Alice sendirian di kamar itu. Dia terduduk di kasur putih dan angin sepoi-sepoi meniup tirai putih tipis yang menutupi jendela. Dia mulai berfikir dan mencerna apa yang terjadi,
Matahari siang mulai berganti warna menjadi jingga, sore telah tiba.. lama alice memikirkan apa yang terjadi. dia kemudian keluar dari kamar itu dan menghampiri leon yang berada di sebuah sofa megah di ruang tengah lantai satu. Lelaki tampan itu duduk sendirian di sofa, salah satu kakinya menindih di kaki lainnya, tangannya asik memegang tab dan matanya focus dengan topik di dalam tab tersebut. Alice menghampirinya dan duduk di sebelah leon.
"apakah dean sudah pulang?"
"iya, apa kau sudah baikan?"
"Em" alice mengangguk.
"ada yang ingin aku bicarakan padamu" kata alice
"oke, apa itu?" leon segera berfokus ke alice. Dia mematikan tabnya menaruhkannya di meja.
"terimakasih kau telah menolongku waktu itu dan juga membuatku sadar bahwa aku masih memiliki hal yang harus ku kerjakan di dunia ini," kata-kata alice penuh ketulusan namun tersirat beban yang berat di hatinya.
"itu bukan apa- apa… ," leon menjawab alice dengan lembut, tangannya mengusap kepala alice membuat gerakan ringan mengacak-acak rambut alice. Alice melihat leon begitu baik padanya. Tidak bisa di percaya pria berwajah tampan yang sangat mempesona setiap kaum hawa ini akan memperlakukannya layaknya kekasih.
"oya.. aku membuatkanmu coklat panas, mungkin sekarang tidak terlalu panas lagi, minumlah.." leon mengatakan itu sambil menunjuk salah satu cangkir di meja itu.
"trimakasih, kau bilang kalian akan membantuku kan?" alice mengambil coklat panas itu
"tentu saja, aku akan selalu ada untukmu"
"kenapa kau ingin membantuku?" alice bertanya pada leon sambil mulai menyeruput secangkir coklat panas di tangannya,
"karna aku mencintaimu" leon dengan santainya menjawab pertanyaan alice
Alice terkejut, sangking terkejutnya dia menyemburkan coklat panas di mulutnya keluar dan semburan itu mengenai hampir seluruh wajah leon.
"oh tidak maafkan aku! aku tidak sengaja!" alice panik melihat wajah tampan leon ternoda oleh semburan coklat dari mulutnya. dia segera mengambil tisu di meja dan membersihkan wajah leon. Leon hanya diam mematung.
"apa kata-kataku ada yang salah?" dia berfikir keras sambil melihat gadis di depannya membersihkan mukanya
"tentu saja! Sepertinya kau lebih gila dari pada aku!"
Aku bisa terima jika alasannya karna kasihan terhadapku, tapi dia bilang dia menyukaiku! Aku rasa kepalanya sudah terbentur tiang listrik saat menolongku kemarin.
"kenapa aku tidak bisa menyukaimu? Aku bahkan mempunyai seribu alasan untuk menyukaimu!" kata-kata leon seperti kata-kata anak umur 10 tahun yang menggemaskan. Bohong jika alice tidak luluh oleh perkataan leon ditambah dengan ketampanan leon yang di atas ambang batas manusia hahaha. Namun tetap saja tujuan alice semula tidak akan luntur dengan pernyataan tadi.
"hahaha simpan saja seribu alasan itu, jika kau memberi tau sekarang mungkin aku akan pingsan"
Pingsan akan alasan-alasan yang tidak masuk akal dari pemikiran pria tampan ini.
"oke baiklah, lagipula tadi kau yang bertanya padaku, aku tidak akan memaksakan dirimu untuk mencintaiku. Aku tidak suka memaksakan kehendak pada orang lain" leon sudah menduga alice akan terkejut karna memang cara bicara leon selalu langsung ke intinya tanpa kata-kata pemanis beda dengan dean. Dia selalu mengutarakan apa yang ingin dia sampaikan. Terkadang orang akan merasa tidak senang dengan ucapan to the poin leon namun aura ketampanan dan tubuh sempurna leon membuat mereka tidak bisa marah padanya.
