Diruang Tamu,dua orang perempuan sudah menunggu,yang satu sudah tua dan satunya lagi masih belia.
Cewek itu seumuran denganku dan penampilannya seperti cewek abg lainnya,ceria dan manis.
Si nenek masih memperlihatkan sisa sisa kecantikannya,meski sudah berumur hampir tujuh puluhan.sepintas penampi!annya mirip connie sutedja,artis jadul yang masih eksis di layar kaca.
Begitu melihat aku datang, Oma langsung histeris. "oooh...cucu Oma," katanya sambil bangkit dari duduknya.ia bergegas untuk memelukku.
Aroma parfum yang lembut menyelinap ke hidungku.
Tahu dari mana ia tentang aku,pasti om Danil yang ngasih tau.
Aku terkesima,tak siap disambut begitu hangat oleh Oma."
" Apa kabar.. Bayu..".Oma mempererat pelukannya,seakan akan aku cucu kandungnya yang telah hilang selama bertahun tahun.
Ia mencubit pipiku berkali kali,seperti memastikan aku ini manusia asli,bukan boneka yang baru di beli dari toko.
" Kamu ganteng,mirip Papamu."
Aku tersenyum geli,ngaco tuh nenek!.
Mirip dari mana,aku pasti mirip Ayahku ketimbang mirip Om Danil.
Oma terus memeluku,sampai aku sesak napas dibuatnya,tubuh sinenek besar dan agak gendut.aku coba untuk menepisnya,tapi si nenek tetap memelukku.
" Udaah.. Ma.. Kasihan ..Bayu.."
Oma melepaskan pelukannya,setelah mendengar suara anaknya.
" Oya.. Kenalkan.. ini.. Cucu Oma yang lain." kata Oma sambil merangkul cewek tadi.
" ini Angela.. Putri bungsunya Anik.. Anak tertua oma.
Aku menjabat tangan cewek itu." yang asli dan yang di foto sama gantengnya"
Aku mencoba mencerna perkataannya, Rasanya aku pernah melihat foto cewek ini,tapi dimana ya..
Kurasa usianya sama denganku.wajah cewek itu manis,terutama kalau dia tersenyum.
Pakaian yang dikenakannya serasi degan bentuk tubuhnya,langsing dan tinggi.
Bajumya berwarna pink kombinasi dengan putih,celananya berwarna biru,hanya menutup sampai lutut.
Kulit Angela putih dan mulus deretan giginya juga putih dan rapi.
" kamu pernah nggak liat foto aku." kata Angela.
Aku menggeleng.
" masa nggak ingat ,aku kan teman facebook mu,Angela Angel."
Aku menatap cewek ini lebih lama,
" Oo.. Iya.." kataku baru ingat." kamu kan yang sering komen di status aku."
Angela cuma melempar senyum.
Setiap kali aku update status cewek inilah yang selalu pertama komen,dan selalu kasih like.
Kebanyakan yang add aku itu cewek dan cowok yang masih sekolah,smp dan sma.
Diantara cewek dan cowok sebayaku,banyak juga Om om dan bapak bapak minta jadi teman aku,tapi kutolak semua.
Kurasa Om Danil lah yang kasih info pada Angela.
" jadi gini.. Danil..." kata Oma ." Sabtu lusakan si Anik ada pesta..kawinannya si Radit."
" oh...iya.. Ma.." kata Om Danil." hampir aku lupa.. Persiapan pesta udah semua ..kan"
"Itu dia...nil..masih ada.. Kekurangan biaya...."
" emang berapa lagi..ma.."
" tak banyak kok.. Sekitar lima belas juta."
Aku cuma bisa menyimak percakapan mama dan putranya itu,aku melirik Angela ,cewek itu beringsut,ingin ngobrol denganku.
" Bisnis kamu..kan lagi bagus...."
" iya..ma..aku bantu..Sebenarnya aku masih kesal dengan ulah mas Irwan,suaminya mbak Anik itu."
" sudah...lah..tak usah ...diperpanjang lagi.."
" tapi demi Radit,aku kesampingkan dulu."
Ibu datang membawa minuman teh hangat dan penganan berupa kue lapis legit.
Diatas Baki besar ada empat gelas dan satu poci, semuanya terbuat dari keramik berwarna kuning keemasan.
Dengan cekatan ibu menuang teh kesetiap cangkir,kali ini ia tak membuat kesalahan sedikitpun.
Kuperhatikan raut wajah Oma terlihat sinis.
"Perempuan ndeso itu memang lebih pantas jadi pembantu daripada jadi isteri kamu" kata Oma ketus.
Wajah ibu terlihat muram.selesai menuang teh, ia hanya berdiri disudut kursi menunggu perintah Om Danil.
Om Danil mengibaskan tangannya dan ibu menanggapi kibasan tangan itu sebagai isyarat untuk menyuruhnya pergi
Jantungku bergolak mendengar perkataan oma tadi,wajah ku langsung cemberut.
