Chereads / Kultivator Perempuan / Chapter 19 - Tamu Keluarga Mo

Chapter 19 - Tamu Keluarga Mo

"Makan ini. Kita harus melanjutkan perjalanan."

Mo Tiange mengangkat kepalanya tepat saat dua roti kukus dilemparkan padanya. Ia menangkap dan memegang kedua roti tersebut.

Mereka saat ini berada di daerah terpencil di luar kota. Sudah satu hari berlalu sejak mereka meninggalkan Kabupaten Liancheng dan melihat dua kultivator yang sedang bertarung. Karena ketakutan, Li Yushan memerintahkan kusir itu untuk mempercepat perjalanan. Setelah beberapa saat, dia akhirnya merasa lega karena tidak ada yang mengejar mereka.

Roti kukus itu terlalu kering. Mo Tiange dapat menggigit roti itu tetapi tidak bisa menelannya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Li Yushan juga makan roti yang sama. Tapi, selain roti kukus, dia masih punya hidangan tambahan lain seperti ayam panggang, daging sapi, dan sebagainya. Karena menyadari ia sedang diperhatikan, Li Yushan mengambil sepotong ayam dan berkata, "Kau mau ini?"

Mo Tiange menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku mau minum."

Itu adalah pertama kalinya Mo Tiange bicara setelah beberapa hari membisu. Di satu sisi, Li Yushan terkejut. Di sisi lain, dia agak kesal. Dia benar-benar tidak menduga anak kecil seperti itu akan menolak makanan lezat yang ditawarkannya. Dia juga tidak ingin meminta apapun dari Li Yushan. Hal ini menunjukkan padanya bahwa Mo Tiange sangat keras kepala. Akan sedikit sulit membuatnya patuh.

Ketika selesai berpikir, ia memperhatikan bahwa Mo Tiange sudah kembali duduk dan diam-diam mengunyah roti miliknya karena berpikir tidak akan mendapatkan air.

Meskipun sangat kesal, dia tidak berniat membiarkan gadis itu mati karena kehausan. Jadi, ia mengambil kantong air dari tasnya, melemparkannya ke arah Mo Tiange dan berkata, "Minum itu. Setelah kau menghabiskannya, jangan lupa untuk terus mengisinya kembali."

Mo Tiange mengambil kantong air itu dan mengiyakan dengan patuh.

Setelah beberapa saat, pak kusir yang telah memberi makan kuda di sekitar tempat itu, berjalan ke arah mereka. Dengan hormat, ia bertanya, "Tuan Immortal, kemana tujuan kita malam ini?"

Li Yushan menatapnya. "Kita akan tetap melanjutkan perjalanan dan akan beristirahat ketika fajar."

"Tapi..." Si kusir terlihat tidak senang akan keputusannya. Namun, dia tidak berani menolak secara langsung. Dengan terus menunduk, ia berkata, "Tuan Immortal, Aku tidak dapat melihat jalan dengan baik di tengah kegelapan malam. Sebaiknya, kita melanjutkan di jalan saat fajar nanti."

Li Yushan tidak menoleh pada kusir itu ketika melemparkan sebuah batu putih padanya. "Gunakanlah. Benda itu bisa bersinar." Katanya kemudian.

Pak kusir mengangguk.

Mo Tiange mengangkat kepalanya untuk melirik benda yang diberikan Li Yushan pada kusir itu. Meskipun sangat penasaran, ia tidak mengatakan apapun. Baginya, dunia kultivasi adalah dunia yang aneh. Jadi, dia sangat penasaran tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia tersebut.

Begitu selesai makan, Li Yushan membersihkan tangannya dan mendorong Mo Tiange ke dalam kereta. Dia bergumam, "Jika aku bisa menggunakan Teknik Light Body, aku tidak akan membutuhkan kereta untuk bepergian"

Mo Tiange tahu beberapa hal tentang Teknik Light Body. Teknik itu adalah teknik yang memungkinkan seorang kultivator untuk terbang dan melayang di udara. Dua kultivator yang sedang bertarung sebelumnya juga menggunakan teknik itu. Sayangnya, teknik tersebut hanya dapat digunakan oleh kultivator yang telah mencapai lapisan kelima dari alam Aura Refining. Oleh karena itu, Li Yushan hanya bisa menggunakan kereta untuk pergi ke Kunwu.

