Chereads / Dunia Online / Chapter 48 - Kemenangan Pahit

Chapter 48 - Kemenangan Pahit

Setelah upacara pembukaan selesai, semua orang pun bubar dan meneruskan kegiatan mereka.

Tapi Qing'er tidak pergi, dan menyeret Ouyang Shuo untuk pergi ke bank. Di langsung datang ke loket, dan menyerahkan tiket yang dia dapatkan, dan dengan bangga mengatakan, "Aku ingin menukar ini."

Staf yang ada di loket adalah seorang pemuda, yang merasa bahwa bank baru saja dibuka, dan mereka harus sudah mulai berbisnis? Uang bank yang ada saat ini merupakan uang yang baru saja Ouyang Shuo masukkan ke dalam brankas, dan masih belum ada uang tersedia di loket untuk penukaran tiket, jadi dia harus menukarnya dengan apa? Berpikir bahwa gadis ini benar-benar merepotkan, keresahan dan rasa malu membuat wajahnya menjadi sangat merah.

Ouyang Shuo tidak menghentikan kelakuan Qing'er, dia juga ingin melihat bagaimana para staf akan bereaksi dan menilai standar kerja mereka. Yingyu, melihat Ouyang Shuo hanya diam, langsung paham akan tujuan kakaknya. Langsung bertindak, dia menghampiri anak muda itu, dam memberitahunya untuk segera menuju brankas, dan mengambil koin perak dari sana.

Dalam waktu kurang dari 10 menit, Mu Qingsi telah berhasil menukar tiketnya dengan 20 koin perak. Dia tersenyum sangat lebar saat dia menyimpan uang itu di dompet kecilnya yang lucu. Bila digabung dengan koin emasnya yang tadi, dia secara mendadak telah menjadi seorang wanita kaya.

Ouyang Shuo berdiri disampingnya, mengangguk dengan puas. Efisiensi para pekerja bank masih dapat dinilainya cukup tinggi.

Kembali ke Puri Penguasa, Qing'er menyerahkan kepada Gu Sanniang kupon beras dan daging yang juga dia terima. Setelah privatisasi, semua orang di Puri Penguasa, kecuali Ouyang Shuo harus membayar untuk makanan mereka, dan tidak dapat lagi makan dengan gratis. Dia sangat menyadari akan poin tersebut.

Karena itu, mulai besok, Gu Sanniang akan mulai pergi ke toko beras dan toko daging untuk membeli makanan. Dia tidak lagi bisa untuk mengambilnya langsung dari gudang. Ouyang Shuo berharap bahwa dengan melakukan itu dia akan dapat memberikan contoh yang baik sebagai pemimpin, menunjukkan kepada tiap divisi dan membuat mereka mengikutinya.

Untuk saat ini, para divisi dipusatkan di Puri Penguasa, tanpa perubahan sama sekali. Setelah teritori ini meluas, tiap divisi akan mulai bekerja di kantor yang berbeda. Dia tidak mau membiasakan mereka untuk mencampurkan urusan pribadi dan pekerjaan untuk terjadi dari sekarang saat Desa Shanhai baru saja memulai privatisasi.

Tinggal di Puri Penguasa, selain Er Wazi, semua orang mendapatkan bayaran yang cukup baik. Sedangkan untuk Er Wazi, Yingyu berinisiatif untuk mengatur keuangannya.

Ouyang Shuo sekarang merupakan satu-satunya orang di teritori ini yang tidak memiliki pemasukan, dan malah seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh teritori. Ini bukan berarti dia bersikap munafik, tapi ini diharuskan oleh sistem untuk mempertahankan kekuasaan penguasa. Bagaimanapun, ini masih merupakan masyarakat kuno. Dia harus mengikuti aturan dasar dari game. Dia tidak dapat memainkan masyarakat dengan nilai demokratis, kecuali air telah memenuhi otaknya.

