Chereads / Memanggil Pedang Suci / Chapter 81 - Menuju Dataran Sunyi

Chapter 81 - Menuju Dataran Sunyi

Sebelum matahari terbit esok hari. Rhode sudah sampai di gerbang masuk kota Deep Stone bersama semua anggota kelompoknya. Sereck mengenakan baju pelindung kulit dan pedang sihirnya yang biasa dia pakai. Sereck ternyata sudah sampai di sana duluan. Saat ini, Sereck benar-benar terlihat seperti seorang prajurit bayaran professional. Sereck melambaikan tangan ke arah Rhode saat pemuda itu datang.

"Tepat waktu."

Sereck mengangguk puas. Kemudian, dia melihat Lize, Marlene dan Walker. Matanya berhenti saat dia melihat Anne. Sereck sedikit terkejut melihat kehadiran Anne. Meskipun demikian, dia segera menyapa semua orang sambil tersenyum.

"Kelihatannya kalian sudah siap."

"Ya."

Rhode menjawabnya dengan suara datar.

Kelompok itu terlihat tenang dari luar. Tapi saat Rhode menyampaikan misi tersebut kepada mereka tadi malam, semua orang terkejut.

Tentu saja Lize mengkhawatirkan keselamatan kelompok.

Marlene merasa bersemangat karena tidak tahu dan belum pernah mengunjungi Dataran Sunyi.

Walker mengeluh. Dia mengatakan bahwa Rhode menjemput kematiannya sendiri.

Anne sama sekali tidak berkomentar karena dia sekedar menumpang dalam kelompok ini. Oleh karena itu, reaksinya seakan-akan kelompok mereka akan pergi kemping.

"Bagaimana dengan para Cleric yang kuminta?"

"Mereka di sini."

Sereck melambaikan tangan dan empat gadis muda datang dari arah belakangnya. Yang paling tua berusia sekitar 25 tahun sedangkan termuda kira-kira seumuran Lize.

Berbeda dengan para prajurit bayaran veteran di situ, keempat gadis Cleric itu menunjukkan ekspresi takut pada wajah mereka. Tidak mengherankan karena memang tidak banyak Cleric yang maumengikuti kelompok prajurit bayaran dalam sebuah misi. Kecuali Lize.

"Mereka semua mampu mengeluarkan sihir pelindung dan sihir Barrier (pelindung/penghalang). Tapi sebelum itu, aku harus mengingatkanmu bahwa mereka bekerja untuk Asosiasi Prajurit Bayaran. Walaupun Moby terpaksa menyetujui syaratmu untuk membawa mereka, bukan berarti kau dapat berbuat seenaknya. Jangan mengabaikan keselamatan mereka. Kutegaskan di sini sekarang juga – jika terjadi sesuatu pada mereka, maka aku akan segera membawa mereka pulang. Sedangkan untuk kelanjutan misimu, itu urusanmu."

"Tidak masalah."

Mendengar peringatan Sereck, Rhode tidak mengatakan apa-apa lagi dan berterima kasih padanya. Kemudian dia berjalan ke arah empat gadis Cleric tersebut yang menatapnya dengan pandangan gelisah. Mereka tidak ingin pergi. Tapi sebagai anggota staf Asosiasi Prajurit Bayaran, mereka terpaksa harus mematuhi perintah sang presiden.

Dalam beberapa hal, seorang Cleric bisa dianggap lebih lemah daripada seorang Mage.

"Aku pikir kalian sudah tahu kemana kita akan pergi." Rhode mengabaikan tatapan mereka dan berbicara dengan tenang, "Kalian harus tahu bahwa tempat yang kita tuju itu berbahaya dan kalian bisa saja mati. Tapi, selama kalian mengikuti bersedia mengikuti perintahku, aku jamin kalian akan selamat."

Rhode merentangkan kedua tangannya.

