Api yang mengelilingi mereka itu, dengan ganas berkobar membuat para prajurit tidak berdaya hingga satu-satunya hal yang mereka bisa lakukan hanyalah menjerit untuk meminta pertolongan. Api yang membara melahap tubuh mereka. Satu persatu, mereka berjatuhan dari kuda mereka dan terjatuh di tanah. Lautan api membakar dan memanggang mereka hingga menjadi arang.
Padang rumput terbakar disusul oleh asap yang membumbung tinggi. Semua ini mampu menyesakkan semua orang yang ada di tempat itu.
Meski Kuda Perang Qingfu merupakan kuda perang pemberani, mereka masih tetap panik saat menghadapi serangan api dan asap. Mereka berlarian kesana kemari bagaikan lalat tanpa kepala yang tidak memiliki memiliki tujuan. Dengan para pejuang Suku Nomaden yang sudah berada di dalam posisi tempur, sangat mudah bagi mereka untuk saling bertabrakan satu sama lain, dan lebih sering menghasilkan situasi yang merugikan Suku Nomaden.