"Dari dulu kan mama sudah bilang buat apa kau kawini perempuan itu.dalam segala hal Tania, lebih baik dari perempuan itu,tapi kau malah menceraikannya"
Oma terus bicara tentang keburukan ibu dan Ia juga memaki ibu sebagai perempuan tak berguna.
Jika saja aku tak menghargai Om Danil ,ingin rasanya kuhardik nenek gendut itu,panas benar hatiku dibuatnya.
Aku berniat bangkit dan meninggalkan mereka.
" ma.. Jangan gitu..Bayu ..marah.. Tuh.." kata Om Danil mencoba menghentikan ocehan mamanya.
Oma memandangku.aku memasang tampang cemberut.
" ooh.. Kamu tersinggung ya.."
" Ya.. Jelas lah...ibunya di kata katain gitu" sela Om Danil.
Oma mendekatiku." maafkan Oma .. Bayu..Oma tak berniat menyakiti hatimu"
Aku merengut,.kutundukkan pandanganku.
" Oma..pikir kamu tak ada hubungannya.."
Aku tak mengubris perkataan Oma,kupalingkan wajah ke sisi lain.
" Lusa, dipestanya Radit, aku mau ajak Bayu .aku minta jangan ada lagi yang menjelek jelekan Surti di depan Bayu...tolong Mama sampaikan pada yang lainnya."
" Iya.. Nil.. Mama akan sampaikan."
Aku mulai muak dengan suasana ini.jelas sekali kalau keluarga Om Danil tidak menyukai ibu.
" Pa..aku mau kehalaman depan,ruangan ini bikin gerah."kataku dengan amarah yang tertahan.
Sebenarnya Udara dirumah ini sejuk dan nyaman,tapi kata kata Omalah yang membuatku gerah.
Aku langsung melangkah tanpa meminta persetujuan Om Danil,Oma berniat mencegahku.
" Bayu...sini..dulu"
" Biarkan saja.. Ma..biarkan hatinya tenang dulu."sergah Om Danil.
Kulirik Angela,ia masih duduk di dekat Oma,wajahnya terlihat sedikit muram.
Aku bergegas keluar, di halaman depan ada sebuah Taman. Aneka bunga dan pohon hias tertata dengan Rapi.
Ada berbagai jenis burung dikurung dalam sangkar besar, lengkap dengan pohon tempat burung itu bertengger.dibawahnya ada kolam kecil tempat burung burung minum dan mandi.
Kulihat ada beberapa ekor perkutut bernyanyi dengan suaranya yang khas.juga ada kutilang,burung srindit dengan bulunya berwarna hijau dan merah.
Meski bertubuh kecil, mereka tak henti henti bergerak,melompat kian kemari sambil mencicit.
Di sis lain ada kolam yang cukup besar,berbagai ikan hias
Asik berenang kesana kemari,ada ikan koi ,ikan mas dan dari jenis yang lain yang belum kupahami namanya.
Aku duduk di bawah pohon,bangku bangku ditaman dibuat dari semen dan di bentuk seperti tunggul pohon yang sudah di tebang.
Seorang lelaki setengah baya sedang bekerja,mencabuti rumput liar yang merusak keindahan taman ini.
Kuperhatikan ikan ikan yang asyik berenang.perlahan lahan aku terbawa suasana Taman yang sejuk dan tenteram.
Rasa kesal dihatiku mulai sirna.
Kalau di kampung ,bila pikiranku mumet aku pergi ke belakang rumah dan memandang hamparan sawah yang luas.
Hembusan Angin dan suara air yang mengalir dari saluran irigasi membuat pikiranku kembali adem.
Tiba tiba aku teringat pada Ayah ,sedang apa ya ,dia.
Kukeluarkan ponsel dari saku.
Ada pemberitahuan Smsku sudah terkirim,berarti Ayah sudah mengaktivkan Hapenya.
Ku coba menelponnya.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif....." Hanya suara operator yang terdengar.
Aku kecewa.
Hatiku mulai resah,dan bertanya tanya dalam hati.
Aku harus menghubungi Mas Wildan.
Mas Wildan cukup dekat dengan Ayah.
Cukup lama aku menunggu sebelum bisa tersambung.
Mulanya yang kudengar suara Dilo,aku memintanya memberikan Hape pada Ayahnya
" Yah.. Bang Bayu.. te..poon.. .. Samar samar terdengar suara Dilo,kurasa sambil berlari ia menemui Ayahnya yang sedang melayani pelanggan diwarung kopi pamannya.
" Halo ..Bayu.." akhirnya kudengar suara mas wildan dengan jelas.
" mas.. Aku lagi di tempat ibu..ibu menjemputku disekolah.. Tadinya aku sudah minta ijin sama Ayah,ibu meminjam Hapeku dan memaki Ayah.."Aku menghela napas aku harus menjelaskan urutannya biar dia paham
" ya.. Bayu."