Ketika akan melanjutkan perjalanan mereka, sinar hijau tiba-tiba melesat melintasi langit, mengeluarkan aura spiritual yang sangat kuat. Li Yushan dengan tergesa-gesa turun dari kereta dan menatap sinar hijau yang baru saja lewat. Setelah sinar itu menghilang di cakrawala, barulah ia menghembuskan napas, "Orang itu adalah seorang kultivator Foundation Building! Mengapa ia berada di sini ..." Ujarnya kesal untuk beberapa saat. Namun, kali ini, dia tidak berani mengikutinya dan mencoba mencari peluang seperti sebelumnya. Bagi para kultivator tingkat rendah sepertinya, mereka yang sudah mencapai alam Foundation Building seperti orang yang patut dipuja.

Kereta kemudian kembali berjalan melalui medan yang cukup terjal.

Sementara itu, kultivator Foundation Building yang lewat tidak peduli dengan para kultivator tingkat rendah. Tak lama kemudian, kultivator itu tiba di Kabupaten Liancheng. Setelah menanyakan arah, kultivator itu langsung menuju desa kecil yang searah dengan Kota Feiyun.

Mo Tiange tidak tahu bahwa dua hari setelah kepergiannya, untuk pertama kalinya dalam lebih dari sepuluh tahun, seorang kultivator datang ke Desa Keluarga Mo.

----

Sebuah pemandangan langka terlihat di rumah leluhur keluarga Mo – para tuan muda dari keluarga Mo berkumpul di aula utama. Di kursi utama, sang kepala keluarga sedang merokok dengan alis berkerut.

Setelah sekian lama, sang kepala keluarga akhirnya meletakan pipa tembakaunya dan bertanya pada Tuan Muda Sulung, "Bagaimana menurutmu?"

Si tuan muda sulung mengerutkan dahi. Dengan ragu, ia kembali bertanya, "Ayah, bukankah kita harus mencoba mencarinya?"

Setelah kata-kata keluar dari mulutnya, dengusan pelan mulai terdengar. "Bagaimana kita akan menemukannya? Dia sudah menghilang selama dua hari. Jika ia diculik, kemana kita akan mencarinya? Selain itu, siapa saja yang akan pergi untuk mencarinya?"

Kali ini, bahkan si Tuan Muda Sulung pun terdiam.

Pada hari Mo Tiange diculik, Tianqiao menyadari bahwa ia belum juga kembali hingga larut malam. Jadi, dia dengan cemas memberitahu semua orang tentang hal ini. Namun, tidak ada yang pergi mencarinya karena sulit untuk mencari seseorang di tengah malam. Pada hari kedua, ketika masih belum ada kabar darinya, sang kepala keluarga menyuruh putra sulungnya untuk pergi ke kota dan bertanya-tanya. Seseorang mengakui bahwa ia melihat seorang gadis digendong dari tempat minum teh di gerbang kota oleh seorang pria. Deskripsi gadis itu sangat mirip dengan Tiange. Namun, kemana gadis itu dibawa, tidak ada yang tahu.

Karena mereka sudah tahu dengan pasti Tiange telah diculik, kepala keluarga Mo memanggil semua putranya untuk mendiskusikan tindakan mereka selanjutnya. Meskipun tidak ada seorangpun yang dekat dengan Tiange, dia masih keluarga mereka. Jadi, mereka tidak bisa menutup mata terhadap masalah ini. Namun, para tuan muda masih bimbang untuk mencarinya.

Pertama, karena mereka tidak tahu ke mana dia dibawa. Kedua, ini adalah waktu panen musim semi. Siapa pun yang pergi mencarinya akan berpenghasilan lebih sedikit dan akibatnya akan mengurangi hasil panen mereka. Oleh karena itu, meskipun mereka tidak menentang gagasan untuk mencari Mo Tiange, mereka semua berharap bukan mereka yang harus mencarinya.

