Chereads / BALADA SI ANAK KAMPUNG / Chapter 10 - 10 Sang Pacar minta itu

Chapter 10 - 10 Sang Pacar minta itu

Lagi asyik memainkan ponsel aku dikejutkan oleh suara yang bersumber dari depan pintu.

"Bang Bayu"

Aku menoleh,kedua putra mbok Supi sudah berdiri didepan pintu.mereka adalah Beno dan Timo.

"Ayo masuk dik" Ajakku sambil tersenyum.

Kedua anak itu tampak ragu.

"Ayo..duduk sini."

Timo melangkah lebih dulu  lalu Beno kakaknya.Timo duduk disamping kananku dan Beno di sebelah kiri.

Hanya Ada kursi rotan diruang tamuku.jumlahnya tiga ,ditambah satu kursi yang panjang yang kududuki.

" Bang Bayu sakit ya" kata Timo polos.usianya baru sembilan tahun dan duduk dikelas tiga SD.

":Dikit.tapi udah hampir sembuh"

" kata Simbok,kami harus mbantu Abang."

Aku tersentuh dengan perhatian mereka.

" makasih dik.Abang udah baikan ndak perlu di bantuin segala."

"Abang dah  sering nolong kami,jadi Abang bisa suruh suruh kami".

Aku menggeleng sambil senyum

Di Atas meja ada makanan dan buah  pemberian orangtua kak Friska.

" kalian mau pizza."

" mau " kata Timo.

" huss...jangan .." sergah Beno pada Adiknya.Beno berumur dua belas,duduk di kelas enam.

" udah.. ambil aja .." aku menyodorkan kotak pizza,isinya tinggal dua potong,sebagian sudah kumakan dengan Ayah.

Timo yang ngambil duluan,lalu disusul Beno.

Kedua bocah itu tampak menikmatinya.

Lidah mereka agak terkejut bisa mencicipi makanan orang kota.

" ntar Abang ambil minum ya."

Aku meletakkan ponsel diatas meja.aku percaya mereka takkan membawanya kabur.

Aku membawa botol plastik dan dua gelas.botol itu berisi teh dingin yang disimpan dikulkas.

Aku menuangkan isi botol dalam gelas dan meletakkan dihadapan mereka.

Sambil mengamati mereka minum aku memainkan ponselku lagi.

" kalian kok ndak jualan."

Setiap sore,Beno dan Timo berjualan keliling kampung,dengan menjunjung baskom.isi baskom  itu ada berbagai macam gorengan,seperti ,tahu.bakwan dan pisang goreng.harganya limaratus rupiah sepotong.

Mereka sering mampir dan aku membelinya untuk cemilan sambil membaca.

Wajah Beno tampak muram.

"Simbok ndak punya modal lagi. Dipaksa bayar hutang sama rentenir."

Aku sedih mendengarnya.

" sudah berapa lama."

" udah lima hari."

Bisaku bayangkan mereka makan cuma seadanya. Aku pergi kekamar dan membawa tiga lembar pecahan seratus ribu.uang itu pemberian orang tua kak Friska.

"Beno..abang lagi ada rejeki..berikan uang ini pada simbok dan kalian bisa jualan lagi"

Bocah itu memandangku dengan rasa hampir tak percaya.

Aku memegang tangan Beno dan meletakkannya. 

Anak itu menerima dengan penuh terimakasih.

" sebaiknya kalian pulang. Berikan uang itu pada Simbok.bikin yang banyak lalu titip diwarung."

Kedua bocah berpamitan sambil mencium tanganku.Aku senang bisa membantu mereka.

Aku melanjutkan main game di ponselku. Tak berapa lama,Ayah duduk disampingku

Ia sudah selesai membereskan dapur.

"Siapa tadi yang datang"tanya Ayah sambil mencomot sebutir Anggur.

"Beno dan Timo.putranya mbok Supi." kataku menjelaskan.

Ayah mencomot anggur lagi.

" yah.uangnya kuambil tigaratus ribu.mbok Supi ndak ada modal lagi."

Ayah meremas bahuku,ia hanya tersenyum tanpa mengucapkan apa apa.

"Besar amat hpnya."kata Ayah setelah mengamati ponsel yang kumainkan,ukuran layarnya tujuh inchi, bening dan jernih.

Aku memberikan pada Ayah,biar dia coba memainkannya.