" sejak itu Ayah mematikan Hapenya..sampai kini aku kehilangan kontak."
" ooh..gitu.."
"Mas ..aku minta tolong..temani Ayah tidur nanti malam..."
" iya.."
" aku takut Ayah knapa napa"
" mas akan usahakan kesana,
kamu baik baik saja kan ditempat ibumu."
" aku baik baik aja,mas aku cuma tiga hari disana,minggu sore baru pulang...aku minta tolong sama mas..kayaknya Ayah marah banget..jagain ..dia.."
" Iya.. Bayu.. Mas ngerti..."
" segitu aja..ntar malam aku ngebel lagi..makasih ... Mas".
Kuputuskan sambungan,mataku kembali tertuju pada kolam Ikan.
" Bayu..."aku dikejutkan oleh suara Oma.tampaknya ia sudah selesai dan bersiap hendak pulang. Om Danil dan Angela juga ikut disampingnya.
" Oma..jadi sediiih.....Bayu marah sama oma....."
Aku menoleh pada Oma,rasa marah ku sudah reda.
" Sekali.. Lagi.. Oma minta maaaaf.."
Aku memberinya senyuman,tampaknya permintaan Oma tulus.
"Bayu.. Maukan memaafkan.. Oma.
Aku mengangguk." Aku.. Maafkan."
Oma memelukku dan mencium kedua pipiku ,ia pun berpamitan.
Angela juga cipika cipiki." sampai nanti ya.."
Kedua perempuan itu masuk kedalam mobil sedan,seorang supir seumuran om Danil sudah menunggu,siap membawa pemiliknya kembali ke rumahnya.
" Papa...senang,..kamu punya sikap gentlemen.."kata Om Danil sambiil merangkul bahuku.
" sabtu lusa papa akan ajak kamu ke rumahnya Angela..kawinan Abangnya."
Aku hanya memandang Om Danil bercerita.suaranya terdengar Antusias.
."seluruh keluaga besar akan hadir.. Saudara papa ..keponakan ..sepupu.. Juga Oma dan Opa serta kerabat yang lain.
Mereka pasti akan senang bertemu denganmu."
Om Danil mencodongkan wajahnya padaku.
" Papa.. Janji ...kejadian tadi takkan terulang lagi.'.katanya dengan mimik serius.
Aku bisa merasakan pengharapannya padaku.sejak menikah dengan ibu,ia selalu mengajakku untuk tinggal dengannya.
Tapi selalu kutolak.aku lebih suka tinggal dengan Ayah.
Berbagai cara ia lakukan untuk merebut simpatiku.
Uang Spp dan segala bayaran keperluan sekolah sudah ia lunasi untuk setahun kedepan.
Aku tak bisa menolak ini,Pak Rasyid tak mau menerima uang lagi dariku.
Tak jarang Ia menitipkan uang pada Yanto untukku,namun hampir tak pernah kuterima.kalaupun aku terima pas lagi kepepet,uang itu hanya kupakai sebagian dan sisanya aku sumbangkan pada orang yamg membutuhkan.
Kadang kadang ia menyuruh Rani untuk memberikan uang atau sesuatu barang padaku.
Rani punya cara sendiri untuk memaksaku untuk menerima pemberian itu.
Ia akan merengek dengan wajah memelas sampai aku menerimanya.
Dasar aku orangnya nggak tegaan.akupun terpaksa menerimanya.
"Sore.. Gini ..asyiknya ..berenang ..tuh" kata Om Danil memecahkan lamunanku
Ia mengajakku kesamping rumah .kami harus melewati pagar beton setinggi tiga meter dan sepanjang lima meter
Dibalik pagar itu ada Kolam renang besar,seperti kolam renang di hotel berbintang.
Kolam renang itu mewah dan elegan.
Dinding dan dasar kolam terbuat dari keramik berwarna biru..
Ada beberapa kursi santai disisinya.
Selain dari samping luar,kita juga bisa masuk dari ruang keluarga.ada sebuah pintu yang tembus kekolam renang.
Om Danil memanggil seorang pembantu yang sedang berada dekat kolam untuk menyediakan minuman.
Lalu ia berdiri dibagian ujung kolam dan menanggalkan pakiannya.
Ia hanya menyisakan celana dalam ketat berwarna hitam putih seperti zebra.
ada tonjolan cukup besar didepannya
Kulit Om Danil putih dan bersih,otot bisep bermuncullan dilengannya yang kekar,dadanya bidang dan padat,hasil latihan di Gym.
Pinggang nya terlihat ramping dengan perut kecil dan rata.
Ia mencebur kekolam dan berenang dengan gaya bebas.
Gerakannya begitu cepat seperti perenang olimpiade,dalam hitungan menit ia sudah sampai di ujung kolam.