"Tolong camkan itu. Turuti semua perintahku. Jika aku menyuruh kalian melakukan sesuatu, lakukan saja. Percaya padaku. Jika kau menuruti omonganku, tidak akan ada bahaya yang mengancam kalian. Ya, aku sadar bahwa mungkin perkataanku saat ini terdengar seperti omong kosong. Tapi kalian akan segera melihat buktinya nanti. Karena itu, aku tidak ingin ada orang yang membantah perintahku. Kuharap tidak ada satu orang pun dari kalian yang melakukan sesuatu di luar perintahku."

Rhode berhenti bicara sejenak dan menatap keempat gadis Cleric tersebut. Mereka menunjukkan ekspresi yang berbeda saat mendengar pernyataan Rode.

"Aku akan menyerahkan kalian pada Lize. Jika kalian ingin bertanya, silakan bertanya padanya. Aku tahu bahwa beberapa dari kalian mungkin lebih ahli dari dia. Tapi berdasarkan pengalaman bertualang dan kemampuan kerja sama, kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Lize. Jika kalian tidak ingin menderita, maka lebih baik kalian dengarkan perintahnya."

Rhode berhenti berbicara dan dia memberi isyarat pada semua orang untuk mulai bergerak. Sementara itu, Sereck berjalan ke arah Rhode menunjukkan tersenyum pahit.

"Benar-benar…Tidakkah kau sadar bahwa kau terlalu keras pada gadis-gadis ini?"

"Aku tidak tertarik untuk bermanis-manis dengan mereka."

Rhode mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya.

"Kita di sini untuk melaksanakan sebuah misi. Ini bukanlah acara kemping atau kencan buta. Jadi aku tidak peduli apakah mereka menyukaiku atau tidak. Aku hanya ingin mereka mematuhi perintahku. Itu saja. Lagipula, aku tidak akan berurusan dengan mereka lagi setelah misi ini selesai."

"Tidak ada yang pasti." Sereck tersenyum. "Kau tahu, cara bicaramu mirip dengan seorang perwira militer."

"Begitukah?"

Mendengar ucapan Sereck, Rhode mengerutkan alisnya.

"Benar, sikap tegas dan ketetapan hati seperti itu saat menghadapi sebuah misi…yah, menurut pendapatku, itu tidaklah lazim dimiliki oleh seorang prajurit bayaran."

Rhode tidak membalas perkataan Sereck. Dia berbalik dan berjalan ke arah kereta kuda.

Dataran Sunyi terletak cukup jauh dari kota Deep Stone. Lagipula, ada beberapa orang di kelompok itu yang tidak terbiasa berpetualang. Oleh karena itu, Sereck menyiapkan karavan yang akan digunakan sebagai sarana transportasi. Karavan memiliki enam roda dan membutuhkan tenaga delapan kuda untuk menariknya maju. Karena Asosiasi Prajurit Bayaran tidaklah seketat badan militer, karavan seperti ini sering digunakan sebagai sarana transportasi oleh anggota-anggota Asosiasi Prajurit Bayaran.

Meskipun angin yang berhembus di Dataran Sunyi cukup kencang, tapi Asosiasi Prajurit Bayaran melarang mereka untuk bepergian ke sana menggunakan kapal terbang. Alasan pertama yaitu karena banyaknya serangan terhadap kapal dagang akhir-akhir ini. Kapal terbang juga menjadi sasaran empuk para penyerang. Alasan kedua, di Dataran Sunyi tidak ada pelabuhan. Rombongan itu tidak memiliki pengalaman melompat dari ketinggian. Dalam dunia ini tidak ada parasut. Bahkan jika mereka selamat, mereka mungkin akan menjadi santapan para mayat hidup di sana.

Mati sebelum bisa berbuat apa-apa adalah mati dalam kondisi yang memalukan.

Walaupun karavan bergerak lebih lambat, kendaraan itu lebih aman daripada sebuah kapal terbang.

Sayang, semuanya tidak selalu berjalan sesuai rencana.

Jalan menuju Dataran Sunyi tidaklah senyaman dugaan mereka. Jalan itu penuh dengan gundukan dan rerumputan karena hampir tidak ada yang berani mendatangi tempat berhantu ini. Bahkan Lize dan Walker yang merupakan prajurit bayaran berpengalaman tidak kuat melakukan perjalanan itu. Apalagi Marlene dan keempat Cleric. Mereka tidak lagi peduli terhadap citra mereka saat keluar dari karavan dan muntah. Anehnya, ekspresi Anne tetap terlihat tenang saat dia tidur sendirian di sudut karavan.

