Suara langkah kaki dari koridor terdengar terburu-buru, seperti orang yang sedang melarikan diri dari kejaran binatang buas. Ketika Chen Ge keluar dari ruang kelas, ia melihat orang yang bertanggung jawab atas kegaduhan ini. Zhu Jianing yang setinggi 1,8 meter berlari keluar dari asrama siswi, berteriak kencang seperti nyawanya benar-benar terancam. Wajahnya pucat pasi, dan ia berlari menyusuri koridor seperti seekor banteng gila.
Apa yang terjadi? Dari caranya berlari, dia mungkin menemukan sesuatu yang menakutkan di dalam asrama siswi, tapi tidak ada yang menakutkan di sana. Zhu Jianing sudah takut bahkan sebelum Chen Ge melakukan apapun. Chen Ge tidak tahu harus berbuat apa melihat kejadian tersebut.
Bukankah mereka sebelumnya mengatakan bahwa mereka tidak takut pada apapun? Bukankah mereka sangat tenang ketika memasuki skenario? Kenapa dia bertingkah seperti anjing gila sekarang? Chen Ge juga tidak tahu apa yang mereka alami di dalam skenario barunya. Demi keamanan, ia memutuskan untuk mencegat Zhu Jianing dan menanyakan detail kejadian.
Zhu Jianing, yang berlari keluar dari dalam asrama siswi, bahkan belum sempat mengatur napasnya ketika melihat sebuah bayangan bergerak keluar dari dalam ruang kelas yang tersegel!
Seragam sekolah menjadi hidup?! Pikiran itu segera muncul dalam benaknya. Ia berlari sangat cepat sehingga tidak bisa mengendalikan kecepatannya. Ketika mencapai pintu ruang kelas, ia melihat bayangan mengerikan keluar dari sana. Waktu pun berputar sangat lambat bagi Zhu Jianing. Tatapannya jatuh ke wajah sosok itu: Wajahnya dijahit dengan banyak wajah lain, dan setiap wajah di sana memperlihatkan emosi ketakutan, teror, dan rasa sakit.
Seperti dugaanku, ruang kelas itu berbahaya! Karena tidak dapat menghentikan dirinya, Zhu Jianing membenturkan dirinya di dinding koridor. Dengan mengabaikan rasa sakit di tubuhnya, ia mendorong tubuhnya dari dinding dan berbalik untuk kembali berlari menjauhi kelas!
Kombinasi rasa sakit dan ketakutan telah mengacaukan pikirannya. Tanpa melihat ke mana ia berlari, Zhu Jianing melihat pintu pertama dan bergegas masuk ke dalamnya. Ketika masuk, ia menyadari bahwa ruangan yang dimasukinya adalah sebuah toilet.
Mengapa dia menjebak dirinya sendiri? Chen Ge menjadi semakin penasaran tentang apa yang sebenarnya ditemui Zhu Jianing di kamar asrama siswi. Terlebih lagi, mengapa ia hanya sendirian? Dimana rekannya?
Setelah memikirkannya, Chen Ge menyadari bahwa jalan terbaiknya adalah dengan bertanya langsung pada pria itu. Ia menyentuh topeng kulit di wajahnya sebelum memasuki toilet. Zhu Jianing baru menyadari bahwa ia telah salah langkah ketika sedang berada di dalam toilet, tetapi tidak ada lagi yang bisa dilakukannya. Ia membuka bilik keempat dan bersembunyi di dalamnya.
Ia menutup mulut dengan kedua tangannya dan menyelipkan tubuh berototnya di pinggir toilet, jantungnya berdebar kencang dan pupil matanya bergerak dengan gugup. Zhu Jianing benar-benar ketakutan. Ketika mereka memainkan permainan Arwah Pena, ia duduk di seberang Fei Youliang, dan sementara temannya sibuk membuat analisis, ia melihat arwah tersebut perlahan muncul di belakang Fei Youliang. Ketika wajah keunguan wanita itu muncul di benaknya, seluruh udara seperti tersedot keluar dari paru-parunya.
Wanita tadi bukan aktor! Rumah hantu ini benar-benar berhantu! Kami telah mencari di kamar tidur, termasuk di bawah tempat tidur, sebelum memulai permainan. Kami yakin tidak ada yang bersembunyi di dalam ruangan; sosok wanita malang memang muncul tiba-tiba!
Dia pasti hantu! Wajah "wanita" tadi menolak untuk meninggalkan pikiran Zhu Jianing. Bahkan ketika memejamkan mata, ia melihat sosok wanita itu bergoyang dari tali gantung. Ia merasa sangat putus asa ketika bersandar di sudut dinding. Anehnya, ia masih merasa terekspos di dalam bilik.
