Varell membuka kotak makan yang tadi Mia berikan padanya, uap panas masih mengepul diatas nasi mentega dengan telur dadar di atasnya. Sebuah masakan sederhana yang mengingatkannya akan masa-masa indah di London dulu sebelum badai mengguncang pernikahan mereka.
Dengan senyum yang terus terukir di wajahnya, Varell memakan dengan lahap nasi mentega pemberian Mia, rasanya masih sama.
Tidak ada yang berubah kecuali hubungan mereka yang merenggang.
Kunyahannya tertahan, mengapa ia harus menahan kebahagiaan yang seharusnya milik mereka berdua jika ia dan Mia dapat hidup bahagia tanpa beban apapun.
Dengan cepat Varell menghabisi nasi mentega buatan Mia lalu minum tanpa jeda sebelum akhirnya berlari cepat keluar dari ruangannya.
Varell sudah tidak tahan untuk menemui Mia dan mendekapnya hangat, tidak lagi membatasi kebahagiaan yang berada di pihak mereka.