Awalnya, rencana mereka adalah segera turun dari karavan dan langsung pergi mencari kelompok Victorious Wine begitu tiba di Dataran Sunyi. Sayang, kondisi mereka semua tidak sebugar sebelumnya. Kaki mereka terasa lemas seperti jeli. Mereka bahkan belum bertemu dengan musuh di tempat ini tetapi mereka sudah kepayahan. Tidak ada pilihan lain bagi Sereck dan Rhode selain beristirahat setengah hari sebelum berangkat.

"Kuharap mereka semua bisa bertahan hidup hingga kita semua tiba di sana."

Rhode berbisik kepada dirinya sendiri sambil menatap awan-awan gelap di atas hutan yang menakutkan.

Malam telah tiba. Tapi hutan itu terasa sangat sunyi – bahkan tidak ada suara binatang sama sekali.

Rhode tahu apa yang menunggu mereka di depan. Tidak ada apa-apa di sana kecuali aura kematian. Pemuda itu benar-benar berharap bahwa kelompok Victorious Wine bisa bertahan sampai bala bantuan tiba.

Tapi Rhode tidak terlalu percaya terhadap kemampuan mereka untuk bertahan hidup. Karena dia telah mengalami banyak misi seperti itu di dalam game. Para NPC yang seharusnya mereka selamatkan akan mati terlebih dahulu sebelum bala bantuan tiba. Hal itulah yang membuat Rhode benar-benar depresi mengingat betapa berat perjalanan menyelamatkan mereka.

"Jangan khawatir."

Tampaknya Sereck merasa lebih optimis daripada Rhode.

"Aku mengenal pemimpin dari Victorious Wine. Dia adalah seorang pemuda yang terkenal dengan kewaspadaan dan berhati-hati dalam sebuah misi. Dia tidak akan mati semudah itu. Bahkan jika kemungkinannya sangat kecil untuk bertahan hidup, kita masih harus mencoba menyelamatkan mereka karena kita semua adalah bagian dari Asosiasi Prajurit Bayaran."

Tanggung jawab.

Rhode tidak membalas perkataan Sereck. Asosiasi Prajurit Bayaran terlihat seperti organisasi yang kuat, dan mereka sangat dihormati oleh kelompok-kelompok prajurit bayaran. Namun, bukan berarti asosiasi tersebut memiliki kekuasaan untuk membubarkan sebuah kelompok prajurit bayaran secara paksa. Kekuatan dan tanggung jawab selalu datang bersamaan. Para prajurit bayaran akan mematuhi perintah-perintah dari Asosiasi Prajurit Bayaran. Sebagai gantinya, Asosiasi Prajurit Bayaran akan memberikan bantuan kepada para prajurit bayaran saat mereka membutuhkannya.

Meminta bala bantuan adalah salah satu hak istimewa yang dimiliki oleh setiap anggota Asosiasi Prajurit Bayaran. Entah apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Saat Asosiasi Prajurit Bayaran menerima permohonan mereka, asosiasi tersebut akan tetap mengirimkan bala bantuan untuk menyelamatkan mereka.

Hubungan timbal balik atas dasar kepercayaan seperti ini terbukti jauh lebih kuat daripada kontrak yang mengikata. Alasan kelompok prajurit bayaran berani berpetualang adalah kerena hal ini.

Kepercayaan memang sangat berharga.

"A…aku tidak kuat lagi, Lize."

Marlene bersandar pada sebuah pohon. Kakinya bergetar seperti jeli karena lemas,. Kepalanya terasa sangat pusing. Gadis itu merasa sangat mual. Rasanya bahkan jauh lebih buruk daripada mengunyah tanaman sihir yang tidak sengaja ia makan. Marlene menengadahkan kepala ke atas untuk menahan muntah. Lize merapal sebuah mantra untuk meringankan penderitaan gadis tersebut.

