Bulan ke-2 hari ke-27, Leng Qian dengan membawa surat untuk menghasut Pei Donglai, menyusup kedalam benteng.
Berjalan-jalan di markas, Leng Qian secara acak menarik seorang bandit kesamping, siap untuk menyebarkan rumor yang sudah dipersiapkan.
"Abang, apa kau sudah mendengar berita ini?" Secara misterius dia bertanya pada bandit itu.
"Mendengar apa?" Bandit itu sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba ini.
"Mendengar apa? Apa abang belum tahu? Saudara sepupu yang merupakan keponakan bibi keempat bekerja untuk bos kedua, dan dia baru saja mengatakan rahasia besar kepadaku. Bos kedua kita, Ular Air akan melakukan sesuatu yang besar!" Dia berpura-pura terkejut melihat bandit ini tidak tahu apa-apa.
"Apa itu? Ayo ceritakan padaku bang, apa yang bos kedua rencanakan?" Sesuai perkiraan, merupakan sifat dasar manusia untuk senang bergosip, itu juga termasuk orang-orang dari masa lalu, di masa depan, pria, wanita, tua atau muda.
"Aku bisa menceritakan ini diam-diam, tapi jangan kau sebarkan, simpan saja untukmu sendiri! Saudara sepupu yang merupakan keponakan bibi keempat bisa dihukum nanti!" Kata Leng Qian sambil terus bersandiwara. Hanya berita langka yang belum tersebar yang mudah dipercaya.
"Baiklah, baiklah, aku berjanji, aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Sekarang cepat katakan!"
Leng Qian melihat sekeliling, memastikan tidak ada orang yang menguping pembicaraan ini. Dia menurunkan suaranya dan berkata " Begini, bos kedua sudah muak dengan bos besar yang terus melindungi bos ketiga. Jadi Ular Air akan mengadakan pemberontakan, dan menjadi bos besar disini,"
"Ah? Apa benar? Dia berani melakukan itu?"
"Heh, itu pilihanmu untuk percaya atau tidak. Bos kedua kita sangat pemberani, apalagi yang dia takutkan? Kau ingat tahun lalu ketika dia memimpin penyerangan pada tentara musuh?" Tentu saja, Leng Qian telah mengumpulkan informasi yang cukup bila tidak dia tidak akan tahu tentang kejadian ini.
"Kau benar. Ay, bila seperti ini, bawahan seperti kita kembali akan menderita."
"Haah.., apa lagi yang bisa kita lakukan… aku hanya menceritakan hal ini karena aku merasa kau tidak menyebalkan. Kita harus mempersiapkan diri masing-masing. Bila tidak, kita mungkin tanpa sadar akan dikorbankan." Leng Qian menjawab dengan nada yang berapi-api.
"Benar, benar, tentu saja, terima kasih saudaraku, karena telah memberitahukan hal ini. Aku berjanji aku tidak akan menceritakannya pada siapapun."
"Bagus, ingatlah! Jangan beritahu siapa-siapa!" Dengan dramatis Leng Qian menekankan sekali lagi agar dia tidak menceritakan rahasia ini pada siapapun.
Tepat saat Leng Qian menghilang dari penglihatannya, dia segera mengatakan pada anak ketiga dari pamannya, setelah dia selesai, dia juga menekankan pentingnya menjaga rahasia ini tetap menjadi rahasia.
Kemudian anak ketiga dari pamannya meneruskan cerita ini kepada tetangganya anak kedua Paman Wan, dan "rahasia" ini pun mulai menyebar ke seluruh markas dalam setengah hari. Seluruh benteng membicarakannya, dan orang-orang akan berkumpul dan berbisik misterius, dan pada akhirnya, menambahkan kalimat yang meminta orang jangan menyebarkan berita ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang saat Naga Hitam menerima rumor ini. 2 jam telah lewat semenjak Leng Qian menciptakan rumor itu. Benteng bandit, Aula Persaudaraan, Naga Hitam duduk di kursi utama, dia memiliki suara yang muram, dalam dan dingin, "Saudaraku, saudaraku…. Pada akhirnya, kau masih tetap mengambil langkat terakhir."
Di Aula Persaudaraan, tepat dibawah Naga Hitam merupakan ahli strategi yang paling dia percaya, bingung karena berita aneh ini, dia mempertanyakan kebenarannya, "Pemimpin besar, ini sangat aneh… Jika, aku maksud jika, pemimpin kedua memang benar akan memberontak, kenapa dia akan membiarkan informasi ini bocor keluar? Ini tidak masuk akal."
Wajah naga hitam semakin gelap, dia bertanya, "Dari kata-katamu, maksudmu… ada seseorang dibalik semua ini? Seseorang menyebarkan berita palsu untuk memperkeruh suasana dan hubungan diantara kita?"
"Ini semua baru dugaanku saja. Tapi kita juga tetap harus mempersiapkan diri, pencegahan tetap dibutuhkan."