"leon kau tau bagaimana kondisiku sekarang, aku hanya akan membalas perbuatan mereka yang mengganggu keluargaku… aku tidak bisa memikirkan hal lain lagi sekarang. Namun aku akan berusaha untuk mencintaimu dan menuruti segala yang kau inginkan asalkan…," alice menghentikan kalimatnya, raut mukanya terlihat serius. Dia menarik nafas dalam, meletakkan tisu bekas membersihkan wajah tampan leon. Kemudian alice menatap leon, kedua telapak tangannya berada di pipi pria tampan itu sekarang.
"asalkan kau berjanji mengabulkan tiga persyaratan yang aku ajukan!" alice serius dengan kata-katanya kali ini karna inilah hal yang ingin dibicarakannya pada leon dari tadi. Dia tidak bergeming menatap leon. Meskipun wajah manisnya mulai merah akibat tidak kuat melihat ketampanan dan bola mata indah leon. Dia ingin pria tampan yang di ciptakan tuhan seribu tahun sekali ini menepati tiga syarat yang di ajukannya tanpa mendengarnya terlebih dahulu.
"kau tau, tanpa kau minta aku akan menuruti apa yang kau katakan walau harus mati sekalipun" dengan yakin leon menjawab perkataan alice. Tanpa alice sadari sebenarnya hati leon juga membara saat alice memegang pipi dan menatapnya. Leon seakan terhipnotis oleh wajah lugu dan cantik gadis di depannya itu.
"berhubung kau telah menawarkan pilihan, kau harus menepatinya juga… kau akan menuruti semua yang aku ingikan" kata leon
dengan yakin alice menjawab "tentu"
"benarkah? jika aku ingin kau tinggal bersamaku?"
"tentu saja" hal itu masih di anggap wajar oleh alice berhubung tempat tinggalnya yang dahulu sudah tidak aman lagi dan rumah leon setarus kali lipat lebih baik dari rumah gubuknya.
"jika aku ingin tidur denganmu? Maksudku bukan hanya tidur bersebelahan di satu ranjang tapi lebih dari itu?"
"apa! Em… te..te..tentu saja" jawaban alice penuh keraguan tapi mengiyakannya lagi pula dia sudah berjanji akan menuruti segala yang diinginkan leon dan ini konsekuensinya sebenarnya dia sudah memprediksikannya untuk apa seorang pria tampan menyelamatkan seorang gadis kalau dia tidak ingin mendapatkan keuntungan dari gadis itu gumam alice.
Melihat ekspresi salah tingkah alice, leon tidak bisa menahan tawanya.
"hahahha aku hanya bercanda… kau tau kan aku tidak akan memaksakan kehendakku pada orang lain, jika ada permintaanku yang tidak kau suka kau bebas menolaknya aku tidak akan memaksamu" leon mencubit gemas pipi alice.
"hahaha" alice tertawa garing. Hampir saja jantungnya berhenti berdetak. Namum kehangatan mulai memenuhi hati kecilnya. Ternyata leon berbeda dari pemikirannya, dia tidak seperti pria pada umumnya.
"oke kau sudah berjanjikan! Kau tidak boleh mengingkarinya!" senyum alice merekah di bibir merah mudanya bagai bunga sakura yang kelopaknya berhamburan di musim semi.
Alice kau sungguh manis, bahkan ketika raut wajahmu serius seperti itu dan ketika kau tersenyum seperti ini bagaimana bisa kau bertanya padaku kenapa aku bisa mencintaimu hahaha
"janji! Ya aku berjanji pada tuan putriku ini" leon memberikan senyum terbaikknya pada alice dengan jari kelingking keduanya saling terkait membuat ikatan janji seperti anak SD.
Ntah senyum leon akan bertahan atau tidak setelah mendengar tiga persayaratan yang alice ajukan itu.