Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 76 - Sengketa

Chapter 76 - Sengketa

Para terdakwa di ruang sidang setuju akan perintah hakim. Song Shiren menyerahkan dokumen keluhan kepada Mei Zhili, yang berpura-pura memindai keluhan itu sebelum menyerahkannya kepada Zheng Ta, yang kemudian menyerahkan dokumen tersebut kepada Fan Xian. Fan Xian membacanya dengan cermat dan mendapati bahwa isi keluhan itu sesuai dengan perkiraannya. Dia mengangguk lalu mengembalikan selembar kertas tersebut.

Song Shiren berbicara dengan nada dingin dan tangan terkepal. "Sebagai seorang murid, saya tidak bisa mengerti mengapa Tuan Fan Xian belum juga melakukan salam resmi atau berlutut memberi hormat. Dengan sikap yang seperti ini, tidak heran bahwa dia bisa melakukan kekerasan tadi malam. "

Fan Xian melirik pengacara song shiren dan bertanya padanya, "Anda harus berlutut di pengadilan?" Tentunya, Fan Xian adalah orang terdidik yang mengerti hukum dan formalitas negara ini, dia mempelajarinya dari membaca buku saat tinggal di Danzhou. Dia memang sengaja mengajukan pertanyaan itu.

"Tentu saja iya, atau sudikah Anda tidak menghormati kebesaran pemerintahan kekaisaran?"

Song Shiren menatap lawannya dengan cemberut. Ia sebenarnya tidak ingin terlibat dalam kasus ini. Bagaimanapun juga, lawannya adalah keluarga Fan yang jarang mencolok atau menarik perhatian, namun memiliki kekuasaan yang ditakuti oleh banyak pejabat. Ia telah begitu lama menjadi petinggi hingga namanya sudah dikenal banyak orang, karena itu ia tidak mempunyai pilihan untuk menolak.

Fan Xian terkikik dan berkata, "Kalau begitu, mengapa Tuan Song sendiri belum berlutut?"

Song Shiren memicingkan mata ke arah bocah itu; dia tidak yakin apakah bocah itu benar-benar dungu atau hanya berpura-pura. Pengacara itu segera menjawab, "Menurut peraturan pemerintah, seseorang yang telah memiliki gelar tidak perlu berlutut di depan hakim."

Fan Xian membungkuk pada Mei Zhili dan berkata, "Ketika seorang murid bertemu dengan gurunya, apakah mereka harus berlutut?"

Mendengar ini, Song Shiren yakin bahwa lawannya memiliki gelar. Ia telah menyelidiki Fan Xian sebelumnya, dan terungkap bahwa pemuda ini belum pernah mengikuti ujian kekaisaran, jadi bagaimana dia bisa menjadi seorang sarjana? Song Shiren membelai kipas yang terlipat di tangannya dan bertanya, "Bolehkah saya bertanya, pada tahun berapa Tuan Fan mengikuti ujian kekaisaran?"

Fan Xian menjawab dengan sopan, "Tahun lalu di Danzhou." Hal Ini sudah diatur terlebih dahulu oleh Fan Jian sebelum Fan Xian datang ke ibukota. Dia sendiri baru sadar bahwa dirinya telah mendapatkan gelar sarjana di hari yang sama dengan sidangnya.

Masalah berlutut tersebut dikesampingkan karena pengadilan secara resmi telah dimulai. Kedua belah pihak membahas topik utama, masing-masing menyampaikan pendapat mereka. Guo Baokun yakin bahwa dirinya diserang oleh Fan Xian dan beberapa pengawal keluarga Fan, sementara Zheng Ta yakin Fan Xian ada di rumah sepanjang malam dan ada banyak pelayan yang bisa membuktikan hal itu. Konflik semakin memanas dan suara penonton diluar semakin keras. Tampaknya sebagian besar dari mereka percaya bahwa Fan Xian tidak bersalah. Mereka tidak percaya bahwa bocah yang tampan dan lembut itu adalah orang yang kejam. Di sisi lain, Guo yang babak belur di kursi roda tampak seperti orang yang mencurigakan.