"Siapa? Siapa yang memiliki motif untuk melakukan hal ini?" Tanya Naga Hitam lebih jauh.
Wajah ahli strateginya membeku beberapa saat, enggan untuk menjawab.
Naga Hitam melambaikan tangannya, dan dengan tidak sabar meminta jawaban darinya, "Keluarkan apapun yang ada di kepalamu, tidak perlu menutup-nutupinya. Apalagi yang perlu dihindari di saat seperti ini?"
"Kalau begitu, aku akan memberanikan diri dan berkata dengan jujur. Menurut pendapatku, ini adalah ulah pemimpin ke-3, dia adalah tersangka terbesar."
"Apa? Yang kau maksud adalah Donglai? Bagaimana mungkin?" Naga Hitam jelas terkejut mendengar jawaban ini.
Karena dia telah berani bicara maka tidak perlu ragu-ragu lagi. "Ya, pemimpin besar, coba pikir, bila dirimu dan pemimpin ke-2 bertempur. Siapa yang paling diuntungkan?"
"Apakah mungkin Kota Shanhai di timur? Bila kita mengalami perpecahan, mereka akan mendapat keuntungan besar dari situ, tidak diragukan lagi mereka memiliki motif."
Ahli strategi itu mengangguk, dan berkata dengan percaya diri, "Aku juga berpikir seperti itu, dan berpikir bahwa mungkin ini adalah ulah Kota Shanhai. Tapi menurut pengintai kita, Kota Shanhai tidak membuat pergerakan aneh, semuanya sama seperti biasa. Mereka masih tenggelam dalam suasana perayaan tahun baru. Mereka bahkan mungkin tidak sadar akan keberadaan kita."
Naga Hitam masih tidak yakin. Dia masih memiliki keyakinan kepada Pei Donglai. Dia berdiri dan berjalan memutari Aula, sambil mengerutkan dahi, mencoba untuk melihat melewati kabut keraguan ini dan mendapatkan kebenaran.
"Kau pikir, apakah ini hanya usaha dari adik keduaku. Mencoba menghancurkan kepercayaanku terhadap Donglai, sehingga dia dapat mengambil untung dari hal ini."
Kata-kata Naga Hitam mengguncang hati ahli strateginya, ahli strategi tersebut diam dan memikirkan kemungkinan ini di kepalanya. Ini sangatlah mungkin. Pemimpin kedua memberikan dirinya nama Ular Air, ini semua karena kekagumannya kepada kekejaman dan kelicikan Naga Hitam. Seluruh siasat ini mirip seperti cara dia bertindak.
Ketika ahli strateginya terdiam, Naga Hitam tahu dengan pasti apa yang ada didalam hatinya. Sepertinya dia telah berhasil mendapatkan masalah utamanya. Dengan suara yang dingin dan tanpa emosi, dia berkata, "Saudaraku, saudaraku… kau benar manusia yang tidak tahu terima kasih. Bila seperti itu, jangan mengutukku karena bersikap kejam. Berikan perintah. Kirim anak buah untuk menangkap Ular Air, hidup atau mati. Aku ingin melihat tubuhnya."
"Siap, tuan!" Ahli strateginya tidak berani tinggal lebih lama. Dia langsung pergi untuk mengumpulkan anak buahnya.
Sebagai pusat dari benteng ini, Aula Persaudaraan memiliki 1 regu bandit yang ditempatkan disini. 70 orang bandit biasa dan 30 bandit elit ada disini, untuk berpatroli dan menjaga Aula Persaudaraan, dan berada dibawah komando langsung dari Naga Hitam.
Namun, tepat saat Naga Hitam sedang berdiskusi di Aula Persaudaraan, Ular Air telah mengambil langkah pertama. Dia terlalu memahami kakak tertuanya, entah rumor itu benar atau tidak, tidak akan ada lagi tempat untuk dirinya disini. Kalau begitu kenapa tidak mengambil resiko dan mempertaruhkan semuanya?
Sebagai pemimpin kedua dari kelompok bandit ini, Ular Air membawahi 2 regu berjumlah 200 orang, yang berisi 60 bandit elit dan 140 bandit biasa. Mereka biasanya ditempatkan di benteng. Ular Air mengirimkan bawahan yang paling dia percaya untuk mengatur mereka keluar dari barak dalam beberapa kelompok, dan mengumpulkan mereka semua di halamannya.
11.30 siang.
Ular Air dan pasukannya, bergerak dari kediamannya, dan langsung mengarah ke Aula Persaudaraan, jumlah pasukannya yang besar memicu gelombang rasa takut dan tidak nyaman diantara para anggota yang bukan prajurit. Rumor yang mereka dengar pagi ini, sekarang telah menjadi kenyataan.