Setelah menyentuh diinding kolam ,ia berbalik arah kembali ke tempat semula.
" Ayo... bayu..nyebur.." katanya begitu sampai diujung kolam.ia mengatur napasnya yang agak terengah.
Aku menanggalkan pakaian,menyisakan kolor berwarna biru tua,lalu nyebur.
Airnya segar,berbau khlorin seperti bau air kolam renang dimana mana.
Kedua tanganku mengibas untuk membuat tubuhku meluncur lebih kencang.sesekali aku menyelam sampai menyentuh dasarnya.
Saat aku muncul kepermukaan , Om Danil menantangku.
" Papa ada tantangan buat kamu." katanya sambil memegang sebuah bola berwarna merah,sepertinya bola polo air.
" jika kamu bisa merebut bola ini dari tangan papa...papa kasih hadiah.... Berani nggak."
Aku tersenyum.
Om Danil bergerak keujung kolam.tangan kanannya mengacungkan bola.
" siap...siap.. Satu.. Dua... Tig..a. Mulai.."
Aku mengayuh tangan secepatnya.Om Danil tidak bergerak,ia menungguku.
Begitu sampai didekatnya,aku langsung merebut bola,.
Om Danil ,merangkul badanku dan menjepit pinggangku dengan tangan kirinya.
Badan kami bersentuhan.aku tidak merasakan sensasi apa apa.
Pikiranku fokus untuk merebut bola.
Kucoba menurunkan bola dengan menarik tangannya.,begitu hampir berhasil.Om Danil melempar bola,kearah yang berlawanan.
Aku berusaha mengejar bola yang ia lempar,namun Ia malah menjepit badanku dengan kedua tangannya.
Tenaganya begitu kuat.aku kesulitan melepaskan diri.
" apaan... siih. Om ...Curaaang...." aku menggerutu.sepertinya Om Danil sengaja ingin memelukku.
Om Danil malah tertawa.ia mengendorkan
jepitannya,,
Aku menghentakkan badan,dan melesat mengejar bola.
Om Danil hanya melihatku mengejar bola.
Kupikir aku bisa dengan mudah merebut bola itu,namun alangkah kagetnya aku begitu tanganku hendak meraih bola, Om Danil muncul dari dalam Air,merebut bola dengan cepat,ia lalu bergerak menjauhiku.
Aku merengut kecewa.
" Ayo ..Bayu..kejar... Dong..."Ia tertawa meledekku.
Aku kembali mengejarnya,ia tidak menghindar.
Aku melompat .
Menerkam bola.
Bola itu terlepas dari tangan Om Danil.
Ia malah memeluk untuk menghalangi gerakanku.
Lagi lagi badan kami bersentuhan, Om Danil mengunci pinggangku dengam kedua tangan.
Wajah kami dekat namun belum bersentuhan.
Om Danil tersenyum,ia lalu mendekatkan bibirnya ke bibirku.
" jangaaan... Om. .."aku mencegahnya untuk menciumku.
Begitu banyak Orang di rumah ini,aku tak mau mereka berprasangka buruk.
Bisa saja Ibu dan Rani melihatnya.
Aku menatapnya dengan rasa marah.aku tak ingin terlibat lebih jauh lagi dengan Pria ini.
Aku mendorong badan Om Danil,lalu mengejar bola dan berhasil mendapatkannya.
" Horeee.... Kamu berhasil..." kata papa tiriku itu,sepertinya ia ingin mengalihkan perhatianku.
Aku merengut.
"Mau...minta hadiah... apa...sayang.."
Om Danil mengajakku naik.kubiarkan ia naik lebih dulu.
" minum.. Dulu.. Jus kesukaanmu."
Kulihat di atas meja sudah ada empat gelas jus, Jus Alpukat.
Didekat sekolah ada yang jual Aneka Jus,memakai gerobak.Tiap pulang sekolah aku selalu mampir untuk membelinya.
Diantara banyak buah yang tersedia,aku selalu pilih alpukat.
Sipenjual sampai hapal kebiasaanku itu.
Aku bergegas naik. Om Danil melempar Handuk Biru padaku.
Aku menangkapnya dan mulai mengeringkan badan.
Om Danil sudah duluan menyeruput jus itu.ia duduk dikursi santai dengan selembar kolor saja.
Aku mengambil segelas Jus dan duduk dikursi satunya lagi.
" Papa...tahu.. Hadiah yang paling pas buat kamu"..
Aku memandangnya sambil menyeruput jus.
" Sepeda..motor...itu yang paling kamu butuhkan..
Papa.. Rasa ...Kamu udah pantas bawa motor kesekolah...".
Aku mulai tidak nyaman dengan naik Angkot.pagi pagi aku harus menunggu cukup lama untuk bisa dapat tumpangan ke sekolah,.sering aku terlambat karenanya.