Lagipula, penculik itu tentu sudah membawanya ke tempat lain dan hal itu membuatnya semakin sulit.

Sang kepala keluarga juga memahami hal ini. Selain itu, ini bukan pertama kalinya seorang anak dari desa diculik. Setiap kali hal itu terjadi, mereka akan pergi mencari anak itu dan akan kembali dengan tangan kosong. Namun, bagaimanapun juga, anak ini adalah cucunya; ia akan sangat kecewa jika mereka tidak berusaha menemukannya. Selain itu, menantunya bukanlah manusia biasa. Jika ia kembali suatu saat nanti, bagaimana ia akan menjelaskan hal ini kepadanya? Tetapi, siapa yang akan pergi jika mereka ingin mencarinya?

Sang kepala keluarga mengedarkan pandangannya menuju putra-putranya; alisnya berkerut dalam. Begitu melihat hal ini, para tuan muda tersebut segera menundukkan kepala karena takut dipilih.

Sang kepala keluarga belum sempat menyatakan keputusannya ketika Paman He berlari ke aula dan berkata, "Tuan, ada ... ada tamu."

Orang-orang di aula tersebut tidak sempat meminta penjelasan lebih lanjut karena mereka melihat seorang pria sudah melangkah memasuki aula.

Pria itu masih muda dan berusia sekitar dua puluhan. Dia mengenakan jubah biru dengan mantel putih dan membawa pedang di punggungnya. Meskipun mereka tidak melihat pria itu dengan jelas, mereka dapat merasakan auranya yang mengintimidasi.

Melihat pria itu membawa pedang, sang kepala keluarga segera berdiri dan berkata, "Izinkan saya bertanya, Tuan Muda, anda ..."

Pria itu memotongnya. "Apakah kau kepala desa ini?"

Sang kepala keluarga mengangguk. Setelah melihat kualitas jubah pria itu dan juga pedang di punggungnya, sang kepala keluarga tahu bahwa lelaki ini pastilah seorang ahli pedang. Jadi, ia bertanya dengan hormat, "Bolehkah saya mengetahui nama anda?"

Alih-alih menjawab, pemuda itu malah bertanya, "Apakah kau punya menantu bermarga Ye?"

Begitu dia mengajukan pertanyaan ini, sang kepala keluarga, serta semua orang di aula tersebut, tampak bingung. Mereka tentu tahu siapa yang ditanyakan pria itu. Namun, suami saudara perempuan mereka telah pergi selama lebih dari sepuluh tahun tanpa mengirim satu suratpun. Bagaimana dia bisa berhubungan dengan pria ini?

Sang kepala keluarga dengan cepat menjawab, "Ya. Tetapi, dia pergi untuk melakukan sesuatu dan belum kembali sejak sepuluh tahun yang lalu." Dia merasa agak khawatir. Dalam hatinya, ia menyadari menantunya bukan orang biasa. Dia khawatir pemuda di depannya ini datang untuk membalaskan dendam.

Tidak ada yang menyangka bahwa tepat setelah perkataan sang kepala keluarga, pemuda itu langsung tersenyum dan menangkupkan tangannya ke arah sang kepala keluarga untuk memberikan salam. Sejak pemuda ini muncul, dia tidak mengucapkan salam atau menunjukkan rasa hormat. Namun, mereka semua berasumsi bahwa dia bukan orang biasa karena sikapnya itu, bukan karena ia tidak sopan. Sekarang, salamnya membuat sang kepala keluarga merasa sedikit lega. Tampaknya, pria ini tidak datang untuk membalaskan dendam.

Pemuda itu kemudian berkata, "Kepala Desa Mo, nama keluargaku juga Ye. Aku dipercayakan untuk menjemput istri dan anak menantumu. Bolehkah aku tahu di mana mereka sekarang?"

Sang kepala keluarga sedikit ketakutan mendengar hal ini. Dia baru saja berpikir tentang bagaimana ia akan menjelaskan cucunya yang hilang ketika ayah anak itu kembali. Bagaimana mungkin seseorang tiba-tiba muncul dan bertanya tentang hal itu? Setelah merenung sejenak, sang kepala keluarga dengan hati-hati bertanya, "Tuan Muda Ye, bolehkah saya tahu di mana menantu saya? Mengapa dia tidak bersama dengan anda?"