Begitu Naga Hitam mengetahui hal ini, dia mengirim orang untuk meminta bantuan dari barak lewat pintu belakang, selagi dia sendiri bergegas menyerbu gerbang depan. Kedua faksi yang dulu saling bekerja sama kini saling berhadapan. Dengan campuran antara senyum dan seringai, Naga Hitam membuka mulutnya, "Adik, ternyata benar kau datang dan berniat untuk menggulingkanku. Kenapa seperti ini? Kenapa kau ingin menggantikanku begitu cepat?"
Ular Air membalas dengan ekspresi yang sama, "Bukankah kakak juga sama? Sejak kapan kau kehilangan kepercayaanmu padaku. Kalau begitu adikmu ini hanya dapat meminta maaf padamu juga."
Melihat suasana menjadi memburuk, Naga Hitam pun mengambil sikap mundur selangkah. "Adik, bubarkan pasukanmu! Aku berjanji atas namaku, aku tidak akan menyalahkanmu atas tindakan ini."
Tepat saat ini, salah satu bawahan Ular Air datang ke sampingnya dan dengan suara rendah berkata "Pemimpin, aku pikir dia berusaha untuk mengulur waktu. Kita harus menyerang sekarang, bila tidak semakin lama kita menunggu, semakin besar resiko yang muncul."
Ular Air pun mengangguk, "Tidak perlu berpura-pura lagi kak. Semuanya, SERANG!"
Membandingkan kekuatan dari kedua sisi, Pasukan Ular Air berjumlah dua kali dari pasukan Naga Hitam, jelas-jelas lebih besar dari dirinya. Akan tetapi, Pasukan Naga Hitam dapat bertahan dengan mengandalkan sistem pertahanan Aula Persaudaraan, seperti menara jaga dan pagar.
Di sisi lain dari benteng, Wakil Sekretaris Divisi Intelijen Militer Leng Qian langsung berangkat menuju kediaman Pei Donglai setelah selesai menyebarkan rumor.
Menurut kebiasaannya, Pei Donglai hanya akan bersiap di barak saat siang hari. Dia biasanya diam di kediamannya saat pagi. Bagaimanapun juga, ada perbedaan besar antara bandit dan tentara. Tidak ada kebiasaan latihan pagi, dan kebanyakan dari mereka tidak memiliki disiplin. Ini juga alasan kenapa Ular Air dapat mengambil pasukannya dari barak dengan mulus, bila tidak hal itu sudah akan memperingatkan Pei Donglai.
Sebagai orang luar, Pei Donglai tidak memiliki seorangpun di benteng ini dan hanya memiliki 3 atau 4 pelayan di rumahnya. Leng Qian dapat menyusup masuk tanpa masalah kedalam ruang belajar sebelum Pei Donglai menyadarinya.
"Siapa yang ada disana?" Tanya Pei Donglai dengan tegas untuk mengetahui siapa penyusup ini.
"Salam pada Jenderal Pei, aku adalah pembawa pesan dari Kota Shanhai, aku membawakan perkenalan dari tuanku untuk dirimu."
Ruang belajar itu pun langsung sunyi selama lima sampai enam menit sebelum akhirnya Pei Donglai mengundang Leng Qian untuk masuk.
"Masuklah!"
Leng Qian menghembuskan nafas lega, dan berjalan masuk ke ruangan, sebelumnya dia telah siap untuk kabur. Di tengah ruangan duduk seorang perwira, memegang buku seni perang. Matanya sedingin es, "Besar juga nyalimu, hingga berani menyusup kedalam benteng ini, dan berjalan masuk ke rumahku."
Leng Qian menjawab dengan tenang, "Aku tidak pantas menerima pujian setinggi itu darimu jenderal, mohon maafkan diriku atas kunjungan mendadak ini. Tuanku benar-benar menghargai orang berbakat, dan dia mendengar tentang dirimu, karena itu dia kemudian mengirimku untuk mengunjungi jenderal." Selagi menjawab dia juga mengambil surat yang ditulis oleh Fan Zhongyan dan menyerahkannya pada Pei Donglai.
Pei Donglai membuka surat itu dan membacanya sekilas, wajahnya yang berubah dengan cepat tidak bisa digambarkan dan kemudian dia berhenti sebentar sebelum menjawab, "Niat baik tuanmu telah kuterima. Tetapi, aku berhutang budi pada Naga Hitam, karena dia telah menyelamatkan nyawaku, dan aku telah bersumpah untuk tidak mengkhianatinya. Kau boleh pergi sekarang. Aku tidak akan menahanmu."
Leng Qian mengangguk, mengerti tentang konflik yang muncul didalam hati Pei Donglai yang terjebak antara orang yang telah menyelamatkan nyawanya dan orang yang sangat menghargai bakatnya. Ini merupakan keputusan yang sulit untuk dibuat. Tapi akhirnya, dia memilih untuk membalas budi kepada penyelamatnya dan menyerah untuk memenuhi ambisinya. Benar-benar orang yang berbudi luhur.