Kadang kadang Toni memberi boncengan.
Tapi sejak ia masuk Sma,aku tak pernah lagi minta dibonceng.Arah yang kami tuju berbeda jauh.
Akupun jadi mikir,pasti lebih nyaman bawa motor ke sekolah,bisa lebih cepat sampai dan tidak usah menunggu Angkot lagi.
Tapi Uang dari mana,harga motor itu jutaan.
" Hari minggu siang kita ke Dealer motor...kamu boleh pilih
Motor yang mana saja kamu suka..."
Aku menatap Om Danil," Benar..Pa.." kataku senang,spontan saja aku panggil dia papa,ada rasa memiliki yang timbul dihatiku.
Tanpa sadar aku sudah mengosongkan gelasku,Jus itu enak dan segar.Rasanya lebih lezat dibanding jus yang aku beli di sekolahan.
" nambah... lagi.. tuuh."
Sambil melempar senyum,aku mengambil gelas yang masih penuh..gelas itu berbentuk segitga terbalik,ada kakinya,seperti gelas yang biasa dipakai Restoran mewah.
Dalam beberapa sedotan isi gelas itu kembali kosong.
Perutku terasa kenyang dan enek.
"abiis ini kita main game yok." kata Papa." mandi lagi ya biar bersih".
Aku melilitkan handuk dipinggang,lalu pergi kekamar untuk mandi lagi.
Sebelum makan malam,aku dan papa main game PS3 dikamar.
Kami main bola,Pro evolution soccer.
aku menghadapi lawan yang seru.
Kupilih tim portugal dan Papa pakai tim Argentina.
Skor kami begitu ketat,baru saja aku menjebol gawang nya dengan CR 7 ,tak berapa lama ia membalasnya dengan golnya lewat messi.
" kamu bisa juga ngimbangi papa. Tahun lalu papa juara satu lho,kompetisi di mal." kata papa sambil terkekeh.
Kami menyudahi permainan,ketika seorang pelayan mengabarkan makan malam sudah siap.
Skor kami imbang 3-3.
Sehabis makan malam,Papa pamit keluar rumah.katanya ada pertemuan dengan relasinya.
"Ibu baik baik saja kan selama ini."tanyaku saat papa sudah pergi.sekarang saatnya aku bertanya.
Kami masih duduk dimeja makan,pelayan sudah membereskan meja dan menggantinya dengan hidangan penutup. Rani duduk disampingku,sedang menikmati puding es krim
" iya"kata ibu pelan.
" knapa dia memperlakukan ibu sebagai pembantu..."
Ibu menghela napas dan mengeluarkannya dengan mendesah,seperti hendak mengeluarkan kepedihan yang menderanya.
" dulunya... Dia tak begitu..dia sayang sama ibu...tapi setahun belakangan dia berubah kasar."
" Dia sering memukul ibu."
Ibu tersedu. Tangisnya mulai pecah.
" lima bulan lalu,dia menghajar ibu habis habisan.
Waktu itu dia baru pulang sekitar jam satu malam,dia menyuruh ibu menbuat kopi,karna air panas tak ada,ibu memasak air dulu .saat sudah siap ibu menghantar kopi.
Tapi dia membentak ibu,katanya... kelamaan.".
Ibu mengusap air matanya,dia menceritakan ini seolah olah kejadiannya baru kemarin.
" abis itu dia mencaci maki, dan menyiram kopi panas itu kewajah ibu." kata ibu melanjutkan,suaranya serak.
" ibu menjerit menahan pedih,tapi dia bukannya iba malah semakin beringas meninju wajah ibu hingga gigi ibu patah."
Ibu memeperlihatkan giginya ,ada bekas patah di gigi bawahnya.
"Semakin ibu menjerit dia semakin beringas,ibu berteriak teriak agar dia menghentikannya,tapi dia terus memukul bahkan juga menendang ibu,sampai ibu pingsan dia baru berhenti...
Ibu berhenti sebentar,mengusap air mata yang terus meleleh dipipinya.
"Saat sadar ibu taunya,sudah berada dirumah sakit.
Cukup lama ibu dirawat,hampir dua minggu'.
" knapa tak ibu laporkan ke polisi."
Ibu menggeleng.," setelah itu dia berubah jadi baik, dia tampak menyesal..dia meminta ibu tidak melapor..dia mengancam akan menyinggkirkan ibu jika ibu berani melaporkannya"
Aku memeluk ibu,mencoba meresapi penderitaannya.
" apa yang membuatnya berubah jadi kasar bu.."
" Dia sangat berharap.. Ibu memberinya Anak laki laki..
Tapi bukan ibu yang salah.. Dia yang Mandul..kata Dokter dia takkan bisa punya Anak.."
Aku memberi ibu segelas air,iibu memandangku sebentar,lalu ia pun minum.
"Rani pernah di pukul papa " kataku pada adikku itu,wajahnya juga terlihat sedih.
