Ekspresi Marlene berubah menjadi dingin. Sejak lahir, tidak pernah ada orang yang memperlakukannya seperti itu. Dia adalah penyihir jenius yang langka dalam keluarganya, dan kedua orang tuanya, keluarga besar, ataupun gurunya, mereka semua selalu bersikap sopan pada Marlene. Dengan kemampuan dan statusnya, dia selalu mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, tanpa perlu berkompromi dengan orang lain. Tapi dia masih mengikuti rezim pelatihan keluarganya dan tidak pernah membolos.
Ketika dia mendengar syarat pertama Rhode, meskipun agak tidak rela, Marlena masih bisa menerimanya. Tapi syarat kedua adalah sesuatu yang benar-benar tidak bisa ia kompromikan!
Marlene selalu merasa percaya diri dengan kekuatannya sendiri. Dia mulai berlatih sejak umur 6 tahun, dan sekarang sudah 10 tahun berlalu. Sampai saat ini, dia tidak pernah gagal memenuhi harapan orang-orang. Bahkan sekarang, ketika dia mengalami hambatan setelah masuk lingkaran tengah, dia tidak khawatir. Seperti yang sudah dijelaskan oleh gurunya, saat ini, apa yang kurang darinya bukanlah ilmu pengetahuan, tapi pengalaman bertarung yang sebenarnya. Sedangkan untuk pemahamannya mengenai konsep-konsep sihir, pengetahuannya tidak jauh berbeda dengan gurunya.
Dan sekarang, Rhode seolah-oleh tidak mempedulikan usahanya selama sepuluh tahun!
Tidak bisa diterima!
"Tuan Rhode, aku bisa menerima syarat pertama, namun aku tidak setuju dengan syarat kedua!"
Marlene mengangkat kepalanya dengan angkuh, menatap langsung ke arah mata Rhode tanpa ragu. Melihat sifatnya yang keras kepala, Rhode hanya mengerutkan alis dan tidak mengatakan apa-apa.
Di samping Marlene, Hank berdoa dalam hati agar gadis itu menyerah saja.
Kumohon menyerahlah, menyerahlah, menyerahlah dan tidak akan ada yang terjadi…
"Kenapa?" Rhode bertanya.
"Karena kau masih belum memahami kemampuanku sepenuhnya!"
Marlene mengatakan hal itu dengan percaya diri. Karena ini pertama kalinya mereka bertemu, gadis itu cukup yakin bahwa Rhode belum tahu betapa berbakatnya dia. Berdasarkan informasi yang dia dapatkan dari Hank, Rhode adalah seorang Swordsman, bukannya Mage. Jadi besar kemungkinan dia tidak memahami kerumitan sihir seorang Mage. Jika Rhode adalah Mage juga seperti dirinya, mungkin Marlene akan lebih menghormatinya, tetapi ternyata dia hanyalah seorang Swordsman.
Marlene menggertakkan gigi. Dia ingin berdiri dan mengumpat Rhode. Tapi pada akhirnya, dia memaksakan diri untuk tetap tenang dan menahan amarahnya. Lagipula, musuhnya tidak memperlihatkan tanda – tanda kecemasan sama sekali; jika dia kehilangan kesabaran, maka itu akan memberikan pengaruh buruk pada citra keluarga Senia.
Tiba-tiba, Rhode berdiri. Wajah Hank terlihat sedikit senang. Mungkin akhirnya anak muda ini sudah tidak tahan lagi terhadap Marlene. Syukurlah. Nah sekarang, kalau saja pemuda ini bisa mengumpat dengan bengis ke arah Marlene dan membuat Marlene meninggalkan kota Deep Stone, akan lebih bagus lagi…Oleh karena itu, Hank pun siap-siap berdiri mengikuti Rhode dan bertindak sebagai penengah di antara mereka berdua. Tapi, kalimat Rhode selanjutnya justru membuat Hank hampir pingsan.
"Kalau begitu ayo kita coba!"
"Tidak masalah!"
Marlene pun ikut berdiri dan menerima tantangan Rhode. Mereka berdua tidak menyadari perubahan ekspresi di wajah Hank. Ekspresinya terus berganti, seakan-akan dia tidak bisa menentukan ekspresi seperti apa yang sebaiknya dia tunjukkan dalam situasi seperti ini.
Saat ini, terdengar suara dari tangga.
"Tuan Rhode, aku sudah menyiapkan sarapan. Apa yang kau…"
Lize berjalan menuruni tangga dan melihat dua orang lain di aula. Awalnya, dia merasa terkejut melihat Hank, namun ketika pandangannya jatuh ke arah Marlene, gadis itu terkesiap.