"Tahanlah, Marlene. Ambil napas dalam-dalam dan beristirahatlah sebentar."

"Ambil napas dalam…urghh…!!!"

Tubuh Marlene tiba-tiba melengkung ke arah depan dan tenggorokannya mengejang tak terkendali.

…Kelihatannya dia memuntahkan isi perutnya.

Kondisi gadic Cleric lainnya tidak lebih baik dari Marlene. Untungnya, mereka memiliki sihir penyembuhan. Tetapi, mereka masih terlihat lesu ketika mereka berbaring di tanah. Mereka kelelahan. Kalau seseorang melihat keadaan mereka, dia akan berpikir bahwa mereka telah bertempur dengan segerombolan mayat hidup.

"Huuaahhhh…."

Hanya satu orang yang masih tampak segar bugar setelah perjalanan itu.

Anne.

Gadis itu menguap saat dia turun dari karavan. Dia meregangkan tubuhnya yang kaku. Setelah itu, dia menatap orang-orang yang memandanginya. Anne heran saat mendapati para gadis memelototinya.

Tidak adil.

Kemudian Anne menoleh pada Rhode dan berkata, "Ah, ketua, kita sudah sampai? Kapan kita mulai mencari mereka?"

"Tiga jam dari sekarang. Biarkan mereka beristirahat sebentar lagi."

Menghadapi gadis yang mendatanginya dengan penuh semangat, Rhode menunjuk ke arah base camp (tempat penampungan para petualang dalam sebuah misi) dan membalas pertanyaannya.

"Lebih baik kau juga makan dan beristirahat. Setelah itu, kita akan memulai misi kita. Jangan lupakan tugasmu."

"Tentu. Tenang saja ketua. Kalau Anne ada di sini, tidak akan ada masalah!"

Setelah menjawab Rhode, Anne berjalan ke arah base camp sambil bersenandung. Dia mengeluarkan beberapa potong daging dari dalam tas untuk dimakan. Anne dan para gadis yang sedang kepayahan itu terlihat seperti pemandangan yang bertolak belakang.

"Aku tidak menyangka kau akan merekrutnya."

Sereck mengambil dua cangkir berisi air panas. Dia duduk di samping Rhode. Di saat yang bersamaan, dia menyerahkan satu cangkir kepada pemuda itu.

"Sepertinya kau memiliki trik tersembunyi."

"Kau tahu Anne?"

Rhode mengambil cangkir yang disodorkan oleh Sereck dan bertanya kepadanya dengan santai.

"Aku telah bertemu dengannya beberapa kali. Walaupun kepribadiannya memang merepotkan, kemampuan gadis itu tidak bisa diremehkan. Jangan nilai dia dari sikapnya yang santai. Karena ketika dia memutuskan untuk serius dalam pertarungan, dia bisa sangat kuat."

"Kupikir juga begitu."

Dia belum terlalu mengenal Anne. Tapi dia melihat kinerjanya dari tes yang dia berikan. Rhode tahu kalau kemampuan gadis itu memang unik, dan…

"Kau pernah mendengar soal masa lalunya?"

Dengan tubuhnya yang mungil, Anne bisa mengangkat sebuah perisai menggunakan satu tangan dengan mudah. Rhode hanya bisa mengerutkan kening saat melihatnya. Dia mengira bahwa status daya Tahan Tubuh dan Kekuatannya cukup tinggi. Tapi Rhode akan tetap kepayahan mengangkat sebuah perisai seberat puluhan kilogram. Bahkan, sebelum datang ke sini, Rhode memberi perisai Rock Heart Shield dari Batu Ratapan kepada Anne untuk menambah kekuatan serangannya. Dan perisai itu jelas bukanlah benda yang ringan.

Anne sangat gembira menerima perisai sihir itu. sampai-sampai dia bergegas ke arah Rhode dan menciumnya. Peristiwa itu membuat Rhode tersenyum pahit. Tapi karena kepribadian Anne memang begitu, pemuda itu tidak terlalu mempermasalahkannya.