Youliang masih di dalam ruangan dengan hantu yang berdiri di atas bahunya. Adegan seperti itu tidak akan muncul di kehidupan nyata, kan? Zhu Jianing menarik napas dalam-dalam. Ia merasa pusing karena kekurangan oksigen.
Aku perlu menghubungi orang-orang di luar. Rumah hantu ini benar-benar aneh. Ia berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak takut, tetapi kedua lengannya yang berotot terus bergetar karena ketakutan. Ia akhirnya menemukan ponselnya setelah mencari-cari di dalam ransel untuk beberapa saat.
"Xiao Zhu? Kenapa kau menelponku? Apakah kalian sudah selesai merekam semuanya?" suara pria paruh baya pendek yang tadi berbicara dengan Chen Ge dapat terdengar dari seberang telepon.
"Kakak Yuan, tolong kemari dan bantu aku! Ada hantu asli di dalam rumah hantu ini!" suara Zhu Jianing bergetar karena air mata. "Aku tidak tahu berapa lama lagi aku bisa bertahan. Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak hantu yang mengejarku."
"Bukankah memang sudah sepantasnya sebuah rumah hantu memiliki hantu?" pria paruh baya pun mengira Zhu Jianing sedang bercanda.
"Bukan hantu yang diperankan oleh aktor tapi hantu asli!" Zhu Jianing mendesis, terdengar sedikit frustasi. Ia tidak berani mengeraskan suaranya karena takut 'hantu' di luar tadi akan mendengarnya.
Pria paruh baya tersebut akhirnya menyadari keseriusan dalam suara Zhu Jianing. "Berikan ponselmu pada ke Youliang, aku ingin berbicara dengannya."
"Kakak Liang dirasuki oleh hantu dan masih terjebak di dalam kamar terkutuk."
"Dirasuki?"
"Aku melihatnya dengan mataku sendiri, hantu itu berdiri di atas bahunya. Hantu itu tergantung, wajahnya putih keunguan, dan matanya hampir keluar!"
"Berdiri di bahunya? Kalian diserang oleh para pekerja rumah hantu? Oke! Kami akan masuk sekarang!"
"Bukan pekerja, tetapi hantu asli; tidak ada pekerja di dalam rumah hantu ..." Sebelum Zhu Jianing selesai berkata-kata, suara langkah kaki terdengar dari pintu toilet. "Hantunya sudah masuk?!"
"Apa yang kau bicarakan? Halo?" suara pria paruh baya masih terdengar dari ujung telepon. Karena khawatir keributan akan menarik perhatian hantu, Zhu Jianing dengan cepat mengakhiri panggilannya.
Semoga dia tidak mendengarku. Tolong jangan biarkan monster itu menemukanku, dan aku tidak akan pernah mengunjungi tempat ini lagi. Zhu Jianing mematikan ponsel, membungkuk, dan menatap lurus ke pintu biliknya.
Ia tidak tahu kapan pintu di depannya akan terbuka, dan ia tidak tahu apa yang mungkin akan menyambutnya di balik pintu. Berbagai bayangan menyeramkan memenuhi benaknya seperti wajah wanita menyeramkan atau seragam sekolah berkibar sendiri setelah pintu biliknya terbuka.
Apa yang harus kulakukan? Saudara Yuan, tolong cepat kemari! Zhu Jianing berdoa dalam hati. Suara langkah kaki terdengar semakin dekat!
KRIET….
Suara deritan pintu bilik pertama yang dibuka membuat Zhu Jianing menahan napas dalam ketakutannya. Setelah jeda sesaat, pintu bilik kedua pun didorong terbuka.
Semakin dekat! Setelah jeda panjang, seperti yang diharapkannya, pintu ketiga dibuka.
Tepat di sebelahku! Dia akan membuka pintu ini selanjutnya! Otot-otot di seluruh tubuh Zhu Jianing menegang. Ketakutan dan terror terus menyiksa kewarasannya. Waktu berlalu, tetapi anehnya, tidak ada yang membuka pintu biliknya. Ia menunggu setengah menit dan pintu biliknya masih tidak bergerak.
Mungkinkah 'hantu' di luar telah pergi? Ia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk membuka pintu dan tidak menemukan apapun. Hantu itu benar-benar sudah pergi?
Ia perlahan membuka pintu dan menyadari tidak ada seorangpun di sana. Aku beruntung. Hampir saja hantu itu menemukan keberadaanku.
Setelah menghela napas lega, Zhu Jianing kembali menelpon si pria paruh baya. Ketika cahaya menyinari ponselnya, ia melihat sesuatu dari pantulan layar ponselnya. Ia menoleh ke belakang, dan di atas pintu bilik ketiga, wajah mengerikan yang dijahit bersama wajah lain menatapnya dalam diam.