Waktu bergerak cepat bagai seekor kuda putih yang melewati retakan di tanah. Musim panas telah pergi, dan musim gugur mulai datang menghampiri.
Di dalam lorong, sekali lagi Fang Yuan berdiri di hadapan batu raksasa yang menghalangi jalannya.
Karena cuaca yang semakin dingin, ia mengenakan pakaian lengan panjang yang sederhana. Namun bentuk tubuhnya tidak lagi sekurus dulu.
Dada, lengan, kaki, dan perutnya terlihat berotot.
Ototnya tidak sekeras batu, namun bentuknya seimbang dengan tubuh Fang Yuan yang sedang bertumbuh. Ototnya juga cocok dengan kulit putih yang dimilikinya. Ia terlihat muda dan penuh kebugaran.
"Sejak tiga hari yang lalu, Gu Babi Putih tidak lagi memberiku kekuatan. Itu artinya aku sudah memiliki kekuatan seekor babi hutan – dan aku telah memenuhi syarat sang Biksu Flower Wine. Hari ini, aku akan mencoba mendorong batu ini lagi!"
Kedua mata Fang Yuan berbinar. Kaki kanannya melangkah maju, sementara kaki kirinya tetap di belakang. Posisinya saat ini terlihat seperti sebuah busur.
Kedua lengannya menyentuh permukaan batu yang bulat. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum mendorong batu sekuat tenaga.
Batu raksasa mulai bergerak pelan. Seiring berjalannya waktu, batu menggelinding dengan kecepatan yang semakin tinggi.
Jalan di balik batu merupakan sebuah lereng. Batu tersebut dapat menggelinding dengan mudah. Mungkin sang biksu sengaja membuatnya seperti itu – agar pewaris bisa mendorongnya.
"Sepuluh langkah, dua puluh langkah, tiga puluh langkah…" Fang Yuan bergerak perlahan sembari menghitung dalam hati, "Minggu lalu, aku hanya bisa mencapai langkah ke-45. Setelah itu, aku tidak kuat lagi – jadi aku terpaksa berhenti. Kali ini, berapa langkah yang bisa aku ambil?"
40 langkah, 45 langkah….
Beberapa saat kemudian, Fang Yuan berhasil melewati angka 45. Namun ia mulai kelelahan.
46 langkah, 47 langkah…
Fang Yuan bisa merasakan staminanya mulai habis.
48 langkah, 49 langkah….
Ia mengerahkan seluruh tenaganya dan maju dua langkah. Akhirnya ia mencapai batas kekuatannya – tubuhnya dipenuhi keringat. Ia menahan batu tersebut dengan kaki dan bahunya, lalu menarik napas berulang kali.
"Apa aku harus menyerah?" Pikir Fang Yuan. Ia harus mengeluarkan stamina lagi untuk naik saat akan kembali. Dan lagi, ia harus melepaskan batu tersebut secara perlahan agar bisa menggelinding turun.
Jika ia melepas pegangannya dan lari saat itu juga, batu itu akan menggelinding semakin cepat. Fang Yuan tidak mungkin bisa menghindarinya tepat waktu – ia tidak mau tertindih dan menjadi bongkahan daging.
Namun setelah berpikir beberapa saat, Fang Yuan merasa marah. Lebih baik ia mencoba mendorongnya sedikit lagi.
50 langkah.
Tiba-tiba, ia merasakan tekanan batu itu mulai berkurang. Batu tersebut telah menggelinding ke tanah yang datar.
Fang Yuan mendorongnya hingga beberapa langkah lagi. Setelah melewati batu raksasa, ia menemukan sebuah ruangan rahasia.
Ruang rahasia ini mirip dengan gua rahasia yang pertama. Dia menamai tempat ini 'ruang rahasia kedua'.
Tidak ada apapun di dalamnya. Keempat dindingnya dibalut tanah merah menyala. Di ujung ruangan, ada sebuah pintu batu kelabu yang sederhana. Pintu itu pasti merupakan buatan sang Biksu.
Fang Yuan beristirahat sejenak. Namun setelahnya, ia tidak langsung membuka pintu batu tersebut – karena ia menemukan sesuatu yang baru.
Ia melihat tanah di dekat pintu itu sedikit lembab.
"Jangan bilang…" Pikir Fang Yuan. Ia membungkuk dan mulai menggali tanah tersebut.
