Ana baru berhenti memecahkan dan merusak barang saat dirinya telah lelah. Ana ambruk, terduduk di lantai dengan lemas, nafasnya tersengal-sengal, dan iramanya tidak beraturan. Emosi telah menguasai dirinya. Ana seperti orang tidak waras. Pandangannya kosong ke depan. Rahangnya mengeras, menunjukkan otot-otot yang menegang.
"Sedikit lagi aku bisa menghabisinya, sedikit lagi." Tubuhnya mulai menegang kembali.
"Seharusnya hari ini kamu tersiksa di tanganku. Kau harus menderita!" Teriak Ana memenuhi ruangan. Orang pasti ketakutan saat mendengar teriakannya. Itulah mengapa sejak ia pulang ke rumah tidak ada yang berani mendekat, hanya mengawasi dari kejauhan. Cukup memastikan bahwa Ana tidak melakukan hal yang berbahaya.
"Aku tidak akan membiarkanmu hidup bahagian, aku tidak pernah bahagia maka kau pun tidak boleh bahagia." Ana tertawa mengerikan, ia semakin terlihat seperti orang yang syaraf di kepalanya mengalami gangguan.