Chereads / Jalan Menuju Surga / Chapter 11 - Terlalu Merepotkan Bagi Jing Jiu

Chapter 11 - Terlalu Merepotkan Bagi Jing Jiu

Keesokan harinya, Liu Shisui kembali mendatangi pondok Jing Jiu, ia mulai menyapu halaman, mengambil sarapan yang sudah disediakan oleh pengurus, dan menumpuk daun - daun yang berserakan di halaman.

Jing Jiu diam - diam memperhatikannya.

Ia mendengar pembicaraan Guru Lu dan Liu Shisui tadi malam.

Kalaupun ia tidak mendengarnya, Guru Lu pasti akan tetap berusaha untuk memberitahu dirinya.

Guru Lu berharap agar Jing Jiu sadar diri dan tidak memaksanya untuk mengeluarkan Liu Shisui karena jawaban Liu tadi malam.

Jing Jiu mengerti alasan Guru Lu berbuat demikian, ia pun akan melakukan hal yang sama jika ia berada di posisi Guru Lu.

Bagaimana mungkin seorang praktisi menghabiskan waktunya untuk hal - hal yang tidak berguna?

Ia pun masih bisa mengerti, jika Liu Shisui memilih menyetujui saran Guru Lu, karena ia juga akan mengambil keputusan yang sama dalam situasi seperti itu.

Karena langit dan bumi sekali pun tidaklah sebanding dengan Dao, apalagi hanya seorang Tuan Muda.

Tapi, Jing Jiu tidak menyangka kalau Liu akan datang lagi hari ini dan kembali melakukan pekerjaannya seperti biasa, setelah apa yang ia alami tadi malam. Ia bahkan terlihat lebih bersemangat.

Saat itu juga, Jing Jiu menyadari apa yang dipikirkan oleh anak ini.

Ia juga tidak akan menyuruh Liu Shisui untuk pergi, hanya demi menjaga harga dirinya, apalagi Liu sudah menolak saran dari Guru Lu.

Tidak mudah menemukan seseorang yang sudah mengenal kebiasaanmu dan bisa mengurus semua kebutuhanmu. Ia juga tidak bisa menikmati hal ini saat ia tinggal ditempat ini di kehidupannya yang lampau.

Setelah Liu Shisui selesai mengerjakan tugasnya di pagi hari, ia kemudian menyeduh teh di teko, dan meletakkannya di meja, lalu ia mengeluarkan kursi bambu yang ada di dalam gua.

Saat ia berbaring di kursi bambu sambil berjemur, Jing Jiu menyipitkan mata dan mengetukkan jarinya ke lengan kursi dengan irama yang tidak beraturan..

Hari itu Liu tidak pergi ke aula latihan, ia justru berlatih kuda - kuda di halaman itu. Di situ, ia merentangkan tangannya; ia melakukannya dengan mudah dan sangat cepat.

Biasanya, ia tidak memperdulikan suara ketukan yang terdengar dari kursi bambu itu, tapi sekarang, ia mulai mendengarkannya dengan seksama. Apalagi, ia sudah merasakan sendiri manfaatnya kemarin.

Ritme yang seakan tidak beraturan ini ternyata memiliki irama tersendiri yang menandakan panjang tarikan nafas dan jarak antar tarikan nafas itu sendiri.

Saat matahari mencapai puncaknya, Liu akhirnya selesai berlatih, wajahnya penuh keringat dan badannya terasa sakit.

Tapi, ia tidak merasa kalau latihan nya ini berat dan sulit, ia justru merasa puas akan hasil latihannya.

Ia kemudian memalingkan wajahnya ke arah kursi bambu dimana Jing Jiu sedang tertidur, dan ia tersenyum melihatnya.

Selama setahun mereka bersama, Liu Shisui tahu kalau Jing Jiu sering kali hanya menutup matanya dan ia tidak benar - benar tertidur.

"Tuan Muda..."

Liu yang selama ini belum pernah membangunkan tuan mudanya, terdengar ragu, saat ia mengucapkan kalimat itu. Namun, ketika ia teringat akan ekspresi Guru Lu tadi malam, ia akhirnya memberanikan diri untuk berbisik meneruskan kalimatnya tadi, "... tolong jangan bermalas - malasan lagi?"