Gu Sanniang telah lama bekerja dengan Ouyang Shuo, dan tentu saja paham akan hal ini. Dia tidak menolak, dan mengambil tiket yang diberikan oleh Qing'er, sambil tersenyum dan berkata, "Terima kasih untuk kedua tiket ini, ini benar-benar sangat membantu!"

Qing'er sangat menyayangi Gu Sanniang, yang baginya posisinya sama pentingnya dengan Cui Yingyu. Dia mengambil tangan Gu Sanniang, dan mulai bermanja-manja, sambil berkata, "Gu Sanniang menggodaku, aku tidak mengerti."

Ouyang Shuo melihat adiknya bertindak kekanak-kanakan lagi, dan hanya dapat menggelengkan kepalanya sambil tertawa. Kapan gadis kecil yang satu ini akan dewasa? Dia tidak dapat menahan diri untuk mengatakan, "Qing'er, kau baru saja menerima uang, dan kau tidak mulai bersiap untuk membeli toko jahit? Kau merupakan satu-satunya penjahit di desa ini sekarang, bila orang lain membeli toko jahit terlebih dulu, kau tidak boleh merengek kepadaku."

"Ahh! Aku benar-benar lupa! Cepat-cepat!" Tidak peduli dengan sikapnya yang kekanak-kanakan, Qing'er langsung berlari ke kantor terdekat, dimana Divisi Konstruksi Zhao Dewang berada.

Ouyang Shuo memandang monyet kecil yang berkulit luar biasa tebal ini, tidak peduli sekesal apapun dirinya, dia tidak dapat memarahi adiknya yang satu ini. Dengan pandangan penuh arti kepada Yingyu, tanpa daya menggelengkan kepalanya, dia pun mulai berjalan ke kantor Zhao Dewang.

Di kantor, Zhao Dewang tengah memeriksa harga dari toko bersama Qing'er. "Menurut daftar harga, harga dari toko jahit adalah 50 koin perak. Ini dapat dilakukan dalam sekali pembayaran atau kau dapat membayarnya per bulan."

"Wah benar-benar mahal, aduh, aduh, aduh," gumam Qing'er, dan dengan wajah berat mengeluarkan koin emasnya dari dompetnya. Memandang remeh ke arah Zhao Dewang, dia berkata dengan bangga, "Aku ingin membelinya dengan satu kali pembayaran!"

Zhao Dewang melihat kearah koin emas itu, menggelengkan kepalanya sambil tersenyum masam. Dia tidak memiliki uang untuk kembalian saat ini, dan kemudian meminta tolong kepada Ouyang Shuo. Ouyang Shuo yang baru saja masuk, harus langsung menolongnya, Dia mengambil koin emas itu, memasukannya kedalam tas penyimpanan, dan mengambil 100 koin perak sebagai gantinya.

Zhao Dewang mengambil 56 koin perak, dan mengembalikan sisanya kepada Mu Qingsi. Dia kemudian mengambil surat kepemilikan dengan cap penguasa dari mejanya, dengan teliti mengisi informasi pemilik bangunan. Tanpa latihan yang diberikan di kelas baca tulis dewasa, akan sangat mustahil baginya untuk dapat melakukan hal itu.

Qing'er mengambil surat kepemilikan bangunan itu, tersenyum bangga, dan menggoyangkannya dihadapan Ouyang Shuo, untuk menyombong di hadapan kakaknya. Ouyang Shuo menjitak kepala adiknya yang satu ini tanpa ampun, sambil tersenyum dia berkata, "Simpan baik-baik surat itu, jangan sampai hilang kalau sampai kau menghilangkannya kau tidak akan bisa menggantinya!"

Dia menggosok kepalanya yang sakit, dan hanya menatap balik ke Ouyang Shuo dengan tajam, dan mengabaikannya untuk berlari ke arah Yingyu agar bisa menyombongkan surat kepemilikan bangunan itu.