"Hmm aku tidak yakin. Tapi kalau tidak salah kelompok prajurit bayaran Mark White menemukan gadis itu di gunung. Saat itu, dia baru berusia satu atau dua tahun. Dia hidup bersama dengan seekor binatang buas. Pemimpin Mark White membawanya pulang dan membesarkan gadis itu sendirian. Tentu saja itu bukan hal yang mudah…Aku ingat saat-saat dimana gadis itu akan menggigit siapapun yang menyentuhnya. Pemimpin itu juga digigit berkali-kali olehnya."

"Jujur saja, banyak orang yang menyarankan pemimpin Mark White untuk menjual gadis itu sebagai budak. Bagaimanapun juga, tidak ada gunanya membesarkan gadis itu. Tapi ternyata pria tua itu keras kepala dan tetap menjaga Anne. Di bawah bimbingannya, gadis itu belajar cara berbicara, menulis dan belajar seperti manusia biasa. Mungkin saat itu, pria tersebut sudah menganggap Anne sebagai putrinya sendiri. Gadis itu pun tumbuh seperti gadis normal seumurannya. Tapi kepribadiannya…yah, aku telah mendengar apa yang sedang terjadi di kelompok Mark White. Keputusannya meninggalkan kelompok itu memang tepat. Kekuatan gadis ini sangat besar. Hal itu membuat kita curiga apakah dia memiliki darah seorang Barbarian, tapi…"

Sereck tersenyum.

"Sebelumnya, aku tidak pernah melihat Barbarian sekurus itu dalam hidupku. Bahkan jika dia adalah keturunan ras Kurcaci, dia terlalu tinggi. Selain itu, gadis tersebut juga cukup cantik."

Sereck berhenti bicara dan ekspresinya tiba-tiba berubah serius.

"Baiklah, cukup basa-basinya. Mari kita berbicara tentang hal yang lebih penting. Aku ingin tahu bagaimana caramu membawa kita ke Dataran Sunyi dengan selamat. Kau bilang bahwa kau mengenal tempat ini dengan baik…Aku tidak tahu apakah itu benar atau tidak. Tetapi aku akan percaya padamu. Sebagai kawan seperjuangan, aku ingin mengetahui rencanamu."

"Tentu saja, tidak masalah."

Rhode mengangkat kepalanya. Ekspresinya terlihat penuh kepercayaan diri.

Rhode terlihat percaya diri bukan tanpa alasan. Dia benar-benar memiliki pengalaman banyak di Dataran Sunyi. Di dalam game, Dataran Sunyi adalah dungeon yang sangat merepotkan. Banyak pemain yang memanggilnya sebagai 'Tanah Suci Tempat Kematian Guild'. Siapapun yang melangkah dalam dungeon itu tidak akan selamat. Banyak pemain yang mengabaikan dungeon ini karena barang jarahan yang ada di dalamnya tidak terlalu bagus. Karena dungeon itu sulit ditaklukkan dan imbalannya tidak seberapa, jelas saja banyak pemain yang mengabaikannya.

Sebagai pemain terkuat dalam game, Rhode tentu saja telah menaklukkan dungeon ini dan menciptakan sebuah formasi terkenal di antara para pemain. Formasi itu disebut sebagai 'formasi 9+1'.

Formasi ini terdiri dari 9 orang Cleric dan satu orang yang memiliki serangan AoE yang besar (Area of Effect: Serangan yang memiliki jangkauan luas, cocok untuk digunakan saat berhadapan dengan banyak musuh). Di dalam dungeon tersebut, Rhode akan melindungi para Cleric yang menggunakan sihir suci mereka untuk menghambat gerakan mayat-mayat hidup.

Setelah itu, Dataran Sunyi yang dulu dianggap sebagai 'Tanah Suci Tempat Kematian Guild' menjadi tempat bagi para Cleric untuk berlatih. Karena mereka hanyalah kelas pendukung, para Cleric kesusahan menaikkan level mereka. Kecuali mereka mau pergi ke sebuah dungeon bersama pemain lain atau menaklukkan Dataran Sunyi dengan 'formasi 9+1'. Oleh karena itu, dungeon ini menjadi tempat leveling (menaikkan level karakter) utama bagi para Cleric. Entah apakah mereka ingin menjadi pemain PK (Player Killer: Pemain yang suka 'membunuh' karakter pemain lain) atau pemain PvE (Player vs Enemy) biasa, mereka akan dianggap sudah menguasai kelas Cleric berdasarkan pengalaman dan kemampuan.