Ayah tertawa saat mencoba memainkan game balap mobil,setiap kali mobilnya nabrak Ayah terkekeh sendiri.

Setelah game over.Ayah nyerah.

" susah juga yu maininnya"kata Ayah sambil mengembalikannya padaku.

"Uuh ..Ayah..gitu aja.payah.kataku tertawa geli.

Aku memegang ponsel itu dan mencari game lain di play store,ponsel itu sudah diisi pulsa dan paket data oleh papa Friska.

" kayaknya teman teman sekolahmu tuh"kata Ayah sambil menunjuk kehalaman.

Aku mengalihkan pandangan,ada tiga sepeda motor melaju kehalaman rumahku.

Masing masing motor diboncengi satu orang.

Setelah motor itu di parkir,keenam anak itu berjalan kearahku.

Mereka adalah Andi,Rafi,Rio,Doni dan Aldi serta Tino.semuanya sahabat dekatku.

Tampaknya pulang sekolah mereka langsung kemari,seragam pramuka masih mereka pakai,dan hari ini sabtu.peraturan disekolahku setiap  sabtu para murid harus pakai seragam pramuka.

Aku dan Ayah menyambut mereka dengan ramah.

" gimana keadaanmu yu." kata Andi.

" udah hampir sembuh."

Satu persatu teman teman memelukku,aku berharap Sani,pacarku, juga ikut  namun tak kutemukan ia diantara rombongan itu.

Dua minggu yang lalu aku bertengkar dengan Sani,dia menuduhku selingkuh dengan Noval,cowok dari kelas lain.Aku tak terima dituduh begitu.kami bertengkar dan saling tak bicara.

Sani yang biasa duduk disampingku ,pindah duduk disamping Awil dekat deretan  pintu masuk.sebagai gantinya Marno pindah kesampingku.

Mula mula aku cuek aja,tapi lama lama aku merasa tak enak ,Sani yang selalu  membuat hidupku ceria dan bahagia,sekarang menjauh dariku.

Aku jadi sedih,sekaligus marah,ada rasa ingin berbaikan tapi egoku melarangnya.

Ini membuat pikiranku berkecamuk,aku jadi sering melamun,aku rasa inilah yang membuat virus cacar itu berhasil menyerangku.

Aku mempersilahkan teman temanku duduk.

"Kursinya ndak cukup,kita duduk berdua ama pacar masing masing ya."kata Aldi.

Mereka setuju, Andi yang pacaran dengan Rafi duduk berpelukan dikursi sebelah kiri,

Aldi dan Tino dikursi sebelah kanan ,Rio dan Doni duduk dihadapanku.

Aku cuma sendiri duduk dikursi panjang,seharusnya Ada Sani disampingku.

"Sani disana tuh" kata Rafi  sambil menunjuk kearah halaman.

Aku  berdiri dan melihat Sani duduk diatas motornya,dibawah pohon.

Aku ingin mengajaknya masuk ,lagi lagi egoku melarangnya.

" Ajak masuk tuh." kata Rio."dia hanya mau kalau kamu yang ajak."

"Kamu aja deh,Rio."kataku agak malas.

" Bayu. Kamu tau nggak Sani ingin balik lagi sama kamu. Dia nyesal banget tuh." kata Aldi menimpali.Aldi berwajah manis dengan rambut keriting.

"Bener yu.Sani  lho  yang Ajak kita kemari.dia kelihatan sedih saat tau kamu sakit."sambung Doni.

" malas.. Ah.. Suka belagu. .tuh."

Ayah datang membawa Teko plastik dan beberapa gelas besar,juga kue kering dalam stoples.

Cuaca siang ini sangat panas,paslah kalau Ayah menghidangkan Teh Es.

"Silahkan diminum adik adik " kata Ayah sambil meletakan semua bawaanya diatas meja dan menyusunnya dengan rapi.

" makasih om" kata Rafi.

Ayah hendak berbalik kedalam,namun ia terkaget ketika melihat ke halaman.

" Itukan temanmu yu.kok ndak diajak masuk"kata Ayah sambil menunjuk kehalaman tempat Sani berada.

" Bojonya Bayu tuh.. Om.biasa lagi cekcok"

Kata Andi.

Aku mendelik sewot pada cowok kurus itu.Andi malah tertawa.

Selama ini aku belum cerita tentang Sani pada Ayah.

