Setelah bertemu dengan Walker, Rhode tidak langsung meninggalkan gedung Asosiasi Prajurit Bayaran. Bagaimanapun juga, kelompok mereka masih kekurangan petarung garis depan dan petarung garis belakang. Jika dia dapat merekrut seorang Warrior atau kelas-kelas defensif lainnya, maka misi Rhode selanjutnya akan jauh lebih gampang. Sayang, kali ini dia tidak bisa menemukan prajurit bayaran yang ingin dia rekrut. Kelas-kelas yang bertarung di garis depan memang langka. Biasanya, hanya para prajurit sejati yang berani mengambil kelas defensif tersebut, karena pada dasarnya siapa yang senang menjadi 'samsak' di garis depan pertarungan? Selain itu, kebanyakan dari petarung kelas defensif tersebut biasanya sudah direkrut oleh kelompok prajurit bayaran lain yang lebih besar dan terkenal. Karena itulah, sulit sekali menemukan mereka, apalagi merekrutnya. Rhode dan Lize telah memutari aula selama beberapa waktu dan berbicara dengan beberapa Swordsman. Namun, mereka semua tidak memenuhi kualifikasi yang diinginkan Rhode dan tentunya mereka semua ditolak.
Rhode menyerah untuk hari ini. Pemuda itu mulai mengganti fokusnya untuk berpikir tentang bagaimana cara meningkatkan kekuatan mereka. Kota Deep Stone tidak memiliki banyak hal yang menarik bagi Rhode. Selain itu, dia juga tidak memiliki banyak uang. Meskipun dia memiliki banyak uang, dia juga harus memikirkan bagaimana perasaan para prajurit bayaran yang diajak bergabung dalam kelompok yang terancam bubar. Beberapa dari mereka mungkin saja akan mengambil keuntungan dari status mereka dan bertingkah sok jual mahal. Oleh karena itulah, Rhode mengesampingkan masalah perekrutan terlebih dahulu, karena dia memiliki beberapa hal yang lebih penting untuk dilakukan.
Pertama-tama, mereka perlu berbuat sesuatu soal poin kelompok mereka.
Lize benar. Hal terpenting saat ini adalah meningkatkan poin mereka untuk menghindari pembubaran kelompok di musim dingin nanti. Harusnya masalah poin ini menjadi prioritas utama mereka --- dan tentunya masalah yang semestinya paling diperhatikan oleh Rhode. Setidaknya…jangan sampai mereka mendapat nol lagi.
Menyelesaikan berbagai misi adalah salah satu cara untuk mendapatkan poin kelompok prajurit bayaran. Sejauh ini, ada dua kategori misi:
Misi yang diberikan oleh para klien, dimana masing-masing klien akan memberikan imbalan ketika misi selesai, dan misi-misi yang diberikan oleh Asosiasi Prajurit Bayaran berdasarkan spesifikasi klien.
Asosiasi Prajurit Bayaran akan memberikan imbalan berdasarkan tingkat kesulitan misi. Selain itu, misi yang diberikan oleh Asosiasi Prajurit Bayaran juga akan memberi poin kelompok prajurit bayaran kepada kelompok yang menyelesaikan misinya.
Di Asosiasi ini, level misi dibagi menjadi enam level berbeda. Misi Biasa dan Misi Tingkat 1-5 Bintang. Angka '1-5' mengacu pada tingkat kesulitan. Imbalan-imbalan misi juga berbeda di antara setiap misi, dan misi menantang biasanya memiliki batas waktu yang lebih ketat.
Kelompok Prajurit Bayaran ukuran kecil hanya diperbolehkan untuk mengambil misi Biasa, atau mungkin misi tingkat 1 hingga 2 Bintang. Kelompok yang menyelesaikan sebuah misi Biasa akan diberi 1 poin, misi tingkat 1 Bintang 2 poin, misi tingkat 2 Bintang 3 poin dan seterusnya. Walaupun kelompok kecil hanya boleh menjalankan misi Biasa dan misi tingkat 1 hingga 2 Bintang, kelompok ukuran sedang diperbolehkan untuk mengambil misi tingkat 2 hingga 4 Bintang. Tapi bukan berarti kelompok ukuran sedang hanya mampu mengambil misi tingkat 2 hingga 4 Bintang saja, tapi jika mereka menyelesaikan misi dengan tingkat yang lebih rendah, maka mereka tidak akan mendpaatkan poin sama sekali. Sama halnya dengan guild prajurit bayaran. Mereka hanya mendapatkan imbalan saat menuntaskan misi tingkat 3 hingga 5 Bintang.