' nggak... Papa tak sayang.. Sama Rani.."
" Dia pernah memukul Rani...Bu" kataku meminta penegasanIbu,kalau saja dia berani memukul Rani,Akulah yang akan menghajar Lelaki itu.
" Ndaak.. Yu...Dia tak perhatian sama Rani..Dia tak pernah menganggap Rani sebagai anak tirinya".
Aku mengusap kepala Rani dan memeluknya.
Sungguh malang Nasib adikku ini.
Sama seperti Om Danil,Ayah juga tak ada perhatian pada Rani,tak pernah kurasakan sedikitpun kasih sayangnya pada Rani,sikapnya begitu dingin,seolah olah Rani bukan anak kandungnya.
Padahal Rani anak yang periang dan manis.
Hanya Akulah yang sungguh sungguh menyayangi Rani dan peduli padanya,sejak kami berpisah aku selalu merindukannya.
" Abang janji akan selalu menyayangi dan melindungi kamu."
"Rani juga sayang abang.. Abaang di sinii aja.."
"Bayu..kata ibu."papamu itu sangat menyayangimu."
'" sejak ibu menikah dengannya,dia selalu mengharapkanmu untuk tinggal bersamanya."
Dia selalu menyuruh ibu untuk membujuk kamu"
" Tak bisa begitu.. Dia juga harus menyayangi Rani dan ibu.."
Aku memegang bahu ibu" aku akan bilang padanya,agar ndak lagi anggap ibu pembantu."
" sekarang ibu tau,ia tak mengusir ibu,karna masih berharap padamu."
"Kalau Ia ingin aku sering kemari,dia harus perlakukan ibu dengan baik.
Keluarga papa tampaknya tak menyukai ibu"
" Dari semula,semua keluarganya menentang perkawinan kami.tapi papamu tetap bersikeras.
Tapi lama lama dia stres juga,belum bisa menghamili ibu."
Sekarang aku paham, apa penyebab sikap papa begitu. Kasar pada ibu,sebetulnya dia lelaki baik,tapi karena sering mendapat tekanan dari keluarganya ia pun termakan hasutan mereka.Apalagi ia tak juga punya Anak dari ibu.
"Kita main Gim yok." kataku pada Rani.
" Ayo.. Tapi gendong ...ya..."
" huusss. Udah ..gede ...minta gendong..."
Rani tertawa renyah.
Dulu waktu Rani masih dibawah tujuh tahun,aku sering mengendongnya dari belakang.
Tubuhku kujadikan pesawat yang akan membawa nya terbang kemana mana.
Rani tertawa berderai derai dan sekali menjerit begitu aku membuat gerakan ekstrem.
"Ayo... Naik... Masih kuat nggak ya.."
Rani naik kepunggungku.ia memegang leherku.
"'Iih.. Tambaah... Beraat .. Aja ..kamu..'
Rani kembali tertawa..
" iyalah kan udah gede... Abang kuaat ...ngaaak."
" ituh... Mah.. Enteeng.... Pegang kuaat ..ya.
Aku berlari sambil mengendong Rani.kurentangkan tangan seperti burung yang membawa Rani terbang
Rani tertawa tawa.
Saat menaiki tangga , baru terasa berat badan Rani ,tapi aku terus melangkah,tak ingin mengecewakannya.
Dan aku sampai dikamar atas dengan napas ngos ngosan.
Kami bermain Game Balap dan game petualangan lainnya,sampai Rani pergi tidur kekamarnya.
Setelah Rani pergi tidur,aku tetap main game.
Kubuka menu pada hard disk,ada tiga puluhan game didalamnya
Semua gamenya keren dan terlaris.
Diantara puluhan Game itu ada GTA V,aku sudah gatal ingin memainkannya.
Sudah kulihat trailernya di youtube,luar biasa keren dengan grafik terbaik .
Dengan Layar TV besar dan tajam,ditambah dengan tata suara kualitas prima,aku pun larut dalam permainan ini.
Emosi ku pun ikut bermain.,seolah olah aku tokoh game ini.
Ada satu jam,aku asyik dalam aksi tembak menembak dan kebut kebutan,sebelum ponselku berdering.
Namun hanya sebentar.
Kulirik ponsel,ada nama mas Wildan.
Tampaknya ia ingin aku menelpon balik.
" gimana mas,udah kerumah." kataku sambil mempause game.
" udah... Bayu... Tapi...."
" Tapi...appaa.. Mas.." Aku mulai kuatir.
"Ayahmu.. Malah mengusir mas..."
" mengu..siir..."kataku kaget,tak biasanya Ayah berlaku kasar.
" ia tak mau ditemani...wajahnya murung..dan sedih.ia duduk saja di depan Tv..mas bilang padanya kamu yang nyuruh kesini..Dia bilang..Biarkan aku sendiri... Kalau Bayu mencemaskanku.. Suruh cepat pulang."