Mei Zhili mulai lelah dengan keributan yang terjadi di luar. Dia melambaikan tangannya dan warga sipil pun terdiam.

"Hakim, Bolehkah saya bertanya mengapa Anda tidak melakukan penangkapan, padahal pelakunya sudah ada di pengadilan?" Suara Song Shiren terdengar lantang dan menakutkan. Dia menganggap bahwa laporan-laporan yang diajukan sudah cukup jelas, tetapi hakim belum juga membuat keputusan. Dia mulai curiga bahwa hakim lebih condong untuk membela keluarga Fan, sehingga ia memutuskan untuk mendesak hakim.

Zheng Ta menyeringai, "Jangan terburu-buru menyimpulkan, Tuan Song. Dokumen itu menyatakan bahwa serangan terhadap Tuan Guo terjadi setelah kepalanya ditutupi oleh karung. Jadi, bagaimana dia bisa yakin bahwa pelakunya adalah Fan Xian, padahal saat itu dia tidak bisa melihat apa-apa? "

"Tentu saja setelah tuan Guo mendengar suara Tuan Fan. Terlebih lagi, Tuan Fan sendiri yang mengungkapkan identitasnya saat kejadian. Apakah anda berubah pikiran dan menyangkal tuduhan itu?" Song Shiren memandang Fan Xian dengan sinis lalu dia mengejek, "Orang macam apa anda, jika tidak bisa bertanggung jawab atas apa yang anda lakukan?"

Fan Xian sadar bahwa lawannya berusaha memprovokasi dia. Meskipun begitu, ekspresinya tetap tenang dengan campuran keheranan. Seolah-olah dia bingung mengapa pria di depan itu memberi tuduhan palsu. Zheng Ta memotong omongan lawannya dan berbicara dengan nada mengejek, "Suara? Saya belum pernah mendengar ada kasus yang ditentukan oleh suara - dan saya paham betul tentang peraturan yang ada."

Song Shiren tidak mundur, sebaliknya dia justru menanggapi, "Jika suara tidak cukup untuk membuktikan identitas Tuan Fan, maka izinkan saya untuk menunjukkan kepada anda semuanya sebuah puisi." Dia mengambil selembar kertas dari dalam lengan bajunya lalu membacanya perlahan.

...

...

Mei Zhili yang berada di belakang meja tiba-tiba terbangun dari perasaan linglungnya setelah mendengar puisi itu, ia bertanya dengan penuh semangat, "Puisi yang luar biasa. Siapa penyair yang menulisnya?" Setelah mengatakan hal ini dia baru sadar bahwa saat ini dirinya berada di pengadilan dan sedang ditengah-tengah sidang, bukan di ruang kerjanya, apalagi di sebuah festival puisi. Dia berdeham lalu meminta kertas berisi puisi tersebut dari Song Shiren.

Ia memeriksa secarik kertas dengan seksama dan tidak hanya melihat kecemerlangan sang penyair, tetapi juga betapa jarangnya ia bisa membaca kaligrafi yang begitu anggun. Karena penasaran, sang hakim bertanya kepada Song Shiren, "Siapa penyairnya dan apa hubungannya dengan kasus ini?"

Song Shiren menjawab dengan hormat, "Puisi ini ditulis oleh Fan Xian saat perlombaan puisi di Puri Jing kemarin. Ketika Tuan Fan menyerang Tuan Guo di jalan, dia membacakan kalimat-kalimat ini. Sangat jelas dia sedang meremehkan Tuan Guo pada saat itu."