Asosiasi Prajurit Bayaran lah yang membuat aturan ini, dan para prajurit bayaran dilarang untuk melanggar peraturan ini. Peraturan ini juga membuat kelompok kecil ataupun sedang tidak bisa menerima poin atau imbalan jika, entah bagaimana caranya, mereka dapat menyelesaikan misi tingkat Bintang 5. Tapi kemungkinan hal itu terjadi hampir 0% karena semua misi tingkat Bintang 5 sangatlah berbahaya, bahkan untuk guild prajurit bayaran.
Dengan kondisi seperti itu, masing-masing kelompok prajurit bayaran memiliki cara-cara mereka sendiri untuk mengumpulkan poin. Contohnya, kelompok prajurit bayaran Blue Collar memilih untuk bermain aman dengan cara rajin menyelesaikan misi-misi tingkat rendah demi memastikan poin mereka tetap cukup untuk menghindari pembubaran. Kelompok lainnya pun demikian, entah mau bermain aman atau mengambil resiko, pilihan itu mereka sendiri yang menentukannya.
Rhode memilih untuk mengambil resiko. Tidak heran, mengingat jumlah anggota kelompoknya yang masih sangat sedikit. Bahkan jika dia rajin menyelesaikan berbagai misi tingkat rendah, poinnya akan meningkat terlalu lambat. Seperti kata orang-orang, tiga kepalan tangan tidak sebanding dengan empat tangan. Bagaimanapun juga, masalah kekurangan anggota adalah sesuatu yang tidak bisa mereka sangkal saat ini. Karena tidak ada cara bagi mereka untuk memperoleh poin yang stabil, maka satu-satunya cara adalah dengan menyelesaikan berbagai misi tingkat tinggi untuk mendapatkan poin sebanyak mungkin.
Ketika Rhode menyerahkan misi 'Kuburan Pavel' pada Paman Hank, muka pria tua itu menjadi pucat saat memandang Rhode seolah-olah bertemu dengan hantu.
"Kau yakin ingin mengambil misi ini anak muda?"
Hank menggosok kacamatanya, kemudian menatap Rhode dengan ekspresi yang serius.
"Ini adalah misi tingkat 4 Bintang. Bahkan aku tidak yakin kelompok prajurit bayaran besar yang menggunakan perlengkapan bagus bisa kembali hidup-hidup dari misi ini."
Kemudian Hank mengerutkan kening dan mengetukkan buku-buku jarinya di atas meja.
"Bukannya pria tua ini ingin menakutimu Nak, tapi sebelum dirimu, kelompok prajurit bayaran Blue Valley dan Black Lion telah mencoba menyelesaikan misi ini. Mereka semua adalah prajurit bayaran veteran, tapi apa kau tahu hasilnya? Mereka gagal dan menderita kekalahan besar. Bahkan pemimpinnya hampir tewas. Banyak kelompok lain yang juga mencoba misi ini dan akhirnya mereka tetap gagal juga, dan kalian…" Pria tua itu meletakkan sikunya di atas meja dan mengerutkan alisnya, dan melanjutkan, "…kalian ingin menyelesaikan misi ini berdua saja ya? Yah menjadi anak muda dan berani memang hal yang bagus, tapi…"
"Saya pikir tidak ada hal yang perlu saya pertimbangkan lagi."
Rhode tidak heran dengan sikap skeptis dari Hank. Standar 'kuat' di antara NPC dengan standar 'kuat' di antara pemain memang sangat berbeda, secara harfiah mungkin mereka seperti berada di 'dunia yang berbeda'. Karena itulah, tidak ada gunanya membandingkan kedua hal tersebut. Alasan Rhode memilih misi ini karena poin dan imbalan yang diberikan cukup tinggi.
Seorang Necromancer bernama Pavel menetap di sebuah kuburan terbengkalai yang terletak di bagian utara pegunungan. Misi mereka adalah membunuh Necromancer itu dan anak-anak buahnya. Selama Rhode mampu membawa kepala Pavel, maka misi tersebut akan dianggap berhasil.
