Setelah menghancurkan gelombang pertama dari pasukan pemain Singapura, Zheng He memerintahkan pasukannya untuk berlabuh. Dia memutuskan untuk menggunakan waktu ini untuk membangun pertahanan di antara Kabupaten Fengshan dan pelabuhan. Para marinir kebanyakan merupakan pemanah. Tiga puluh persen sisanya adalah prajurit pedang perisai zirah ringan yang menggunakan zirah kulit. Sama sekali tidak ada infanteri berat maupun kavaleri. Selain mereka, juga ada Unit Senapan yang telah didirikan secara khusus.
Ketiga jenis pasukan ini bisa dibilang cukup rentan. Sebagai hasilnya, mereka lebih cocok dalam perang terbuka.
Zheng He menyadari semua ini, sehingga ketika menghadapi musuh yang bertahan di dalam kota, berarti mereka akan menghadapi musuh yang lebih kuat dengan kekurangan yang dimiliki pasukannya. Bahkan jika mereka berhasil meledakkan gerbang kota dengan meriam mereka, maka pasukannya yang menyerbu ke dalam kota tetap harus bertempur dalam situasi yang berat.