Ouyang Shuo melihat kearah Zhao Dewang, "Menurutku, Divisi Konstruksi seharusnya memiliki orang yang ditempatkan di bank untuk melakukan hal seperti ini. Dengan begitu, para penduduk desa dapat membeli rumah dan mengajukan pinjaman di saat bersamaan, untuk menghemat waktu mereka."

"Ah, tuanku benar-benar berpandangan jauh kedepan. Aku akan secara langsung mengatur hal ini dan memastikan semuanya berjalan dengan baik," kata Zhao Dewang, seakan dia menerima perintah militer.

Ouyang Shuo mengangguk dan berbalik keluar dari kantor itu.

Pada pukul 5 sore, pasukan kavaleri kembali dari penyerangan mereka. Menerima pesan dari mereka, Ouyang Shuo kembali berangkat menuju Departemen Administrasi untuk menyambut para prajurit yang kembali dengan kejayaan.

Jenderal Shi memimpin didepan barisan para kuda. Melihat Ouyang Shuo disana, dia langsung turun dari kuda dan berlutut dengan satu kaki, sambil dengan lantang berkata,"Kami memberi hormat pada tuan!"

Dibelakangnya, semua anggota kavaleri telah turun dan berlutut dengan satu kaki dan berkata bersamaan, "Kami memberi hormat pada tuan!"

Ouyang Shuo berbicara kepada Jenderal Shi, sambil tersenyum dia berkata, "Para prajurit telah bekerja keras!"

Kapten Lin Yi bertanggung jawab untuk membawa rampasan perang, untuk kemudian diurus oleh Deparatemen Administrasi, Divisi Keuangan dan Divisi Pengaturan Bahan Baku. Ouyang Shuo berkuda bersama Jenderal Shi dan kembali ke Puri Penguasa, disana dia akan menerima laporannya mengenai penyerangan ke markas para perampok.

Setelah duduk, Jenderal Shi pun memulai laporannya. "Kali ini, untuk menghancurkan markas para bandit itu, kami masih ingin menggunakan tipuan dan perangkap. Menurut rencana, kami akan menggunakan rencana yang tuan lakukan saat melakukan penyerangan terhadap markas perampok sebelumnya, mengirimkan beberapa prajurit untuk memancing sebagian musuh keluar. Dan saat mereka tiba di luar kemah, dengan menggunakan mobilitas pasukan kavaleri kita akan dapat dengan mudah menghabisi mereka."

"Kami tidak menyangka bahwa pemimpin perampok itu memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, walau dia tidak melihat orang-orang yang bersiap untuk menyergap, mereka hanya mengirimkan selusin bandit untuk mengejar umpan. Maka dari itu, kami harus menyerang markasnya secara langsung dan menghadapi para perampok dalam pertarungan jarak dekat."

Ouyang Shuo mengangguk dengan berat. "Jadi nampaknya sudah saatnya kita mengembangkan pasukan kita, dan kali ini kita tidak harus mengembangkan kavaleri. Menyerang markas merupakan pekerjaan yang lebih tepat untuk pasukan infanteri ketimbang kavaleri dan sangat berbahaya untuk memberikan musuh keuntungan dalam satu pertempuran."

"Untungnya, kali ini musuh tidak terlalu kuat, para prajurit bertempur dengan gagah berani, dan dengan berkat dari tuanku, kami berhasil menghancurkan markas para perampok itu."

Ouyang Shuo sangat paham bahwa proses pertempuran yang sebenarnya tidaklah sesantai itu, dan mengingat betapa lelahnya para pasukan yang terlihat olehnya. Dia memberanikan diri untuk bertanya, "Korban diantara para prajurit?"

"Kali ini, unit kavaleri bersama dengan divisi intelijen militer, dengan total prajurit 122 orang ikut dalam penyerangan. Ada 1 korban meninggal, 5 terluka parah, dan 24 luka ringan."

Mendengar kali ini seseorang benar-benar tewas dalam pertempuran, Ouyang Shuo tersentak dan bertanya, "Seseorang tewas. Apa kalian sudah mengabari anggota keluarganya?"