Tentu saja, Rhode memiliki rencana tersendiri untuk menyelesaikan misi ini. Selain level dan imbalan misi tersebut, alasan Rhode memilih misi adalah karena kartu yang dia miliki saat ini. Jujur saja, berdasarkan kekuatannya saat ini, dia bisa mengalahkan mayat hidup jauh lebih mudah. Saat ini bagi Rhode, mengalahkan para badut lebih sulit dibandingkan berhadapan dengan Pavel dan para bawahannya. Tapi masalahnya, Necromancer itu memiliki sebuah buku Skill.
Rumor mengatakan bahwa Pavel dulunya merupakan Bishop yang dihormati banyak orang, namun karena berbagai masalah duniawi, dia kehilangan jalan dan menjadi seorang Necromancer. Pavel memiliki buku suci yang disebut sebagai 'Buku Kesucian', dan buku itu merupakan incaran utama Rhode. Karena yang tertera di situ adalah sebuah skill Spirit Master.
Mungkin perlu dijelaskan mengenai perbedaan peningkatan level di antara para pemain dan para NPC dalam Dragon Soul Continent.
Keuntungan sebagai pemain terlihat dari semua aspek. Karena adanya poin skill yang mereka dapatkan setiap kali naik level, mereka bisa meningkatkan level skill mereka kapanpun mereka mau. Ketika Rhode masih berada di level 10 dalam game, dia sudah memiliki sebuah skill NPC level 34. Tapi NPC tidak bisa melakukan itu. Selain para jenius dan bangsawan, kebanyakan NPC menggunakan skill yang mereka dapatkan dari peningkatan level. Jika perbandingannya dilihat di sini, sudah jelas mana yang lebih unggul.
Di sisi lain, para NPC memiliki keuntungan dalam klasifikasi bakat dibandingkan dengan para pemain. Berbeda dengan para pemain, banyak kelas NPC yang pohon bakatnya saling terintegrasi antara satu sama lain, dan mereka bebas memilih bakat mereka. Hal ini membuat banyak pemain merasa iri karena pohon bakat milik pemain terpisah dan karena adanya pembatasan skill, mereka tidak bisa memilih skill sesuka hati mereka seperti para NPC. Selain itu, banyak bakat yang bersifat khusus terhadap NPC.
Selain perbedaan tersebut, jarak antara pemain dan NPC terlalu besar. Pemain bisa menaikkan level mereka dengan mudah melalui perolehan EXP, sedangkan bagi NPC, peningkatan level adalah mimpi yang buruk. Jika mereka ingin naik level, hanya ada dua cara. Cara pertama: jika pemain dan NPC memiliki tingkat keintiman yang tinggi, maka NPC akan memberikan sebuah misi pada pemain yang harus diselesaikan demi meningkatkan level NPC tersebut. Cara kedua adalah memberi sebuah buku Skill pada NPC; tidak ada batasan, dan mereka tidak perlu mencapai level tertentu sebelum dapat mempelajarinya. Karena itulah, bahkan NPC level 5 mampu mempelajari skill level 10 yang akan langsung menaikkan level mereka hingga 10.
Tapi tentu saja hal ini memakan waktu.
Jika Rhode bisa mendapatkan Buku Kesucian itu, maka dia tidak perlu mengkhawatirkan Lize untuk mencapai level 40. Selain itu, Buku Kesucian juga memuat banyak sihir penyerangan, dan dengan mempelajari skill-skill tersebut Lize dapat bertarung dengan lebih menyerang dan menjadi seorang clergy sejati yang bertarung di garis depan. Lagipula, dalam menghadapi perang di masa depan melawan Negara Kegelapan, tidak ada salahnya bagi Rhode untuk mengajar anggota kelompok prajurit bayarannya cara bertarung dengan para mayat hidup.
Kalau bukan karena alasan itu, Rhode tidak akan bersedia berhadapan dengan para mayat hidup sepanjang hari. Dia adalah makhluk hidup, yang tidak tertarik pada kematian. Sesungguhnya, jika dia bisa merekrut seorang Mage, ataupun murid Mage, Rhode akan sangat terbantu. Tapi sayang, Mage bahkan lebih langka daripada para Spirit Master. Kebanyakan dari mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah, bukan menjadi seorang prajurit bayaran.