Sebagai pemimpin guild, Rhode sering membawa anggota-anggota guildnya yang mengambil kelas Cleric untuk berlatih di dungeon ini. Sedangkan dia sendiri, Rhode mungkin dapat menaklukkan tempat ini dengan mata tertutup.

Pernah ada kejadian menarik yang dialami Rhode. Suatu hari, dia membawa beberapa Cleric bersamanya untuk menaklukkan dungeon ini. Pada tahap akhir, entah kenapa bosnya tidak keluar. Alhasil, tidak ada pilihan baginya selain keluar dan mengulang lagi. Setelah insiden itu menyebar, banyak pemain yang menduga bahwa bos dungeon tersebut merasa takut untuk muncul karena sudah dibunuh berkali-kali oleh Rhode.

Karena itulah walaupun Dataran Sunyi ditakuti banyak orang, Rhode merasa tidak takut sama sekali.

Kali ini, Rhode membawa 5 orang Cleric yang tentunya tidak mencukupi untuk 'formasi 9+1', tapi dia tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Bagaimanapun juga, pemuda itu yang menciptakan formasi ini, jadi dia tahu betul seluk beluk dari formasi tersebut. Selain itu, Asosiasi Prajurit Bayaran hanya mampu meminjamkan 4 orang Cleric padanya. Menurutnya, itu sudah memadai. Di sisi lain, Lize yang memiliki darah malaikat bisa mengisi 2 slot pada formasi itu. Sedangkan Marlene memiliki sejumlah sihir AoE. Tidak ada masalah sama sekali.

Dan jangan lupa kalau Sereck juga ikut serta dalam misi ini. Seorang Swordmaster level 40 sudah sangat cukup untuk mengisi celah-celah kosong yang tersisa.

Berdasarkan perhitungan ini, Rhode merasa sangat percaya diri.

"Dalam misi ini, kita akan mengandalkan para Cleric."

"Cleric?"

Sereck merasa sedikit terkejut.

"Walaupun aku sudah menduga hal ini….tapi Nak, kau harus mengerti bahwa Cleric bukanlah Soul Knight. Mereka tidak memiliki sihir yang agresif. Orang-orang ini tidak memiliki pengalaman bertarung. Apakah kau benar-benar akan menyuruh mereka menghadapi mayat-mayat hidup itu?"

Rhode menggelengkan kepala.

"Mereka tidak akan bertarung di garis depan. Lebih baik mereka menyerang dari belakang."

"Jadi aku harap Tuan Sereck bersedia melindungi mereka dari belakang. Beban di pundak kita akan berkurang jika kau berada di sana. Walaupun begitu, aku agak khawatir saat kau mengatakan bahwa mereka tidak memiliki pengalaman bertarung sama sekali."

"Beban akan berkurang?"

Sereck merasa bingung. Dia pernah mengunjungi Dataran Sunyi sebelumnya dan mengetahui bahwa para makhluk mayat hidup akan terus menyerbu mereka secara bergelombang. Bahkan dia yang merupakan seorang Swordsman tingkat tinggi akan kewalahan saat menghadapi gerombolan mayat hidup. Jadi bagaimana mungkin pemuda ini mengatakan bahwa beban mereka akan berkurang jika dia melindungi mereka dari arah belakang?

Mungkinkah dia tidak takut terhadap mayat hidup?

Apakah dia hanya menggertak? Ataukah dia memang bisa menangani mereka?

Saat Sereck tenggelam dalam pikirannya, tiba-tiba bayangan Walker muncul dari dalam hutan. Wajahnya terlihat muram.

"Aku sudah menemukan jejak mereka."

Dia berjalan ke arah Rhode dan berkata dengan suara pelan.