"Sani maunya Bayu yang ajak dia masuk." kata Doni ikut mengompori.Tino juga menghasut.

" ndak boleh gitu yu.dia kan mau nengok kamu, masak kamu biarin saja."kata Ayah

Aku memasang wajah cemberut.

"'Apa perlu Ayah gendong.'kata Ayah.

" Iya om gendong aja."kata Rafi,Andi dan Doni ikut menimpali.suasana jadi gaduh.

" kalian jahat " kataku sebal.

Dengan enggan aku bergerak ketempat Sani duduk.

Sani duduk diatas motor maticnya,motor itu diparkir dibawah pohon.

Ia melihatku mendekat dan tersenyum manis.

Egoku mulai menghalangiku,namun Hatiku ingin segera memeluknya.

"Apa kabar san" kataku rikuh.

Sani mendekat lalu ia memelukku.

" aku minta maaf yu."katanya dengan suara terisak.

"Aku yang salah Yu.Aku sayang kamu yu."

Aku jadi terharu melihat penyesalan Sani.

" Aku juga minta Maaf San."

Sambil berpelukkan kami pun melepas Rindu.

" kita masuk yok" ajakku.

Sani mengangguk. Kami jalan bergandengan,sampai di depan pintu,kami disambut sorak sorai teman temanku.

" Horee...mereka berbaikan lagi.."

Aku dan Sani cuma tersenyum. Kami duduk berdampingan.

Kami semua mulai terlibat obrolan yang mengasyikkan,kadang saling ledek dan ribut,tapi selalu disusul derai tawa renyah.

Sesekali Aku mencium bibir  Sani,begitu juga teman temanku mereka juga mengumbar kemesraan dengan pacar masing masing.

" kita ngeseks bareng yok."kata Doni.sepertinya dia sudah birahi,pengen bercumbu dengan Rio.

" huss.ndak boleh disini..Ayahku bisa marah."kataku menentang rencana Doni.

Biasanya kalau kami pengen ngeseks disekolah,kami pergi kekantin Bang Juned,letaknya dibelakang sekolah.

Bang juned menyediakan kamar Bercinta dengan sewa sepuluh ribu perjam.

Nantilah kuceritakan soal kantin Bang juned itu.

" pelit amat " kata Andi."kamu kan udah lama ndak  ngewe ama Sani .ndak pengen tuh."

" maaf ya..kalau rame rame ndak bisa" kataku tegas.

" mending kalian cari tempat lain".

Sani ikut membelaku." aku pulangnya ntar sore."

" kami tuh pengen liat kalian berdua ngewe,udah lamakan ndak ml".kata Rafi.

" biasanya kita kan sering orgy."

Sebenarnya aku pengen banget bercumbu dengan Sani.tapi tunggulah kalau anak anak gokil itu sudah pulang.

Kulihat Ayah sedang nonton Tv diruang tengah.ia pasti menguping pembicaraan kami.

Sani memberi pengertian pada teman teman,Akhirnya mereka ngerti juga.

Tak berapa lama sobat sobatku itu pulang.

Sekarang tinggallah aku berdua dengan Sani.

Aku tahu Sani sudah birahi tinggi.kulihat gundukan celananya sudah mengembung.

" kamu sudah fit kan yu"

Aku tertawa."napa nanya gitu. Pengen ya"

Sani merengut.dia memegang kepalaku,lalu mencium pipiku." aku dah sange berat" bisiknya di telingaku.

Aku kembali tertawa." makanya jangan ajak bertengkar."kataku sengaja mempermainkan Sani.

Sani tambah galau." iya akukan udah ngaku salah,aku rela kamu entrot truus..sbagai tanda penyesalanku"

" huu..sss.jangan ngomong jorok."

":emang,. yang kita lakuin..nggak.. Jorok ya. Saling isap kontrol.. " kata Sani sewot, suaranya begitu keras,sampai di dengar Ayah.

Aku mencubit pipi Sani.gemas  benar aku lihat pacarku itu kalau  lagi sewot.

Kurangkul Sani dan kuajak ia kekamar.Hampir sebulan aku  tak bercumbu dengannya.

Kesehatanku sudah mulai pulih.kurasa ngeseks dengan Sani bisa mengembalikan gairah hidupku lagi.

Ayah masih nonton Tv diruang tengah.kamar itu terletak disamping kirinya.

" yah ..aku pakai kamar ..ama Sani."