Aku menghela napas..Ayah pasti cemburu..ia takut aku akan meninggalkannya.
Bila Ayah marah dan kecewa padaku,ia tak pernah sekalipun mengeluarkan kata kasar,apalagi caci maki.
Ia hanya diam dengan raut wajah sedih dan gundah.
Pernah sekali aku keluyuran sama teman teman usai sekolah.Dan aku baru sampai dirumah saat hari sudah mulai gelap.
Waktu itu aku belum punya Hape.
meskipun ia sangat marah dan kesal dengan kelakuanku,ia tetap bersikap lembut.
aku pulang diantar teman pakai motor,kulihat Ayah duduk disimpang jalan menuju rumah.
Wajahnya begitu cemas dan panik.
Saat ia melihatku turun dari motor ,ia mendekatiku dan langsung memeluk.
"Asal.. Kamu.. tau .nak.Ayah bolak balik kerumah Toni.. Menanyakanmu....bahkan Ayah nyusul kesekolahmu,berdua mas parjo.tapi kamu tak ada.
Dari jam lima Ayah sudah duduk disini menantimu pulang
Ayah takut kamu knapa napa...."
Aku pun merasa bersalah."aku tadi keluyuran sama teman teman,ndak kepikir ngasih tau Ayah...aku minta maaaf... nyusaain.. Ayah."
Melihat Raut wajah Ayah yang begitu pucat,Air mataku meleleh.
" Aku yang salah..Ayah boleh marahi dan Hukum aku."
Ayah menggelemg," ndaak Yu,Ayah senaang kamu baik baik aja.. Jangan ulangi.. Lagi.. Ya.."
"Aku jajnji,ndak akan ngulanginya..."kataku sambil menatap mata Ayah yang basah.
" Ayo...pulang..Ayah.. gendong.. ya"
Aku menggeleng." ndaak ..usaah."
"Jantung Ayah masih berdebar..teruus...biarkan Ayah ngendongmu"
Aku pun menurut,kubenamkan wajahku di bahunya.
" Halooo...Bayu..." suara mas Wildan membuyarkan lamunanku.
" Iyaaa... Maaas....napa Ayah bersikap gitu....."
" ndaak.. tau.. Mas.... Berusaha mbujuk dia..Tapi dia malah ngancam.. akan mukul ..jika ndak minggat dari sana."
Ayah begitu sayang sama mas Wildan,kenapa ya dia sampai bersikap kasar begitu.
" mas.. dimana ..sekarang..'"
" Udah pulang kerumah Yu.."
" mas..sewaktu mas.. Ketemu Ayah...mas sempat lihat ndak Ayah lagi minum minuman keras."
" ndak.. ada.. Bayu..mas cuma lihat banyak puntung Rokok berserakan dilantai."
" oh.. Gitu.." aku bernapas lega.sukurlah Ayah tidak mabuk.aku kuatir,miras oplosan maut banyak beredar sekarang.
" makasih ..mas.. aku minta maaf.. Atas sikap Ayah..
" ndak..apa.. Mas ..ngerti.."
Kuputuskan sambungan, pikiranku melayang jauh kerumahku.
Bukan kali ini saja aku meninggalkan Ayah.liburan kenaikan kelas yang lalu,aku pernah berpisah lebih dari seminggu.
Sekolah mengadakan Acara Kemah dipinggir hutan.
Saat aku pulang ,Ayah tampak baik baik saja,malah aku yang kangen terus dan tak bisa tidur dua hari pertama.
Aku kembali mengirim Sms,Dengan harapan jika Ayah mengaktivkan ponselnya dia akan baca pesanku.
Mudah mudahan esok dia sudah bisa berpikir jernih.
Kulanjutkan main game.
Belum sejam aku main,ada seseorang masuk kekamar.
"'Belum.... Tidur..Bayu.." tiba tiba aku dikejutkan dengan kehadiran papa.
Tampaknya dia baru saja pulang.
" Lagi..asiik..Nih.. Pa.."
" lihat jam berapa tuh.."
Aku menoleh pada jam dinding yang terpasang di atas Tv.
Hampir jam setengah satu dini hari. Belum pernah aku begadang selarut ini.
" ngga baik..main teruus Yu.."
"Iya...pa.."kataku sambil mematikan perangkat game.
Sekilas aku melihat ada bekas lipstik di bahu kemejanya.
Bekas lipstik itu terlihat kontras dengan warna biru kemejanya.
Apa dia main cewek?
Pernah kubaca ebook jakarta undercover,disitu dijelaskan kebanyakan esmud,seperti papa kalau ada transaksi bisnis sering mengajak beberapa cewek untuk bersenang senang.
Kuperhatikan wajah papa terlihat kuyu dan letih,aku mengendus bau Alkohol dari napasnya.
