Luo Yunyang masih bertekad untuk terus berlatih, tetapi sayangnya perutnya mulai bergemuruh karena lapar.
Mengapa Daging Ular Piton Bersisik Baja yang ia pesan belum juga diantarkan? Luo Yunyang segera memeriksa komputernya.
"Silahkan kunjungi Rumah Makan Bersih dan Elegan untuk makan!"
Saat ia membaca kalimat ini, Luo Yunyang pun menghentikan latihannya. Rasa laparnya ini terlalu kuat untuk dilawan.
Ia segera mengembalikan atributnya pada posisi semula.
Kekuatan : 9.9
Kecepatan : 3.3
Kecerdasan : 1.8
Kondisi : 10
Luo Yunyang terkejut saat melihat Kecepatannya pada panel atribut. Mempelajari teknik Tujuh Lompatan Monyet Siaga telah meningkatkan Atribut Kecepatannya sebanyak 1.3 poin.
Walaupun peningkatannya tak terlalu besar…
Tidak, sebenarnya peningkatan itu sangat besar, tetapi ia dengan bodohnya menurunkan Kecepatannya menjadi 3.0, sehingga ia menyia-nyiakan seluruh usahanya.
Luo Yunyang menggerutu pada dirinya sendiri sembari berjalan menuju Rumah Makan Bersih dan Elegan. Air liurnya mulai menetes saat ia membayangkan kelezatan Daging Ular Piton Bersisik Baja yang telah ia pesan. Tanpa sadar ia mempercepat langkahnya.
"Apakah kau Luo Yunyang?" langkah Luo Yunyang dihentikan oleh sekelompok pemuda sebelum ia iba di Rumah Makan.
Mereka semua berpakaian rapi, dan ditilik dari sikap mereka, sepertinya ada semacam hirarki di antara mereka. Seorang pemuda yang mengenakan pakaian putih dan mengeluarkan semacam aura menawan terlihat seperti pemimpin kelompok itu.
Ia tak mengatakan apa-apa, hanya berdiri dalam diam di pinggir.
Pemuda yang tadi berbicara padanya mengenakan celana panjang berwarna hitam. Ia memegang sebuah untaian mutiara di tangannya, dan rambutnya tertutup sesuatu yang membuat ia terlihat aneh. Sekali pandang saja sudah cukup untuk mengetahui bahwa ia seorang tukang pamer.
Luo Yunyan tak mengenal mereka.
Itulah yang ia pikirkan saat melihat tiga pemuda tersebut. Saat ini ia sangat kelaparan sehingga tak ingin membuang-buang waktunya untuk orang-orang bodoh ini.
"Ada apa? Jika kalian ingin menyampaikan sesuatu, katakan dengan cepat!" Luo Yunyang tak mengenal mereka dan mereka tak meninggalkan kesan pertama yang baik padanya, sehingga nada suaranya terdengar sedikit tak sabaran.
"Luo Yunyang, ini adalah Kakak De. Kau sangat beruntung. Kakak De sangat mengagumimu. Selamat! Mulai sekarang, kau menjadi bagian dari kami."
Pemuda yang memegang untaian mutiara itu tertawa. "Akuilah Kakak De, dan aku berjanji kau tak akan pernah menderita sepanjang hidupmu! Selain itu, Kakak De akan memberimu banyak keuntungan. Ha ha ha! Kakak De sangat cerewet saat menerima anggota yang lebih muda!"
Tak ada yang gratis di dunia ini. Para pemuda ini tak terlihat baik. Mereka pasti sedang menyembunyikan sesuatu. Ditambah lagi, Luo Yunyang sangat lapar sehingga ia tak ingin membuang waktu dengan berbicara dengan mereka. Ia tak menjawab. Ia hanya berjalan menuju Rumah Makan Bersih dan Elegan.
"Hei, Luo Yunyang! Kau seharusnya lebih bijaksana lagi di kemudian hari. Jangan mengabaikan kami kecuali kau ingin merasakan akibatnya! Gelar Raja Pendatang Baru telah diberikan kepada orang yang salah! Gelar itu seharusnya milik Kakak De! Apakah kau pernah mendengar Grup Keuangan Miliar? Kakak De merupakan pewaris dari grup tersebut. Ayahnya bisa mengirimmu ke surga hanya dengan satu jentikan jari saja. Ia juga bisa menjatuhkanmu ke neraka dengan mudah. Lebih baik kau belajar untuk lebih sopan, dasar sialan!"
Pemuda yang memegang untaian mutiara itu sangat marah ketika Luo Yunyang bahkan tak meliriknya. Ia menunjuk Luo Yunyang dengan angkuh.
Pemuda berbaju putih itu tak bereaksi, tetapi sedikit ketidaksabaran tersirat di matanya.