Liu tahu kalau Jing Jiu memang sangat malas dan kursi bambu itulah buktinya, tapi Liu sendiri tidak tahu bagaimana cara Jing Jiu membawa kursi itu dari rumah sampai kesini.

Liu juga tahu, kalau tuan mudanya ini sangat cerdas dan juga cakap. Sekarang, mereka sudah sampai di Sekte Gunung Hijau dan mendapatkan kesempatan untuk belajar ilmu pedang, tapi, kenapa Tuan Muda masih tetap bermalas - malasan?

Jika Tuan Muda terus seperti ini, bagaimana ia bisa melewati ujian untuk masuk ke inner sect? Kalau Guru Lu sampai mengeluarkannya dari sekte, aku harus bagaimana?

Sebaik apapun kualitas Dao alami Liu, anak itu tetap tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

Melihat kekhawatiran di wajah Liu, awalnya Jing Jiu terkejut, namun kemudian, ia tertawa.

Malam itu, Jing Jiu berdiri di halamannya, tangannya diletakkan di punggung dan ia menatap puncak - puncak gunung, yang berada di bawah bintang - bintang yang bertaburan.

Ia tidak menggubris desakan Liu untuk berlatih kuda - kuda dan teknik tinjunya, melatih bagian dalam dan luar tubuhnya, ataupun berlatih untuk mencapai level Possession of Virtue untuk memperkuat fondasi kultivasinya di masa depan.

Ia tidak perlu melakukan semua itu.

Karena berdasarkan tahap - tahap perkembangan yang jadi acuan bagi para praktisi umumnya, ia sudah melewati tahap Possession of Virtue dan telah mencapai level Spiritual Stability.

Atau lebih tepatnya, ia sebenarnya telah mencapai level Spiritual Stability, saat ia menjejakkan kaki di sungai kecil di dekat gua itu.

Melihat sejarah Sekte Green Mountain selama puluhan ribu tahun, ia mungkin murid yang paling cepat mencapai level Spiritual Stability.

Namun, ia tidak merasa bangga, karena ia bisa seperti ini berkat tubuhnya yang istimewa.

Guru Lu juga tidak tahu tentang rahasia Jing Jiu ini, karena levelnya yang termasuk rendah bagi seorang praktisi.

Ada satu aturan baku di dunia ini. Jika kamu mendapatkan sesuatu, maka kamu juga akan kehilangan sesuatu karenanya.

Jing Jiu lalu mengambil sebutir pil immortal[1] berwarna biru muda, melemparkannya ke mulutnya, lalu ia mengunyahnya beberapa kali dan kemudian menelannya.

[1] pil immortal : pil yang dibuat oleh immortal master atau pil yang khasiat nya jauh lebih baik dibanding pil-pil lain atau pil yang khasiat nya sungguh luar biasa dan tidak masuk akal (misalnya pil yang bisa memperpanjang usia)

Ia lalu minum teh yang sudah dingin yang ada di dekatnya dan kemudian menggelengkan kepalanya, karena menurutnya, rasanya biasa - biasa saja.

Jika Guru Lu atau guru - guru lain di Sekte Gunung Hijau menyaksikan kejadian ini, hati mereka pasti hancur berkeping - keping.

Karena pil immortal yang berwarna biru muda itu adalah pil Zixuan, itu adalah pil terbaik yang bisa digunakan oleh para praktisi dalam perjuangan mereka untuk melewati level - level awal latihan kultivasi mereka.

Bagi murid - murid yang sudah mencapai level Spiritual Stability, sebutir pil Zixuan punya manfaat yang setara dengan hasil latihan murid - murid itu selama setahun.

Jadi, bisa dibayangkan betapa berharganya pil immortal ini dan hanya mereka yang memiliki kualitas potensi yang luar biasa, yang bisa mendapatkan pil seperti ini.

Bahkan, hanya ada beberapa Pendekar Pedang, yang merupakan murid Puncak Kesembilan di Gunung Hijau, yang mendapat kesempatan untuk mengkonsumsi pil ini, saat mereka berada disini.

Tapi, Jing Jiu justru mengkonsumsi pil - pil immortal yang berharga ini seperti orang yang sedang makan kacang goreng.