"Kau…Marlene?" Lize bertanya dengan tidak percaya.
"Lize!?"
Marlene menatap balik ke arah Lize. Setelah menyadari bahwa dia memang Lize, ekspresi Marlene berubah drastis dan dia menunjukkan senyum hangat.
"Lize! Kau Lize kan? Aku tidak menyangka bahwa aku akan bertemu denganmu di sini! Kau pergi ke mana sebelumnya? Bagaimana caranya kau bisa berada di kota Deep Stone? Apakah kau baik-baik saja?"
Gadis yang terlihat tenang sebelumnya akhirnya menunjukkan sifat aslinya yang ceria. Marlene berlari ke arah Lize dan memegang tangannya dengan senang. Dia mulai memberikan pertanyaan pada Lize bertubi-tubi. Menghadapi perlakuan Marlene yang akrab, Lize merasa sedikit canggung dan melirik sebentar ke arah Rhode seolah-olah dia mengkhawatirkan sesuatu.
Mereka saling mengenal satu sama lain?
Rhode terkejut. Dia pikir dirinya sudah cukup misterius, tapi kelihatannya Lize sendiri menyembunyikan banyak hal darinya. Dirinya yang setengah malaikat? Informasi yang seharusnya hanya diketahui para bangsawan? Dan sekarang, ternyata dia adalah kenalan dari Marlene Senia?
Melihat cara Marlene menyapa Lize, sepertinya kedudukan Lize tidak berada di bawahnya. Kalau tidak, Marlene tidak akan bersikap seakrab itu dengan Lize.
Jadi siapa Lize sebenarnya?
"Aku baik-baik saja, Marlene."
Lize merasakan pandangan penasaran dari Rhode dan dia segera melepaskan tangan Marlene dengan panik. Kemudian, dia segera mengganti topik pembicaraan.
"Kenapa kau ada di sini? Tidakkah kau seharusnya berada di kota Golden…?"
"Aku telah mencapai tahap lingkaran tengah. Guruku berkata jika aku ingin berkembang lebih jauh, aku perlu bepergian dan mendapatkan pengalaman bertarung yang nyata." Marlene menjelaskan dengan bangga. "Kemarin, aku dengar kelompok prajurit bayaran ini kekurangan anggota, jadi aku datang ke sini untuk bergabung…Bagaimana denganmu Lize? Kenapa kau disini?"
"Aku…Setelah 'hal itu' terjadi, aku selalu berada di sini."
Lize berbicara dengan suara pelan, seakan-akan takut Rhode mendengarnya. Tapi Lize segera mengubah ekspresinya dan bertanya pada Marlene.
"Apakah kau benar-benar ingin bergabung dengan kelompok ini? Marlene, kita tidak sedang main-main, kali ini misi kita benar-benar berbahaya…"
"Aku sudah memutuskan, aku akan bergabung dalam kelompok ini."
Saat ini, Marlene tidak peduli lagi dengan perlakuan dari Rhode. Pikirannya hanya tertuju pada teman baiknya yang sudah lama tidak ia temui. Bagaimana bisa dia meninggalkannya? Tapi Rhode segera meredam antusiasmenya.
"Jangan memutuskan hal ini secepat itu, nona Marlene. Kau masih belum lulus dari ujianku."
Wajah Marlene berubah serius lagi ketika mendengar kata-kata Rhode.
"Tentu saja. Aku tidak akan kabur. Selain itu, aku juga ingin melihat seberapa kuat dirimu, tuan Rhode."
"Tentu saja."
Dalam menyelesaikan sebuah masalah, Rhode selalu lebih suka memilih cara yang langsung dari pada bertele-tele. Dan dia menyadari bahwa Marlene pun begitu. Setelah menyetujui duel itu, mereka tidak mengatakan apa-apa lagi. Rhode menuntun mereka ke taman di luar, dan sampai saat ini, Lize masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Aku tidak akan menahan diri."
Marlene berkata dengan lembut. Setelah itu, sikapnya berubah drastis. Dia telah berubah menjadi Marlene dari keluarga Senia, bukan Marlene yang ceria di depan Lize tadi.
Jubah ungu mewahnya menonjolkan lekuk tubuh Marlene dan hiasan bunga di kerah dan mansetnya menunjukkan identitas keluarganya. Dengan tongkat sihir rubi di tangannya, Marlene mengambil kuda-kuda untuk bertarung. Sementara itu, Rhode hanya menatap tanah dengan wajah yang sendu.