"Pada akhirnya, prajurit yang tewas itu merupakan yatim piatu, dan dia tidak memiliki keluarga di Desa Shanhai."

Ouyang Shuo mengangguk dalam diam. Situasi ini bukanlah sesuatu yang aneh di daerah perbatasan seperti ini. Kebanyakan orang yang tersesat tidak memiliki keluarga. Mereka yang dapat bertahan dengan keluarganya sangatlah langka.

Seratus dua puluh dua orang maju bertempur, dan ada 30 orang korban. Hampir mencapai seperempat dari jumlah prajurit. Kemenangan ini nampaknya sedikit pahit.

Ouyang Shuo tahu bahwa Jenderal Shi merupakan prajurit yang ganas, dan kemenangan merupakan tujuan utamanya. Korban perang merupakan sesuatu yang tidak terlalu dia khawatirkan. Karena itu, dalam membuat strategi perang, dia tidak terlalu memperhitungkan tentang nyawa prajurit biasa.

Kali ini dia telah membiarkan Jenderal Shi memimpin ekspedisi ini, dan ini merupakan kesalahan besar bagi Ouyang Shuo. Bila dia ada disana, dia tidak akan mengizinkan penyerangan langsung ke dalam markas musuh.

Tapi, pada akhirnya, Jenderal Shi berhasil memenangkan pertempuran, dan Ouyang Shuo tidak ingin mengkritiknya atas suatu pertempuran yang berhasil dimenangkan. Mereka bercakap-cakap sedikit sebelum akhirnya Jenderal Shi berangkat menuju barak.

Dengan kepergian Jenderal Shi, Ouyang Shuo bangkit dan pergi menuju rumah sakit untuk melihat orang-orang yang terluka.

Dengan 30 pasien yang datang sekaligus, Dr. Song tentu saja sangat sibuk. Untungnya kebanyakan dari mereka tidak mengalami luka berat, dan hanya dengan menjahit dan kemudian membalut lukanya cukup untuk menyelesaikan masalah mereka. Yang perlu diperhatikan adalah 5 orang yang mengalami luka berat, dengan kaki yang patah dan tangan yang putus. Akan menjadi suatu keajaiban kecil jika mereka dapat melewati malam ini dengan selamat.

Meninggalkan rumah sakit, perasaan Ouyang Shuo sangat buruk, dengan sedikit kekecewaan terhadap Jenderal Shi didalam hatinya. Pasukannya merupakan harta yang tidak dia ketahui nilainya, benar-benar orang yang memiliki pikiran militer yang kaku.

Tentu saja sebagai seorang penguasa sejati, dia tidak akan menunjukkan sikap seperti ini di hadapan bawahannya. Bila ada orang yang melihatnya mereka hanya melihat seorang Penguasa yang baik dan lembut.

Setelah makan malam, Desa Shanhai mengadakan upacara pengkremasian di alun-alun. Selain dengan kematian dari prajurit yatim piatu itu, tadi siang ada prajurit lain yang meninggal, yang membuatnya terasa lebih menyakitkan bagi Ouyang Shuo.

Karena Desa ini merupakan pusat teritori dan akhirnya akan menjadi ibu kota teritorinya, tidak ada tempat yang cocok untuk menjadi area pemakaman, sehingga dia hanya dapat memilih untuk mengkremasi orang yang meninggal. Ouyang Shuo berniat untuk menyimpan abu jenazah di aula leluhur. Setelah berhasil meningkatkan desa ini menjadi kota, barulah mereka akan dikubur di pemakaman.

Para penduduk desa berkumpul secara spontan di alun-alun untuk melepas kepergian para pahlawan. Ouyang Shuo sendiri yang menyalakan api untuk pengkremasian mereka. Dengan cepat api itu membakar dan menelan semuanya. Selagi dia menyaksikan api itu, Ekspresi Ouyang Shuo sangat serius, membuat orang-orang tidak dapat menebak apa yang ada dalam pikirannya.