suntik di kotak kecil yang dia bawa tadi, dia menyuntikkan cairan menghilang jejak racun pada tubuh mayat itu supaya jejak racun itu menghilang dan terlihat seperti kematian alami.

"maafkan aku sobat, ini salahmu sendiri... nanti akan ada polisi yang akan mengurusmu jadi aku pergi dulu" kata dean pada tubuh yang tidak bernyawa di hadapannya.

-----

Dilain tempat

"nona kita sudah sampai" sapa pak li pada alice

Alice yang sedang tertidur ahirnya bangun

" bapak benar ini tempatnya" leon benar aku ternyata sangat mengantuk, untung pak li mengantarku.

Ah sekarang aku harus bangaimana? Hm.. aku belum memikirkan strategi apa yang harus kugunakan untuk mencari tau. Sebaiknya aku mengamati situasi dari luar gedung dulu saja, karna jika aku bertanya pada resepsionis itu lagi mereka akan menolaknya.

Bbrtt... suara hp pak li berbunyi

"halo.. apa? Benarkah? Baiklah kalau begitu" pak li mematikan panggilannya

"ada apa pak li?" tanya alice

"begini nona, anak saya sedang dalam persalinan hari ini dan ternyata dia sudah melahirkan saat ini" jelas pria tua itu

"ah benarkah!~" alice terdengar senang

Tapi kemudian bingung begitu pula pak li, tampak ekspresi pria tua itu sedikit khawatir

"hm... pak li, kamu bisa pergi sekarang" kata alice dengan senyumnya

"tapi nona, tuan muda akan..." belum sempat melanjutkan perkataannya alice menyela

"ah tidak apa-apa.. aku akan menjelaskannya padanya

nanti" kata alice meyakinkan pak li. setelah cukup yakin ahirnya pak li meninggalkan alice di cafe sebrang sekolah les seni. alice memutuskan untuk mengamati situasi sambil meminum ice americano di cafe itu.

"ah aku hampir lupa!" dengan cepat alice mangambil smartphonenya dan menelfon leon

"halo leon... aku sudah sampai" jelas alice

"benarkah apa pak li bersamamu?" tanya leon

"em ituuu... dia harus ke rumah sakit karna anaknya melahirkan" jawab alice ragu

"ow seperti itu, baiklah nanti aku akan menjemputmu"

"eh tidak perlu, kamu masih sakit... nanti aku akan naik taxi saja"

lama leon terdiam dan ahirnya menyetujui keputusan alice.

beberapa puluh menit alice menunggu namun dia tetap tidak mendapatkan petunjuk. aku kira aku akan menemukan seseorang yang aku kenal jika mengamati orang-orang yang berlalu lalang masuk ke gedung itu, nyatanya ini hanya sia-sia gumam alice kecewa. dia memutuskan untuk masuk ke dalam gedung. saat akan menyebrang jalan tanpa disadarinya ada beberapa lelaki berbadan besar yang mengamatinya sedari tadi.

"bos apa sekarang waktunya untuk membawa gadis itu pada tuan?" tanya salah satu preman pada bos retenirnya.

"ya tunggu sampai mobil kita berada di samping trotoarnya lalu kita akan membawanya masuk ke mobil" sahut retenir itu. mereka menghubungin salah seorang preman yang berada di mobil meyuruhnya untuk mendekati alice. kemudian retenir dan para preman lainnya yang sedari tadi mengamati alice dari balik salah satu gedung mulai mendekati alice.

gadis itu mulai merasa tidak nyaman seakan mengerti ada seseorang yang mengincarnya...

dia mengamati lampu rambu yang belum juga hijau untuk penyebrangan pejalan kaki. naluri alice mengatakan dia harus segera menyebrang

aku merasa tidak nyaman... seperti ada yang mendekatiku.

langkah demi langkat terdengar semakin dekat walau tidak begitu jelas akibat kendaraan yang berlalu lalang. namun detak jantung alice tidak dapat berbohong.. dia berdetak begitu cepat

kenapa jantungku semakin berdebar? apa karna ice americano yang tadi ku minum?

belum sempat menyebrang tiba-tiba seseorang memegang pundak alice membuatnya terkejut

"aahh!"