Ayah  menoleh. Ia tersenyum dan menampakkan giginya yang rapi,ia tak mengucapkan apa apa.sepertinya ada yang  ia sembunyikan.

Aku sempat lihat sinar cemburu dimatanya.

Aku tahu Ayah juga sering ngeseks dengan mas Rasus atau dengan mas Wildan.. 

Jadi  aku juga berhak ngeseks dengan pacarku.

tapi Ayah tak pernah kulihat membawa salah seorang lelaki itu kerumah.kurasa Ayahlah yang mendatanginya.

Aku mengunci pintu kamar,biar Ayah nggak bisa masuk.

Aku  mencium Sani dan melumat bibirnya.Sani membalasnya hangat.tangan Sani menarik celana boxerku dan menanggalkan baju kaosku.

AKu melucuti seragam pramuka Sani.

Sekarang kami  berdua telanjang.kami kembali berciuman.

Sani menggenggam kontrolku,aku 

mencium leher Sani.dia menggelinjang.

Rasa Asin terasa dimulutku.tapi aku suka.

Setelah puas mencupang lehernya,giliran Sani yang Aktiv,ia mengemut putingku .Aku menggelinjang geli.

Lidah Sani tak sampai disitu saja,seperti keong yang berlendir terus menjalar  hingga sampai ke kontrolku.

Kalau soal mengemut kontrol,Sani memang pakarnya,emutannya terasa sampai ke ubun ubun.

Air liurnya membasahi kepala penisku mulutnya berkecipak memaju mundurkan dalam mulutnya.aku mengerang,geli campur nikmat.

Aku membaringkan Sani diranjang.aku juga ingin mengemut kontrolnya .

kusodorkan kontolku terlebih dahulu,lalu aku merubah posisi,kontrolku nancap dimulutnya dan penris Sani masuk kemulutku,posisi 69 inilah yang paling kusuka.

Kontrol Sani lebih kecil dikit dari kontrolku,tapi aku suka mengemutnya,aku bahkan memasukkan nya dalam dalam.

Sani rajin menjaga kebersihan selangkangan.tak sehelai bulupun yang tumbuh mulus dan licin, ia rajin mencukurnya.Aku paling jijik mengemut kontrol yang ada bulunya.

Aku juga rajin membersihkan selangkangan,diusia lima belasan,bulu bulu itu akan tampak seperti semak belukar ,bila tak di cukut

Lama kami saling mengemut,bahkan lidah Sani menyusup  ke anrusku,menimbulkan geli yang hebat ,aku jadi berhenti mengemut dan menikmati sensasi jilatan Sani.

Sejak kami Jadian lebih dari setahun yang lalu,sudah puluhan kali kami bersenggama.

Kami sering melakukannya di kantin bang Juned atau di kamar Sani.

Tapi baru kali ini,aku melakukannya dirumah.sebenarnya kau ingin menjaga perasaan Ayah.

Begitu juga Ayah juga tak pernah membawa pacarnya kerumah ini.

Kali  ini aku terpaksa melanggar komitmen,Aku sangat merindukan Sani dan sudah tak tahan untuk mencumbuinya.apalagi ia datang tanpa kuduga.

Sani memintaku untuk memasukinya.Ia menekuk kedua kakinya dan mengangkat pantatnya,terlihatlah Anrusnya yang sexy.

" Anrusku mu kok malah tambah sempit" kataku.Agak susah kontrolku menembusnya.

" ndak. kont mu yang tambah gede" jawab Sani sekenanya." kan Kamu entrot teruuus..harusnya tambah longgar dong"

Aku mendorong kontrol lebih dalam.

Sani mulai mengerang.sensasinya semakin nikmat kurasakan.

Pantatku meliuk liuk,maju mundur .rasanya makin menggila.

Aku juga mengerang ,demam dan nyeri yang kuderita tiga  hari belakangan ini berganti dengan rasa nikmat yang luar biasa.

"Aughh...ahhhg..entrot...truuss..yu".

Terdengar suara berkecipak kecipak saat aku menggenjot pantatku lebih keras.

Erangan Sani makin menjadi jadi.aku harus melumat bibirnya untuk meredam erangannya,biar tak didengar Ayah.

Kurasa ada setengah jam ,aku menyodok Sani,aku sudah empat kali ganti posisi.