Papa duduk disampingku bersandar pada bantalan bundar,ia memegang bahuku.
" papa sudah lama merindukan saat seperti ini."katanya sambil mendekatkan wajahnya pada wajahku.
Aroma Alkohol semakin jelas tercium olehku.
Aku menepis tangannya, dan berdiri untuk menjauh darinya.
" jangan jauh dari papa."katanya sambil berusaha meraih tanganku.
Aku menghindar beberapa langkah,tampaknya ia mulai nakal.
Pengaruh Alkohol membuatnya kehilangan akal sehat.
" kemarilah..nak....peluk..papa "
Aku melihat gelagat yang tidak baik.
Seperti cerita ibu,lelaki ini beringas karena pengaruh
Alkohol.
Saat ia bangkit dan hendak menerkamku,aku memasang kuda kuda,
" jangaan.. Mendekat...Om.." kataku sambil melotot padanya." kalau Om..berani kurang ajar..padaku..aku tak segan menghajar..Om.".
Kukepalkan kedua tangan untuk menggertaknya.
Om Danil tercenung,Ia mengurungkan niatnya.
" kamu biasa melakukan dengan Ayahmu,kan."katanya setengah mengejekku."napa nggak mau sama papa."
Aku mulai geram,Lelaki brengsek ini tahu aku sering bercinta dengan Ayah.
Pasti dialah yang memasang Alat penyadap dirumahku.
Beberapa waktu lalu secara tak sengaja aku menemukan benda aneh dlplafon kamarku tersamarkan oleh fiting lampu.
Juga benda yang sama kutemukan di kepala spring bed.
Setelah browsing,aku baru tahu alat itu sebagai penyadap suara.
Mulanya aku tak sempat berpikir kearah sana,aku belum punya gambaran siapa yang memasang penyadap itu.
Mendengar ucapan Om Danil.tadi aku mulai yakin.dialah pelakunya.memang bukan dia sendiri yang turun tangan,pasti orang suruhannya.
Aku menatapnya tajam," aku tak ingin ngeseks dengan Om...tolong pahami itu."kataku dengan tegas.
" Baiklah... Bayu..papa..minta..maaf" katanya dengan sikap menyesal.
" sebaiknya..papa tidur..."
Ia berbalik kearah pintu." kamu.. Tidur ya.."
Aku menutup pintu kamar dan menguncinya.Tak ingin Om Danil masuk, dan mendekapku saat terlelap.
Aku pergi kekamar mandi untuk kencing dan menyikat gigi.
Setelah itu aku pergi ke tempat tidur
Kubuka baju dan celana lalu berbaring dengan celana dalam.
Kutarik selimut sampai kebahu,lalu Kucoba pejamkan mata,namun pikiranku tertuju pada Ayah.
Kupeluk guling,kubayangkan aku sedang memeluk tubuhnya yang hangat.
Pikiranku tak juga tenang,kata kata mas wildan mengiang ditelingaku.
Hatiku mulai gelisah membayangkan Ayah terus murung sepanjang malam.
Tiba tiba ponselku berdering,namun hanya sebentar, setelah itu diam.
Ponsel itu kuletakkan diatas meja kecil disamping ranjang.
Aku berguling dan meraih ponsel itu,berharap Ayah yang menghubungiku.
Ternyata benar dari Ayah,setelah kulihat namanya.
" Ayaah..." kataku setelah tersambung." Ayah...
Tak kudengar suaranya,hanya ada suara dengusan napas,sepertinya Ia masih marah.
" Ayah baik baik.. Aja.. Kan" Tetap tak ada jawaban.
Aku tahu,jauh dalam hatinya dia ingin bicara,tapi api cemburu telah membakar hatinya.
" Ayah..bisa dengar.. aku tidur ...sendirian..ndak ada siapa siapa di sampingku.."
Aku terus bicara untuk meredakan gejolak hatinya.
" Ayah..minggu sore.. Aku pulang..kita bisa tidur sama sama lagi.
Aku..minta maaf..mbikin Ayah marah.
Suara dengusannya makin jelas, disertai erangan lemah,namun belum sepatah katapun kudengar dari mulutnya.
Aku tak tahu lagi,harus bagaimana membujuknya,andai aku auntuk menghibur Ayah,namun belum sepatah katapun kudengar darinya selain dengusan dan desahannya.
Lama lama aku pun bosan bicara sendiri dan mulai jengkel dengan kelakuan Ayah yang seperti anak kecil.
" udah..ya...uuaaaahh" aku menguap ,rasa kantuk mulai datang.
" selamat..tidur..Ayah.." aku mengecup ponsel sebagai isyarat untuk menciumnya.
Kumatikan ponsel,biar tak ada yang menggangu tidurku.
Jam dinding menunjuk pukul satu empat puluh dini hari.
Rasa kantuk makin tak tertahankan dan aku pun segera masuk kedunia mimpi.