Bunga Earth Treasury yang kedua!
Fang Yuan tertawa riang. Dengan hati-hati, ia mulai mengelupas kelopak bunga dan mengambil sebuah Gu yang tertidur di tengah-tengah nektar emas.
Begitu ia mengerahkan cairan primeval, Gu tersebut langsung berkembang.
Ia adalah Gu Jade Skin. Bentuknya datar dan lebar seperti seekor kutu. Kepalanya kecil dan tubuhnya yang oval berwarna hijau menyala – bagai cahaya batu giok.
"Aku sudah mendapat Gu Babi Putih, dan aku terus memikirkan dimana aku bisa mendapat Gu Jade Skin – agar aku bisa menggabungkan keduanya menjadi Gu Giok Putih. Dan ternyata biksu Flower Wine telah menyiapkannya untukku," Gumam Fang Yuan. Ia memikirkan betapa pentingnya Gu Jade Skin ini.
Ini adalah Gu keenam Fang Yuan.
Meskipun sudah memiliki lima Gu, tidak ada yang mampu melakukan pertahanan diri. Sekarang karena sudah mempunyai Gu Jade Skin, ia bisa menutupi kelemahannya dalam pertahanan diri.
Seringkali, melindungi diri sendiri artinya sama dengan menyerang musuh.
Itu tidak sulit untuk dimengerti. Contohnya saja tubuh Fang Yuan. Dengan Gu Babi Putih, kekuatannya setara dengan seekor babi hutan. Secara teori, ia bisa menghancurkan sebuah batu dalam sekali pukul – tapi Fang Yuan tidak pernah melakukannya.
Itu karena ia tahu bahwa ia tidak dapat melindungi diri sendiri. Jadi ketika ia menghancurkan batu, kepalan tangannya juga akan berdarah.
Sekarang karena sudah punya Gu Jade Skin, ia bisa melengkapi kekuatannya dengan pertahanan diri. Tentu saja, ada kelebihan dan kekurangannya.
Gu Jade Skin merupakan salah satu Gu pelindung terbaik di antara semua Gu tingkat satu. Ia tidak mudah untuk dirawat – ia harus mengonsumsi dua potong batu giok setiap 10 hari sekali.
Harga batu giok di pasaran sangat mahal, dan masalahnya ada pada sumber.
Fang Zheng juga memiliki Gu Jade Skin, tapi ia dibantu oleh sang ketua klan yang selalu menyediakan batu giok. Jika Fang Yuan menginginkan batu giok, ia harus membelinya – dan orang-orang akan curiga padanya.
"Untuk mencari makanan milik Gu Babi Putih, aku harus membunuh babi hutan secara rutin – dan itu sudah cukup merepotkan. Dengan adanya Gu Batu Giok ini, apa aku harus menggali tambang?" Fang Yuan tertawa pahit begitu menyadari adanya masalah baru di hadapannya.
Fang Yuan memutuskan untuk menyimpan Gu tersebut dan merawatnya di dalam celah untuk sementara waktu. Lalu, Fang Yuan membuka pintu batu yang ada di hadapannya.
Pintu itu berat. Jika Fang Yuan tidak mendapat kekuatan dari Gu Babi Putih, ia tidak akan mampu menggerakkannya. Namun, kini Fang Yuan bisa mendorong pintu tersebut, dan pintu itu terbuka secara perlahan.
Pemandangan di hadapannya langsung membuat kedua matanya terbelalak.
Tempat itu bukan lagi sebuah lorong sempit ataupun ruang rahasia – namun sebuah hutan batu bawah tanah.
Fang Yuan mengira-ngira ukuran tempat tersebut. Ukurannya lebih dari 30 Mu
"Saat ini aku pasti berada di dalam Gunung Qing Mao. Ruang bawah tanah ini pasti terbentuk secara alami." Fang Yuan menatap dinding-dinding batu di sekitarnya.
Tinggi dinding mencapai lebih dari 16 meter. Langit-langitnya juga terbuat dari batu.
Beberapa pilar raksasa berwarna merah tua berdiri di atas. Setiap pilar mengeluarkan cahaya kemerahan yang samar – sama seperti di lorong dan ruang rahasia. Meskipun cahayanya hanya samar-samar, Fang Yuan masih bisa melihat sekelilingnya.