Jumlah dari seluruh pil Zixuan yang sudah ia konsumsi bisa membantu seorang murid baru mencapai tahap Spiritual Stability dalam waktu satu jam.

Tapi, murid yang menggunakan pil itu, kemungkinan besar akan mati dalam waktu setengah jam karena zhenyuan dalam tubuhnya meningkat dengan sangat cepat.

Namun, Jing Jiu tidak mengalami hal itu, ia justru tidak merasakan apa - apa.

Lagi - lagi, ini semua karena tubuhnya yang istimewa, yang mampu menyerap energi langit dan bumi, namun tetap bisa bertahan.

Tapi masalahnya adalah... terlalu banyak.

Mata Air Spiritual dalam dirinya seperti laut yang dalamnya tidak terukur. Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk mengisi mata air itu dengan energi langit dan bumi. Bahkan, jika ia terus menyerap energi itu tanpa henti sekalipun, ia tetap memerlukan waktu yang sangat lama, karena efeknya sangat terbatas jika dibandingkan dengan jumlah energi yang dibutuhkan untuk memenuhi Mata Air Spiritualnya.

Dan jika mata air spiritualnya tidak terisi penuh, maka kualitas Dao nya pun akan menjadi sia - sia dan ia tidak akan bisa melewati tahap True Fruition[2] dan mencapai level berikutnya, apa yang harus ia lakukan kalau ini sampai terjadi?

[2] True Fruition : sebuah tahap dalam kultivasi

Jika rumor tentang keberadaan sebuah benda berharga yang berada di area Zen, yang mampu mengubah jalannya waktu, terbukti kebenarannya. Mungkin benda ini bisa membantunya menghemat waktu. Namun, ia tahu pasti bahwa benda ini sebenarnya hanya mitos dan sekarang ia hanya bisa menunggu.

Jing Jiu sudah melakukan perhitungan dan dalam waktu tiga hari, pil Zixuan itu sudah tidak bisa lagi membantu perkembangan kultivasinya, apalagi, pil - pil immortal lain yang tidak sebaik pil Zixuan.

Jika ia menyerap energi langit dan bumi tanpa henti sekalipun, Jing Jiu perlu waktu lebih dari satu tahun untuk untuk mengisi mata air spiritualnya hingga penuh.

Sungguh merepotkan jika harus menunggu selama itu.

Kalau bukan karena ia tidak ingin terlalu menarik perhatian dan membuat keributan, Jing Jiu bisa saja menjalani waktu satu tahun itu seperti murid - murid baru lainnya, yang setiap hari berlatih tanpa henti.

Tapi, ia tidak akan melakukan hal itu, karena menurutnya akan sangat merepotkan untuk melakukan hal itu sambil tetap menjaga rahasianya.

Ya, ia hanya takut mendapat masalah, bukan karena ia pemalas.

Memang benar ia menghabiskan waktunya dengan tidur, saat ia berada di desa terpencil itu. Namun, itu karena ia harus mempelajari dan membiasakan diri dengan tubuh barunya ini.

Perlu waktu sembilan hari untuk menyelesaikan tahap awal integrasi tubuh barunya. Namun, ia perlu waktu yang jauh lebih lama untuk bisa mengendalikan bagian - bagian tubuhnya yang paling halus.

Tapi, ia juga tidak membohongi Liu. Selain menjalani proses integrasi, ia juga melakukan banyak pemikiran, pertimbangan, dan perhitungan dalam mimpinya.

Ia juga harus mencari tahu kenapa ia bisa berada disini.

Ia juga ingin mengerti tentang masa lalu dan masa depannya.

Dan ia harus memperhitungkan apa yang ia dapatkan dan apa yang harus ia lepaskan.

Setelah ia menyelesaikan dua tahapan ini, barulah Jing Jiu memutuskan untuk kembali ke Sekte Gunung Hijau. Tapi sekarang, ia berada dalam sebuah keadaan, dimana ia hanya bisa menunggu dan tidak ada sesuatu apapun yang bisa ia lakukan.

Keadaan ini tidak pernah ia alami sebelumnya.

"Apa ini yang orang bilang bosan?"

Jing Jiu merasa kalau ini adalah suatu emosi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya dan dengan ragu ia berkata, "Bagaimana bisa orang sepertiku merasa bosan?"