Mei Zhili kagum terhadap puisi itu. Ia mengamati Fan Xian, bigung akan kenyataan bahwa pemuda berwajah ramah dan polos di hadapannya mampu menulis puisi sebagus ini. Ia merasakan kekecewaan terhadap pemuda itu — mengapa dia membacakan puisinya saat dia sedang menghajar seseorang? Belum lagi puisi itu bahkan tidak cocok dengan suasana perkelahian yang penuh kekerasan. Terlebih, dia pada dasarnya telah memberikan bukti yang menguatkan gugatan lawannya.

Mei Zhili adalah orang yang berpengalaman, namun kunci keberhasilan dirinya bertahan menjadi hakim ibukota terletak pada kemampuannya dalam mengaburkan batas antara benar dan salah. Ada banyak sosok orang kaya, kuat, dan tangguh di ibukota. Jika ia berlaku adil dalam semua kasus yang ditanganinya, ia tidak mungkin dapat mempertahankan jabatannya. Ia teringat saat-saat dirinya pertama kali bekerja untuk istana, Guo Gonggong memberinya nasihat agar selalu membuat konsesi [1] jika perlu untuk menghindar dari masalah. Karena nasihat itu, Mei Zhili dapat hidup dengan damai selama bertahun-tahun.

Kasus hari ini tidak berbeda, dia berencana untuk menahan diri dan tidak mengambil keputusan terlebih dahulu. Ia akan membiarkan mereka saling berdebat sendiri, dan jika tidak berhasil, dia akan menunda kasus ini selama beberapa hari sebelum mengirim mereka ke Kementerian Hukuman. Jika ia berencana untuk menghindari masalah, maka dia harus menghindari menutup kasus ini di pengadilannya. Namun begitu, ia tetap melirik Fan Xian dan Zheng Ta dengan gelisah.

Zheng Ta pernah bekerja menjadi pegawai Mei Zhili selama beberapa saat, sehingga ia tahu apa yang dipikirkan mantan bosnya itu. ia terkekeh, "Ini benar-benar lucu. Banyak kaum sarjana yang berkumpul di perlombaan puisi itu, dan puisi karya Tuan Fan lah yang paling menonjol. Banyak dari mereka yang mencatat puisi itu, jadi tidak aneh jika orang lain tahu puisi itu. Dan yang lebih penting ... "

Ia melirik Song Shiren dengan dingin, lalu melanjutkan, "... apakah Anda pikir Tuan Fan sudah kehilangan akal? Membaca sebuah puisi yang telah ditulisnya sambil memukuli seorang pria di malam hari?! Hanya seseorang benar-benar dungu yang ingin mengungkapkan identitasnya sendiri. Jelas bahwa ada seseorang yang memiliki masalah dengan Tuan Guo, dan orang ini mengetahui perkelahian antara Tuan Fan dan Tuan Guo di restoran beberapa hari yang lalu. Jadi orang ini lah yang telah merencanakan agar Tuan Guo mengira bahwa Fan Xian adalah pelakunya. "

Tampaknya dugaan awal Zheng Ta cukup masuk akal. Fan Xian tersenyum sambil berdiri terdiam di samping. "Apa yang dia katakan ...? Hanya seorang yang dungu yang sebodoh itu??" Guo Baokun batuk dengan canggung. Dia tidak dapat menahan amarahnya lebih lama lagi, dia pun berteriak, "Hentikan usahamu untuk memutar balikkan fakta! Anak haram bajingan ini hanya ingin menggunakan kekuasaan keluarga Fan. Dan dia ceroboh karena dia merasa hukum tidak berlaku bagi dirinya!"