"Keputusanku sudah mantap, paman Hank. Tenang dan yakinlah bahwa kami akan menyelesaikan misi ini."
"Kuharap begitu."
Hank paham bahwa dia tidak bisa mengubah pendirian Rhode, maka dia hanya bisa menghela napas putus asa dan menggelengkan kepala. Dia menulis sesuatu pada selembar kertas di atas meja dan mengangguk pada Rhode.
"Nah, tuan Rhode, misimu telah terdaftar. Ketika kau telah menyelesaikan misimu, bawa kembali tokennya sesuai permintaan misi dan begitu token itu telah diidentifikasi dan dikonfirmasi, maka kami akan memberikan imbalan dan poin dari misi ini."
"Aku mengerti."
Rhode mengangguk dan berjalan pergi. Ketika sosoknya menghilang di balik kerumunan, paman Hank menggelengkan kepalanya dengan kecewa.
"Pemuda itu terlalu ceroboh. Apakah dia sadar betapa sulitnya misi ini? Hah…aku tidak tahu harus berkata apa lagi. Sayang, sayang…dia masih muda…tapi…"
Saat berbicara sendiri, Hank mengangkat kendi di sebelahnya dengan lesu.
Kemudian dari belakang, tiba-tiba suara yang nyaring terdengar jelas.
"Apa yang bodoh? Tuan Hank?"
"Ah, tuan putri!"
Mendengar suara itu, tubuh Hang menjengit. Dia menaruh kendi di tangannya dengan malu dan berbalik untuk menatap orang di belakangnya sambil tersenyum pahit.
"Tuan putri, kukira anda terlalu sibuk untuk menemui saya…saya pikir…"
"Seharusnya aku yang bertanya begitu! Bagaimana dengan tugas yang kuberikan padamu?"
"Itu…"
Berhadapan dengan tuan putri yang menuntutnya, dahi Hank berkeringat banyak. Dia mengeluarkan sapu tangannya dan menyeka mukanya sambil mencari alasan. "Ini…aku sedang mencobanya. Anda sendiri telah melihatnya, tuan putri. Mereka semua rata-rata biasa saja. Sejauh ini aku belum menemukan seseorang yang tepat, jadi…"
"Jadi begitu." Sebuah suara merdu terdengar seperti kicauan burung di pagi hari. Dia berhenti bicara sebentar dan melanjutkan, "Lalu apa yang terjadi barusan?"
"Oh, anak itu."
Ekspresi Hank segera berubah dan dia mulai berubah napas.
"Orang itu terlalu percaya diri. Putri, kau harus mendengar ini…"
Seolah-olah dia akhirnya menemukan hal lain untuk dikeluhkan, Hank dengan cepat mengalihkan pembicaraan ke Rhode yang baru-baru ini mengambil misi tingkat Bintang 4. Tentu saja, dia membesar-besarkan cerita tentang bagaimana Rhode menampilkan dirinya. Tetapi sebagai anggota dari Asosiasi Prajurit Bayaran, dia tidak bisa secara gamblang menyatakan bahwa riwayat mereka berdua telah tamat, karena para prajurit bayaran sangat sensitif terhadap kata-kata semacam ini. Karena lingkungan pekerjaan mereka menyangkut masalah hidup dan mati, jika Hank dengan seenaknya mengutuk mereka mati begitu saja, maka pria tua itu benar-benar tidak memiliki hati nurani.
"Begitukah."
Setelah mendengar keluhan dari Hank, tuan putrinya tersenyum.
"Menarik…sebuah kelompok prajurit bayaran yang hanya terdiri dari dua anggota berani mengambil misi tingkat 4 Bintang. Benar-benar tidak masuk akal, kan?"
"Benar, dan saya dengar Sereck menyukai pemuda tersebut. Saya tidak tahu bagian mana yang membuat Sereck tertarik padanya…"
"Paman Hank."
Perkataan Hank tiba-tiba terpotong di tengah jalan oleh gadis itu.
"Aku punya permintaan, dan kuharap kau bisa membantu….tapi apakah kau bersedia?"
"Tentu saja, selama saya bisa membantu, maka pasti akan saya bantu."
"Bagus. Kalau begitu…"
Tapi setelah mendengar permintaan gadis itu, muka Hank berubah hijau.