Luo Yunyang tak pernah mendengar tentang Grup Keuangan Miliar, tetapi ia mengerti keinginan pemuda itu. Ternyata mereka mengincar gelar Raja Pendatang Baru.
Luo Yunyang sebenarnya tak terlalu peduli terhadap gelar-gelar mulia lainnya, tetapi untuk gelar yang satu ini, ia tak akan melepaskannya.
Diskon 70% adalah keuntungan yang sangat besar untuknya.
Tak ada yang boleh merebut gelar Raja Pendatang Baru miliknya.
Para pemuda ini banyak berbicara, tetapi yang mereka inginkan hanyalah mendapatkan gelar tersebut untuk diri mereka sendiri.
"Kalian tak berasal dari Kota Chang'an?" Luo Yunyang bertanya pada pemuda yang mengenakan baju putih.
Ekspresi tak sabar di wajah pemuda itu membuat para antek-anteknya mengetahui bahwa ia sangat tak senang.
"Kami berasal dari Modu. Pernahkah kau mendengar tentang Modu? Modu merupakan kota nomor satu di antara 13 kota di Wilayah Timur! Sekarang, jadilah anak baik dan minta maaf kepada Kakak De. Kakak De berwawasan luas. Ia tak memiliki pengetahuan yang terbatas sepertimu!"
Modu, kota nomor satu di antara 13 Kota di Wilayah Timur, merupakan pusat ekonomi di Wilayah Timur.
Namun, hal tersebut tak bisa menggoyahkan Luo Yunyang.
"Apakah kalian tak senang karena aku menjadi Raja Pendatang Baru?" ia bertanya dengan acuh tak acuh.
Pemuda yang rapi itu sedikit mengerutkan keningnya dan menatap pemuda yang memegang untaian mutiara dalam diam.
Pemuda bercelana hitam, yang takut kepada pemuda berbaju putih, itu menghela nafas dengan keras. "Aku dengar kau sangat cepat, Luo Yunyang! Kau pikir hanya karena kau cepat, kau layak menjadi Raja Pendatang Baru? Ayo, aku akan berdiri di sini dan membiarkanmu memukulku. Mari kita lihat apakah kau dapat menyentuhku! Jika kau tak dapat memukulku, maka kau harus menyerahkan gelar Raja Pendatang Baru itu padaku. Posisi itu bukan sesuatu yang bisa diperoleh oleh orang miskin sepertimu!"
Saat pemuda bercelana hitam itu berbicara, Luo Yunyang meningkatkan Kecepatannya hingga 7 poin dan menggunakan teknik Tujuh lompatan Monyet Siaga dalam waktu kurang dari tiga detik.
Suara tamparan yang seperti petasan terdengar dengan cepat dan menghilang dengan lebih cepat lagi. Kemudian, sebuah sosok muncul sekitar 10 meter dari sekelompok pemuda tersebut.
Pemuda bercelana hitam itu memegangi wajahnya. Walaupun ia telah bersiap-siap, Luo Yunyang sangat cepat sehingga ia tak memiliki waktu untuk bereaksi. Tamparan Luo Yunyang telah mendarat berulang kali di seluruh wajahnya.
"Kakak De, ia… Ia berani memukulku!" pria bercelana hitam itu mengeluh karena merasa sangat terhina.
Sebelum ia dapat menyelesaikan kata-katanya, ia membatu. Bahkan Kakak De, yang sangat ia kagumi, sedang memegangi wajahnya dengan erat.
Terlihat dengan jelas sebuah bekas tamparan di wajahnya yang tampan!
"Kau… Kau berani memukulku?" Pemuda berbaju putih itu sepertinya tak pernah merasa terhina sebelumnya. Ia selalu berpikir bahwa seluruh dunia berputar mengitarinya.
"Kau yang memintanya!" Luo Yunyang menjawab dengan kasar sembari menyeringai. "Jika kau tak dapat menerimanya, kau bisa menantangku lagi."
Pemuda berbaju putih itu ingin bergegas menghampirinya, tetapi ditahan dengan erat oleh adik-adiknya. Tak ada satupun dari mereka yang melihat dengan jelas bagaimana Luo Yunyang bisa melakukan hal itu. Tetapi mereka tahu jika mereka ingin melanjutkan pertarungan, hasilnya akan sangat merugikan mereka.
"Ini belum berakhir, Luo Yunyang!" Teriak Kakak De saat ia diseret menjauh.
Kata-katanya tersebut mendapat ganjaran yang setimpal. Wajah putih mulusnya itu harus menerima tamparan keras sekali lagi.
Sekarang, terdapat dua bekas tamparan saling tumpang tindih di wajahnya itu.