Langit di atas Puncak Clear Spring tak berawan, namun penuh dengan aura spiritual yang nyaris tak terlihat.
Mo Tiange berdiri di udara dengan mata terpejam. Kedua telapak tangannya saling terkatup dengan seutas aura spiritual tipis yang berputar dalam lingkaran di antara kedua tangannya.
Seutas aura spiritual ini awalnya cukup tipis, namun secara bertahap menebal sampai akhirnya menyatu dan menunjukkan warna oranye yang sangat kuat.
Kerutan yang dalam terukir di wajah Mo Tiange, seolah ia sedang menahan sesuatu. Namun, tak lama kemudian, gumpalan aura spiritual tersebut tiba-tiba tumbuh secara drastis dan menyelimuti seluruh tubuhnya dan berubah menjadi penghalang aura spiritual.
Mo Tiange membuka mata lalu menghela napas lega.