Senyum di wajah pemuda itu lenyap. Dia menghela napas dan berkata, "Kepala Desa Mo, akan lebih baik jika aku mengatakan yang sebenarnya. Senior Ye telah meninggal. Paman martial-ku berteman dengan Senior Ye. Sebelum kematiannya, Senior Ye mempercayakan istri dan putrinya pada paman martial-ku, meminta paman martial-ku menjemput mereka dan mengantar mereka ke tempat adik laki-lakinya. Saya datang kemari atas perintah paman martial-ku."

Semua orang di aula tertegun mendengar ini. Pria itu sudah pergi selama sepuluh tahun dan belum kembali. Mereka sudah lama bertanya-tanya apa ada sesuatu yang terjadi padanya. Karena itu, mereka tidak terlalu terkejut mendengar berita kematiannya. Sebaliknya, apa yang dikatakan orang ini membuat mereka kebingungan.

Sang kepala keluarga dengan bingung bertanya, "Tuan Muda Ye, pernikahan menantu dan putri saya bersifat matrilineal, sehingga, putri dan cucu saya akan tetap menjadi anggota keluarga Mo. Bagaimana Anda bisa membawa mereka pergi?"

Pemuda itu tersenyum lagi. Tetapi, kali ini, senyumnya dipenuhi dengan kebanggaan. "Haruskah mereka tinggal di sini? Kepala Desa Mo, apakah kau benar-benar tidak menyadari bahwa menantumu bukan manusia biasa?"

Semua orang sangat terkejut ketika mendengar hal ini.

Seseorang di antara para tuan muda tersebut kemudian tidak tahan untuk bertanya, "Jika dia bukan manusia biasa, siapa dia sebenarnya?"

"Tentu saja dia adalah seorang Immortal." Pemuda itu melirik orang itu dan melanjutkan, "Apa kau tidak tahu bahwa Senior Ye mempraktikkan Hukum Keabadian?"

Semua orang menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Tiba-tiba, pemuda itu mengangkat tangannya dan bola api muncul di telapak tangannya. Dia melemparkan bola api dan tepat setelah itu, pedang di punggungnya terbang dan menembus bola api. Bola api itu kemudian lenyap dan pedang terbang kembali ke sarungnya.

Pemuda itu berkata, "Apakah kalian percaya padaku sekarang?"

Ada banyak legenda tentang Immortal di dunia sekuler. Sekarang, mereka melihat teknik abadi dengan mata mereka sendiri. Bagaimana mungkin mereka tidak percaya? Kekaguman muncul di wajah semua orang.

Sang kepala keluarga sudah lama mencurigai bahwa menantunya bukan orang biasa. Jadi, tentu saja ia percaya kata-kata pemuda ini. Dia kemudian memikirkan cucunya yang diculik. Jika tuan muda ini benar-benar seorang Immortal, pasti sangat mudah baginya untuk menemukan cucunya itu. Dengan demikian, kepala keluarga keluarga Mo buru-buru berkata, "Tuan Muda Ye, kami percaya padamu. Namun, putri saya tidak beruntung - dia jatuh sakit dan meninggal tiga tahun lalu. Dan juga, cucu perempuan saya, dia diculik dua hari yang lalu. Karena anda berlatih Hukum Keabadian, kumohon, tolong selamatkan dia! "

Pemuda itu terkejut. Dia kemudian menghela napas dan berkata, "Ketika Senior Ye mempercayakan mereka dalam perawatan pamanku, dia menduga Nyonya Ye mungkin sudah meninggal ... Lupakan, ceritakan tentang cucumu."

Sang kepala keluarga segera mengatakan semua informasi yang didapat putranya. Ketika selesai, ia baru saja berkata, "Tuan Muda, Anda tahu ..."

Tetapi, pemuda itu hanya melambaikan tangannya dan berkata, "Aku akan pergi dulu." Tanpa basa-basi lagi, dia berbalik dan pergi, meninggalkan ruangan yang penuh dengan pria-pria bingung.