Berbagai gaya bercinta yang sering kulihat di bokep,ku praktekkan pada Sani.

"yu,kalau mau keluar,tembakkan kemulutku ya."

Aku mengganguk.Sani menyukai Air maniku,sama seperti Ayah dan juga lelaki lain yang pernah bersenggama denganku.

Entah apa yang mereka sukai,bagiku  air mani itu Anyir dan aku tak suka menelannya.

Kontrolku semakin terasa kesemutan,pertanda maniku akan keluar,Sani sudah menumpahkan maninya diperutku.

Buru buru kucabut kontrolku,mengocoknya sebentar lalu muncrat ke mulut Sani.

Sani sungguh menikmatinya,seperti menikmati Es krim ia menjilatnya sampai kering.

Bahkan ia menyedot lubang kontrolku kuat kuat agar maniku makin banyak keluar.

Tubuhku jadi sedikit lemas.

Puas bersenggama. Aku  pun keluar kamar.

Ayah masih menonton Tv,acara kesukaannya.

Saat membuka pintu.

Ayah menoleh padaku.  Ia tersenyum.

Aku mendekati Ayah,masih dengan tubuh telanjang. Sisa mani Sani masih menempel di perutku.

"Ayah .aku minta maaf bawa Sani kekamar, aku ndak tahan lagi".

Ayah membelai rambutku." ndak apa Yu,kamu juga berhak punya pacar"

" makasih Ayah."kataku lalu mencium pipinya.

" Ayah udah bikin teh telur.mandi dulu tuh.

Ajak pacarmu mandi ya."

Aku kembali kekamar. Sani duduk dipinggir ranjang spring bed.

Mulutnya  menyeringai puas.

" mandi yok"

Aku mengambil handuk baru pemberian orang tua Friska,selain pakaian ternyata handuk juga ada.

Sani mengikutiku kekamar mandi.saat melewati Ayah Sani bersikap biasa saja meski ia telanjang.

Di kamar mandi Kedua baskom besar sudah diisi Ayah sampai penuh.

Aku mengguyur badan Sani dengan gayung.

" Ayahmu baik ya.kamu beruntung punya Ayah sebaik itu"

Aku hanya tersenyum.kuguyur badanku dan badan Sani berulang ulang .rasa letih mulai sirna.

Aku menyabuni badan Sani.Sani juga menyabuni badanku.kami berpelukkan dan saling menggosok badan pasangan kami.

" Bayu.Aku cinta kamu."kata Sani." aku ndak  ingin bertengar lagi."

Aku menguyur badanku dan badan Sani lagi untuk menbersihkan busa sabun,berulang ulang sampai bersih.

":aku cinta kamu San" kataku Sambil memeluk Sani.aku mencium bibirnya..

Aku mengeringkan badanku dengan handuk,lalu beralih ke badan Sani.

Dengan tubuh telanjang kami kembali kekamar handukku kalungkan di leherku.

" pakai baju ku San." aku memberi Sani celana jeans dan baju kaos.ukuran kami sama.

Kalau aku kerumahnya aku juga sering pakai pakaiannya.

Aku hanya pakai celana pendek katun dan baju kaos berwarna biru,untuk dirumah saja.

Kami pergi keruang tamu. ayah sudah menghidangkan tiga gelas teh telur dan tiga  piring bubur ketan hitam dicampur ketan putih.

Aku dan Sani menyeruput Teh telur.lalu memakan bubur.

" pintar kamu pilih pacar yu.ganteng kali".

Kata Ayah memuji penampilan Sani.

" makasih om. Bayu lebih ganteng."

Kami berbincang hangat. Dan tertawa renyah,selama satu jam

Tiba tiba Sani berseru." aduuh aku lupa ngasih kamu."

Sani bergegas ke motornya,ia  mengambil kotak ,yang ia letakan dibawa lantai motor maticnya.

Kotak itu sebesar kardus mie instan.

Sani mengeluarkan isinya,ada novel terbaru,roti tawar,selai,susu,coklat ,kue kering. Dan buah ,apel ,jeruk dan Anggur.

Sani anak seorang pengusaha meubel .ia sering mentraktirku disekolah.namun  aku tak mau bergantung  terus padanya.

"Sori,sayang aku sampe lupa".

" Sani,ndak usah ribet gitu"

" kamu kan lagi sakit ,jahat banget ,kalo aku ndak bawa kesukaanmu."

