Zara melangkahkan kaki menuruti sang suami. Ia menundukan kepala dengan pipi yang sangat merona. Mereka berdua sampai di sisi kiri mobil, "Masuklah" Perintah Zia setelah membuka pintu untuk sang istri.
"Makasih.." Ungkap Zara. Yang dibalas dengan anggukan.
Zara mendudukan diri di samping kiri kemudi, matanya menatap pergerakan sang kekasih yang akan segera menyusulnya masuk ke dalam mobil hitam itu.
Tangan kekar itu membuka pintu, lalu menutupnya kembali setelah dirasa ia terduduk dengan manis di depan kemudi mobil. Zara menatapnya dengan kagum pada sosok di depannya. Lalu ia memanggil, "Sayang.." Panggilnya lirih.
Seseorang itu menengokkan kepalanya ke kiri, dan dengan gerakan cepat ia mendaratkan bibirnya pada bibir kekasihnya itu. "Aku mencintaimu, insyaa Allah." Lirihnya.
Kejadian itu sungguh sangat cepat, hingga yang bersangkutan merasa ini seperti mimpi. Ia terkejut dengan pupil mata yang membesar.
Jujur hatinya saat ini tengah diliputi panasnya api cemburu yang membara. Melihat istrinya sendiri tengah bercengkrama dengan seorang laki-laki. Suami mana yang akan membiarkannya seperti itu? Melakukan interaksi dengan yang bukan muhrimnya, hanya akan mengundang banyak sekali tanya pada setiap orang yang melihat.
Lalu, apa yang harus dipertanggungjawabkannya ketika nanti di Akhirat? Tidak melindungi istrimu dengan baik? Sungguh pria yang tidak bertanggung jawab.
Setelah kecupan itu, ia tak bergeming sama sekali. Ia hanya menatap wajah sang istri dengan wajah menahan amarah.
"Maaf.." Ungkapan itu keluar dari bibir Zara dengan lirih. Hampir tak terdengar. Sedangkan seseorang itu hanya menaikan sebelah alisnya meminta penjelasan. "Aku salah.. Maafkan aku."
"Jelaskanlah.." Ucapnya singkat. Mobil itu belum melaju satu inci pun dari tempatnya.
"Uh.. Itu.. Dia hanya kakak tingkatku. Ketua di organisasi yang sebentar lagi akan berakhir. Tadi kebetulan ketemu, dan itu karena hujan aku tak bisa menghindar." Ucapnya mencoba menenangkan.
Air muka itu masih belum menunjukan perubahan sedikitpun, "Sayang.. Aku tak melakukan apapun. Aku tak berkhianat okay? Perlu kamu tahu, aku tak menanggapinya sama sekali."
"Apa dia suka padamu?" Tanyanya dengan nada yang sungguh tajam dan tegas. Hingga menimbulkan suasa yang cukup menakutkan.
"Uh?"
"Sudahlah.." Ia mulai memfokuskan diri pada mobil yang sedang ia kendarai. Sedangkan sang istri mendapati sang suami seperti itu, sungguh hatinya tak tenang sama sekali.
Ia ingat dengan benar, jika ia membuat sang suami marah maka para malaikat melaknatnya hingga marah itu menguap menjadi senyuman.
"Yang.." Panggilnya mencoba untuk menghangatkan kembali suasana.
"Baiklah, baiklah.. Aku menyerah. Tak apa aku dilaknat malaikat juga. Aku memang istri yang sama sekali tidak berguna, bukan kah begitu?" Ia terus saja mengoceh hingga mobil itu terparkir sempurna di depan rumahnya.
"Turun." Perintah Zia dengan sangat dingin. Zara tak mampu menebak apa yang sedang suami tampannya pikirkan.
"Iya iya.." Lama kelamaan mood Zara juga ikutan turun.
Apa-apaan itu. Ia tidak berkhianat sama sekali, tidak menempatkan pandangannya pada wajah orang lain, bahkan tak membiarkan ia mengucap satu kata pun untuk membalas ucapan si penguntit itu.
Lalu, ia yang kena batunya sendiri. Ya Allah..
Wanita itu melangkahkan kaki dengan gontainya, mengikuti laki-laki bertubuh proporsional itu dari belakang. Ia sibuk memikirkan kesalahannya, hingga tak sadar seseorang itu telah membalikan badannya, dan ia menabraknya dengan cukup keras.
Seseorang itu menahan tubuhnya, dan menggesernya ke samping lalu menjepitnya tanpa jarak sedikitpun. Zara hanya terdiam, menikmati wajah tampan yang ada di hadapannya tanpa berkedip satu kalipun seolah-olah ia akan kehilangan momen itu.
Klik. Pintu di tutup dengan sempurna, dan membuyarkan fokus Zara pada saat itu.
"Laknat apa hmm?" Tanya seseorang itu dengan suara yang cukup berat. Tak seperti biasanya.