Mage Elemental, Lingkaran Tengah Level 7. Menurut level pemain, Marlene seharusnya memiliki level 15…
Rhode mengamatinya dengan teliti dari kepala hingga kaki dengan satu lirikan saja. Tongkat sihir rubi di tangan Marlene mengandung elemen api dan jubahnya memiliki beberapa lingkaran sihir pelindung yang berarti jubah itu bisa mengeluarkan semacam mekanisme pertahanan otomatis sehingga Marlen tidak perlu mengeluarkan sihir defensif. Dari poin ini dan pengamatan pertamanya pada Marlen, Rhode sudah bisa menebak gaya bertarungnya.
Tidak mengherankan, mengingat Rhode adalah mantan pemimpin guild terkuat dalam game Dragon Soul Continent Online. Rhode telah berhadapan dan membunuh banyak player lain dalam karir bermain gamenya, dan kali ini tidak berbeda. Selain itu, melawan para pemain jauh lebih sulit karena mereka bisa bergerak sesuka hati, tapi sebaliknya, NPC hanya bisa bereaksi berdasarkan peralatan dan perlengkapan yang mereka miliki. Oleh karena itu, Rhode bisa memprediksi dengan tepat serangan seperti apa yang akan dilancarkan oleh Marlene.
Sementara itu, ketika Rhode memantapkan rencananya untuk duel, Marlene kesulitan dalam menemukan celah.
Alasannya karena Rhode, yang berdiri di depannya, sama sekali tidak bergerak . Dia tidak membawa senjata apa-apa, ataupun mengambil kuda-kuda bertarung. Dia hanya berdiri diam.
Tindakan itu membuat Marlene sedikit ragu. Bukan karena dia tidak pernah berduel sebelumnya, tapi sikap Rhode yang santai dalam duel ini…Meskipun demikian, tuan putri ini memang adalah orang yang jenius di jaman ini. Walaupun dia tidak tahu apa yang Rhode rencanakan, Marlene menghapus keraguannya. Tidak peduli apapun rencana musuhnya, selama dia berusaha sekuat tenaga tanpa ragu, dia pasti akan menang!
"Migcl!" (Api)
Diikuti dengan mantra, dia mengambil setengah langkah ke depan dan mengangkat tongkat sihirnya. Api muncul dari ujung tongkat tersebut dan menyembur ke arah Rhode. Saat api itu melesat, suhu di sekitarnya akan naik drastis, bahkan tanah terlihat hangus di bawahnya. Rerumputan berubah menjadi abu. Karena suhunya yang terlalu tinggi, api itu langsung menghanguskan tumbuhan.
Api itu menelan sosok Rhode dan dua orang yang melihat pemandangan itu berteriak dengan terkejut. Di sisi lain, Marlene merajuk karena dia merasa bahwa serangannya meleset! Dia gagal!
Tapi seorang jenius memang benar-benar jenius.
Setelah menyadari bahwa ada yang tidak beres, Marlene segera mencengkram tongkat sihirnya dan mengarahkannya ke tanah.
"Jir!" (Badai)
Angin puyuh kencang muncul dari bawah kaki Marlene. Angin padat itu membentuk serangkaian pisau angin setajam silet. Bukan hanya itu, suhu dalam angin puyuh itu turun drastis, membentuk es yang ikut berputar dalam angin puyuh tersebut.
Saat melihat kemampuan Marlene, Rhode menggelengkan kepalanya dan menghela napas. Dalam game, Mage adalah salah satu kelas dengan kekuatan serangan terbesar. Dia tidak menyangka kalau kenyataannya memang begitu. Level Marlene hanya lebih tinggi lima level dari Rhode, tapi kekuatan serangannya bisa dibilang sama dengan dua kali lipat kekuatan serangan Rhode .
Di antara para pemain, ada anggapan begini. Ketika seorang Mage mencoba membunuh pemain lain, meskipun dia tidak tahu posisi musuhnya dimana, selama Mage mampu melancarkan semua sihirnya, setidaknya dia dapat membunuh sesuatu.
Sekuat dan sengeri itulah para Mage.
Tapi bagi Rhode, meskipun kekuatan serangan Marlene sangat tinggi, gadis itu penuh dengan celah. Sepertinya, dia tidak begitu paham dengan apa yang dia lakukan sekarang. Sebenarnya ketika Marlene Meskipun begitu, tampaknya Marlene belum menyadari hal tersebut. Meskipun gadis itu sadar ada sesuatu yang tidak beres dan mengeluarkan sihir pertahanan untuk menghalau serangan Rhode, tapi jika dia tetap tidak bisa menemukan sumber ancamannya, maka mengeluarkan sihir secara sembarangan hanya akan menimbulkan efek yang berbeda.
Rhode membalik tangan kanannya dan bergegas maju.