Fang Yuan menatap dari kejauhan. Setiap pilar batu tersebut terlihat seperti pohon yang terbalik. Bedanya, pilar-pilar itu tidak memiliki ranting – dan hanya menyisakan batangnya.
Permukaan pilar tersebut kasar dan dipenuhi oleh lubang-lubang gelap yang menakutkan. Semua pilar menunduk ke bawah dan membentuk hutan batu yang terbalik.
Alam memang menakjubkan.
Dengan pengetahuannya yang luas, Fang Yuan tidak merasa terkejut. Namun, ia menatap lubang-lubang di dalam pilar sembari mengernyitkan dahi.
Tiba-tiba ia memahami kenapa Biksu Flower Wine menaruh Gu Jade Skin di depan pintu.
"Kalau aku tidak salah…" Fang Yuan mengayunkan tangan kanannya dan mengeluarkan sebuah moonblade.
Moonblade biru mengitari udara sebelum membentur sebuah lubang gelap di dalam pilar.
Terdengar suara nyaring yang penuh amarah dari balik lubang tersebut.
Dengan gerakan yang cepat, seekor kera abu-abu muncul dari balik gua dan melompat ke arah Fang Yuan.
Syut syut syut.
Fang Yuan menembakkan tiga buah moonblade.
Kera tersebut melayang di udara dan tidak bisa berpindah posisi, namun ekornya sangat lincah. Ekornya mengayun-ayun dengan cepat, dan tubuhnya mulai berbalik di udara. Hewan itu berhasil menghindari dua moonblade, namun moonblade ketiga mengenai tubuhnya. Ia langsung terjatuh dan tewas.
Kera tersebut tewas tanpa meneteskan darah sedikit pun.
Tubuhnya mulai berubah menjadi batu. Dalam sekejap, seluruh daging dan darahnya membeku menjadi patung monyet.
Postur tubuh dan ekspresi patung tersebut sama persis dengan keadaan si kera sebelum ia mati. Setelah dua tarikan napas, permukaan patung mulai retak perlahan. Akhirnya, patung itu meledak menjadi potongan-potongan batu.
"Ini adalah daerah bawah tanah yang berisi kera bermata giok." Fang Yuan berlutut dan mengambil dua mutiara giok berwarna hijau kekuningan dari balik tumpukan batu tersebut. Kedua mutiara merupakan mata milik si kera.
Hewan aneh ini akan berubah menjadi patung begitu mati, dan kedua matanya akan berubah menjadi mutiara giok. Tiap mutiara itu sangat berat – beratnya mencapai 50 gram.
Selama Fang Yuan bisa membunuh kera bermata giok, ia tidak perlu khawatir akan makanan milik Gu Jade Skin.
"Aku tidak hanya perlu memberi makan Gu Jade Skin; aku juga harus terus mencari warisan itu. Petunjuk milik sang biksu harusnya ada di sekitar hutan ini."
Fang Yuan mengernyitkan kening. Situasinya menjadi lebih rumit sekarang.
Ia mencoba melangkah maju. Kedua matanya menatap pilar batu di hadapannya.
Di langkah ke-7, ia bisa melihat sepasang mata giok memandangnya dari balik lubang di pilar.
Seketika, setetes keringat jatuh dari keningnya.
Dia mundur selangkah. Berbagai pasang mata yang ada di balik lubang-lubang pun mulai menghilang.
Setiap pasang mata itu merupakan milik seekor kera bermata giok. Hewan itu sangat gesit; untuk membunuh seekor saja, Fang Yuan harus menggunakan empat moonblade.
Di balik pilar, setidaknya ada seratus kera. Tak terbayangkan berapa banyak kera yang ada di seluruh hutan.
Dengan kekuatan Fang Yuan saat ini, ia akan mati saat diserang oleh empat ekor kera. Kalaupun memiliki perlindungan dari Gu Jade Skin, ia hanya bisa melawan maksimal 12 ekor kera.
Untungnya, semua kera itu biasanya tidur di dalam lubang. Mereka mengonsumsi batu ketika lapar atau haus. Pilar batu adalah rumah dan makanan mereka. Mereka tidak akan keluar dari lubang – kecuali jika Fang Yuan sengaja memancing mereka atau mencapai jarak 10 meter dari tempat mereka berada.
Di bumi, mereka disebut sebagai kera hikikomori