Aku mencium Sani,tak ingin pacarku itu berkecil hati.

" makasih sayang"

"Aku pulang ya."

Sani pamit pada Ayah dan memeluknya.

Aku mengantarnya sampai ke tempat parkir motornya.

"sampai jumpa disekolah Yu."

Aku mengecup bibirnya .

Sani pun berlalu meninggalkanku.

Aku kembali kedalam rumah.

" Yah,aku mau tidur siang" kataku sembari mendekati Ayah." Ayah mau keluar ya".

Ayah mengangguk.

" Aku nitip sesuatu boleh ndak"

Ayah cuma tersenyum.Aku bergegas kekamar.lalu kembali dengan membawa uang.kuambil sebagian makanan yang di bawa Sani,kumasukkan kedalam kantong plastik.

Satu lagi kantong ku isi dengan kue ,coklat dan buah.

" Yah.ini untuk karno,Ia  kan udah lama sakit.Aku dah janji kalau punya uang mau bantu dia."

Aku menyerahkan uang dua ratus ribu dan sekantong makanan.

Bab

" Bayu.. bayu..lagi sakit masih aja mikirin orang lain." kata Ayah sambil geleng geleng kepala.

" Ayah mau ke rumah mas Rasus kan".tebakku.

" nnndaak"kata  Ayah coba berkelit.

Aku tersenyum," aku tahu Ayah sayang sama Dia,biasa ajalah,"

Ayah mencubit pipiku," kamu mata matai Ayah ya."

Aku tertawa geli,melihat Ayah gelagapan gitu.

"Aku senang kok Ayah pacaran ama mas Rasus,masak pacaran sama Anaknya sendiri."

Ayah memelukku gemas,ia menggelitikku,untuk menutupi rasa jengahnya.

" udaah.. Aaah." kataku sambil melepaskan pelukannya

" aku nitip buat Dilo dan Bapaknya ".kataku sambil menyerahkan kantong lain.

Dilo putra tunggal mas Rasus,umurnya baru enam tahun,anaknya ganteng dan lincah.Mas Rasus kehilangan isterinya saat melahirkan Dilo,setahuku Ia tak pernah menikah lagi.

Baru setahun belakangan ini dia balik kekampung.

Ayah masih tersipu malu,Ia merasa rahasianya terbongkar.

" kunci aja pintunya yah."kataku sembari berjalan kekamar.

Kalau mau keluar atau kekamar mandi aku masih bisa lewat dapur.

Aku  merebahkan  tubuhku di kasur,Ayah sudah mengganti spreinya.

Aku berpikir,Ayah mungkin lagi nafsu,jendela kamar ini terbuka dari tadi,sekilas Aku sempat melihat Ayah mengintip aku.

Aku jadi tersenyum geli membayangkan Ayah buru buru mendatangi mas Rasus untuk melampiaskan nafsunya.

Mas Rasus lelaki baik,suatu saat nanti aku akan bujuk dia Maniko atau hidup serumah dengan Ayah.

SMA nanti aku berencana kos di kota besar,aku tak cemas lagi meninggalkan Ayah,sebab ada Mas Rasus yang akan menjaganya.

Aku menguap,rasa kantuk menyerangku.

Kupejamkan mata aku pun segera pindah ke Alam mimpi.

Jelang senja,aku dibangunkan Ayah.saat membuka mata aku pikir ini sudah pagi,ternyata baru jam enam sore lewat.

" Bayu..bangun..ada yang datang..tuh.."kata Ayah mengagetkanku.

Kudengar ada suara suara orang bicara diruang tamu,sepertinya banyak sekali

Ayah sudah berpakaian rapi.Ia memakai kemeja batik dan celana  hitam,sepertinya sedang menyambut tamu

" Pak Kades dan warga kampung datang Yu."bisik Ayah." mereka sudah menunggu didepan".

Ayah menyuruhku cuci muka dan merapikan pakaianku,setelah selesai Ayah mengajakku keruang tamu.

Aku kaget melihat begitu banyak orang yang datang ,mungkin sekitar tiga puluhan.

Ayah sudah menggelar tikar,dan mereka duduk bersila dan bersandar didinding.

Selain bapak bapak banyak juga ibu ibu yang hadir.

Aku melangkah ke bagian tengah,disambut Pak Joko Cahyo,kades kami.