Ekspresi Zheng Ta menjadi dingin ketika dia mendengar kata-kata 'anak haram bajingan'. Dalam benaknya dia setuju-setuju saja jika memang benar Tuan Mudanya telah menghajar pemuda yang duduk kursi roda itu. Zheng Ta lalu berbicara dengan dingin, "Sebagai penyusun yang bekerja di istana kekaisaran, Anda harus memperhatikan apa yang Anda katakan. Saya tahu bahwa Anda marah, tetapi tidak seharusnya Anda mengatakan kata-kata yang tidak pantas seperti itu. Terlebih lagi, Anda bekerja dengan sang Putra Mahkota sendiri, akan sangat disayangkan jika anda merusak reputasi istana. "

Walau kalimat itu membuat Guo Baokun tersinggung, kalimat tersebut juga menyimpan ejekan tersembunyi. Dalam hal otoritas, keluarga Fan tidak dapat dibandingkan dengan keluarga Guo, yang bekerja dengan putra mahkota, jadi apa yang dikatakan Guo Baokun sebelumnya sangat tidak pantas. Hal ini menyebabkan kerumunan warga di luar berdiskusi. Semakin banyak orang yang percaya Fan Xian tidak bersalah.

Meskipun wajah Fan Xian tidak menunjukkan raut muka apapun, di dalam benaknya dia merasa terkesan dengan Zheng Ta, yang dapat dengan lancar menjalankan rencananya. Namun, tampaknya aneh bahwa pengacara Song Shiren tidak segalak Guo Baokun. Song Shiren tersenyum dan berkata, "Hakim, tuanku sedang kesakitan. Bolehkah kami meminta waktu untuk beristirahat?"

Mei Zhili mengangguk, dan dengan bantuan pelayan-pelayannya, Guo Baokun diantarkan ke ruang belakang. Song Shiren berbalik dan membungkuk hormat pada Fan Xian dan Zheng Ta lalu mengatakan, "Sepertinya Tuan Fan tidak akan mengaku telah menghajar orang." Entah kenapa, wajah Guo Baokun terlihat hidup saat dia pergi meninggalkan ruangan. Seolah pertempuran yang sebenarnya baru akan dimulai.

Zheng Ta dan Fan Xian tersenyum tanpa mengatakan sepatah kata pun. Apa mereka bercanda? Jalan Niulan gelap gulita, tidak ada saksi dan tidak ada barang bukti. Memangnya apa yang akan mereka gunakan sebagai bukti? Terlebih lagi, di dokumen keluhan tertulis bahwa pelayan Guo saat itu dibius, sehingga tidak ada yang akan percaya pada kesaksian mereka. Mei Zhili mengerutkan kening dan memanggil Song Shiren ke depan, dia berbicara dengan suara pelan, "Ayo kita selesaikan hari ini."

Song Shiren membungkuk, "Tuan Guo adalah penyusun istana kekaisaran dan dia telah dihajar. Bagaimana anda bisa menutup kasus penting seperti ini begitu saja?"

Mei Zhili merasa gelisah, "Kapan saya bilang bahwa saya menutup kasus ini? Saya hanya menunda kasus ini. Jika anda ingin mengklaim bahwa dia telah dihajar, maka dapatkan bukti yang bisa digunakan untuk menangkap pelaku." Pengadilan tidak diizinkan untuk melakukan hukuman terhadap para pejabat di depan umum, dan bahkan jika seandainya Fan Xian bukan seorang sarjana, Song Shiren ragu mereka akan menghukumnya. Pada dasarnya mustahil untuk membuatnya mengakui perbuatannya.

Tiba-tiba, Song Shiren berbalik badan dan bertanya, "Tuan Fan ada di rumah sepanjang malam kemarin?"

"Itu benar. Para pelayan di rumah kami adalah saksi." Zheng Ta menjawab.

Song Shiren tertawa dingin, "Panggil para saksi." Mei Zhili sadar bahwa mungkin penilaiannya akan berubah, dia pun mengangguk. Pelayan keluarga Guo membawa sekelompok orang masuk, mereka semua berpakaian berbeda dan memiliki pekerjaan yang berbeda pula. Ada penjual kue, penjaga keamanan, penjual keliling dan bahkan seorang pelacur; dan masih banyak lagi.

Zheng Ta mengerutkan kening dan para penonton diluar bertanya penasaran, "Ada apa dengan semua ini?"