"Tega sekali kamu padaku..."
Satu pukulan lemah mendarat di dada bidang varell, dua pukulan hingga Mia terus memukulnya berkali-kali tanpa henti. "Mengapa kamu begitu tega padaku?" Ucap Mia, suaranya parau dan tubuhnya seolah telah kehilangan seluruh tenanganya.
"Tidak cukupkah kamu melupakanku dan kini kamu ingin meninggalkanku? Lantas bagaimana dengan anak kita nanti Varell? Haruskah ia kehilangan ayahnya sebelum ia lahir? Mengapa kamu begitu tega padaku? Apa salahku padamu Varell? Apa salahku?" Kaki Mia sudah tidak dapat lagi menopang tubuhnya, ia terjatuh merosot hingga ia harus duduk menangis sesegukan diatas lantai yang dingin.
"Apa salahku Varell?"
"Mia, tenanglah.. Aku tidak akan meninggalkanmu.. Aku berkata seperti itu karena aku takut membuatmu selalu merasa bersedih. Aku menyesal,, Maafkan aku Mia." Varell memeluk Mia erat, air matanya tidak kuasa menetes melihat Mia yang begitu terpukul karena ucapannya.