" Kami warga kampung ini datang menjenguk Nak Bayu" kata Pak Joko sambil menyalamiku." Gimana kondisi Nak Bayu sekarang"

" Berkat Doa Bapak Dan seluruh warga Kampung ini,saya Sudah hampir sembuh."

" oooh....syukurlah.." kata sebagian warga hampir serempak.

" Bayu... Anak baik..dia sering menolong saya.." kata seorang perempuan setengah tua yang kukenal sebagai mbok Supi.

Perempuan itu mendatangiku,menyalamiku dan memelukku.

"Saya juga sering dibantu" kata pak kasep.

" saya sempat sedih dengar Bayu sakit."

Pak Kasep juga menyalami dan memelukku sebentar.

Warga yang lain juga mengomentari kebaikanku pernah menolong mereka, sebagian aku tak ingat pertolongan apa yang pernah kuberikan padanya.

Aku tak tega melihat orang lain menderita dan mengalami kesusahan,sebisa mungkin aku  akan bantu mereka.

Semua itu kulakukan secara spontan,tanpa mengharapkan apa apa.

Satu persatu warga yang datang menyalami dan memelukku 

Selain bapak bapak dan ibu ibu,banyak juga teman sebayaku yang  hadir seperti,Angga dan Renggo.

Jambrong preman yang   pernah bersiteru denganku juga datang dan memelukku.

" Berkat kamu Abang jadi insyaf."katanya sambil memelukku.

Pak Sobari dan beberapa teman seperguruanku juga hadir.

Mas Rasus dan Mas Wildan juga datang,.

mas Parjo yang paling dulu tahu aku sakit,

Juga tak mau ketinggalan.

Saat mas Rasus

datang memelukku,aku sempat melirik Ayah.

" Syukurlah dik Bayu,udah mulai sehat" kata Mas Rasus sambil memelukku.

Dia berwajah manis ,dengan kumisnya agak tebal,kulitnya agak putih.

Posturnya cukup tinggi dengan badannya yang kurus.

Wajah yang lembut mencerminkan sikap penyayang dan penyabar.

Ia juga membawa Dilo putranya.

Dilo juga memeluk.

" Abang sakit apa"katanya polos.

Aku mencubit pipinya," ndak sakit lagi..udah sembuh.."

Dilo terlihat gembira.

Ayah dan Parjo membagikan Air dalam kemasan gelas plastik,juga sebagian kue yang di bawa Warga.

Warga gembira aku sudah sembuh,jadi tak perlu disedihkan lagi.

Kami mulai bersenda gurau,tertawa lepas oleh banyolan  mas Kirno.

Mas Kirno komedian amatir di kampung kami ,dia mampu menghadirkan lelucon segar yang membuat orang mendengarnya terpingkal atau sekurang kurangnya tersenyum geli.

Setelah beberapa lama, Pak Kades dan Warga mohon Pamit pulang ke rumah masing masing.

" Nak Bayu,ini ada sedikit Uang bantuan dari kami." kata Pak Joko sambil  menyerahkan selembar Amplop putih yang berisi sejumlah uang.

Aku duduk didampingi Ayah.

Aku menggeleng.

" Trima kasih Pak.Saya senang dengan kehadiran Bapak dan warga disini. Itu saja lebih dari cukup"

Pak Joko memegang tangan kananku dan meletakkan Amplop itu digenggamanku.

" Nak Bayu,ini murni sumbangan dari warga,jadi bapak mohon Anak Sudilah menerimanya".

Kudengar suara riuh rendah,memintaku untuk menerima Amplop itu.

Aku memandang Ayah,Ia mengangguk sebagai isyarat agar Aku menerimanya.

Aku pun menerimanya." Terimakasih atas sumbangan Bapak ,ibu ibu dan semua warga yang hadir di sini."

Suara suara bernada gembira terdengar.

Sebelum meninggalkan rumahku,satu persatu warga menyalami Aku dan Ayah.

"Ayah kagum sama kamu yu." kata Ayah setelah semua tamu pulang.

" Baru tiga hari sakit Banyak banget orang jenguk kamu."

Aku cuma menebar senyum.

Ayah memelukku," Ayah bangga punya Anak seperti kamu,sejak kamu kecil sudah banyak orang yang perhatiin kamu."

Hari mulai gelap,suara binatang malam mulai terdengar sahut bersahut,Ayah mengajakku masuk untuk makan malam.