Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 74 - Gugatan Hukum

Chapter 74 - Gugatan Hukum

Si Lili merasa seolah dia sedang bermimpi. Dalam mimpinya dia telah menikah dengan seorang pria dan mereka sedang menikmati malam pertama mereka. Setelah beberapa kali bersetubuh, gadis penghibur itu perlahan-lahan terbangun. Hal pertama yang dilihatnya adalah pipi seorang pemuda tampan yang tidak dikenalnya.

Dia menyadari apa yang telah terjadi di malam sebelumnya. Pemuda yang tengah memeluknya itu adalah Tuan Muda Fan yang menawan. Dia merasa ada yang aneh, mungkin dia terlalu banyak minum minuman keras - bagaimana mungkin dia tidak bisa mengingat kejadian tadi malam dengan jelas? Dia berusaha untuk mengingat-ingat, namun usahanya sia-sia. Dia tahu bahwa dirinya telah bersenggama, dan saat dia mengingat saat-saat penuh kenikmatan itu, dia merapatkan kedua kakinya dan sekujur tubuhnya terasa lemas dan pegal.

Ketika dia melihat pemuda di sisinya mulai bergerak, Si Lili dengan cepat berpura-pura tidur.

Setelah Fan Xian terbangun, dia menatap wajah gadis yang tidur itu yang tampak selembut kelopak bunga. Karena tidak tahan melihat gadis cantik ini, Fan Xian memeluknya dengan lembut untuk beberapa saat. Fan Xian senang dengan wangi tubuh gadis itu, dia lalu mencuci wajahnya dan membilas mulutnya, sebelum akhirnya pergi.

Setelah beberapa saat, Si Lili membuka matanya dan mulai menata ulang kamar yang telah berantakan. Dia tidak tahu apa yang dia temukan, dan dia pun menangis malu.

...

...

Dia meninggalkan perahu bunga saat matahari masih belum terbit. Pangeran Jing masih tidur dengan Yuan Meng di kamarnya, jadi Fan Xian memutuskan untuk tidak memanggilnya. Alasan kepergiannya yang begitu dini adalah karena dia baru saja tiba di ibukota. Tidak pantas baginya untuk mengunjungi tempat pelacuran. Terlebih lagi, dia menduga keluarga Guo akan segera datang untuk mencari keributan, jadi dia bersiap-siap untuk kembali ke rumah untuk menyaksikan adegan selanjutnya.

Dia tidak melakukan apapun dengan Lili semalam. Bukan karena dia semacam Taois[1], tetapi karena obsesinya terhadap kebersihan telah menghentikan niatnya. Sulit baginya untuk berhubungan intim dengan seorang wanita yang sudah disentuh oleh pria lain. Dan di kehidupan sebelumnya, dia telah melihat banyak pemberitahuan tentang pentingnya mencegah penyakit seksual yang menular; dia takut akan terjangkit penyakit macam itu. Tidak masalah jika hanya berkunjung ke rumah bordil, tetapi karena tidak ada kondom di dunia ini, melakukan hubungan seks dengan pelacur di sini sangat beresiko.

Tetapi ini semua tidak terjadi tanpa meninggalkan dampak tertentu, Fan Xian melihat tonjolan yang tidak enak dipandang di celananya sambil mendesah dengan sedih. Dia memiliki beberapa penyesalan sejak dia meninggalkan Danzhou. Salah satu hal yang disesalinya adalah hubungannya dengan Sisi yang tidak berkembang. Ketika tandu mencapai gerbang Kediaman Fan, Fan Xian dan ketiga pelayannya meminta penjaga agar gerbang dibuka secara diam-diam, lalu menyelinap masuk. Fan Xian memberi tahu penjaga gerbang agar tidak mengatakan apa-apa tentang dirinya yang menyelinap masuk. Saat penjaga gerbang itu melihat Tuan Teng dan Tuan Muda Fan dari Danzhou, ia tidak berani campur tangan dan kembali tidur.

Fan Xian merangkak ke ranjangnya untuk tidur. Saat dia bangun, hari sudah pagi dan fajar telah merekah. Sambil mengenakan bakiak kayunya, dia berjalan ke halaman depan. Begitu dia mendengar keributan besar disana, Fan Xian menebak-nebak apa yang sedang terjadi sambil memasang raut wajah bingung.

Pagi itu, hakim kota Mei Zhili sedang tidur siang di ruang kerjanya ketika ia tiba-tiba dibangunkan oleh suara drum. Ia merasa terganggu, dan bertanya-tanya bajingan mana yang berani mengganggu tidurnya. Tetapi karena ada aturan hukum yang tidak berani ia langgar, dan ia pun pergi ke ruang pengadilan. Di sana, setelah banyak orang berteriak, ia dihadapkan sebuah gugatan.

Ketika Mei Zhili membaca gugatan yang tertulis di kertas itu, jantungnya terasa berhenti berdegup untuk sesaat. Baik pihak penggugat maupun terdakwa bukan orang biasa. Pihak penggugat adalah Guo Baokun, seorang pemuda yang lumayan terkenal; satu-satunya putra Guo You, Direktur Dewan Ritus yang juga menjabat sebagai editor di istana. Pihak terdakwa adalah Fan Xian, putra Fan Jian, asisten menteri Keuangan. Fan Xian dituduh menghadang Guo Baokun di jalan malam kemarin, memulai perkelahian, dan menyerang seorang pejabat istana kekaisaran.

Ketika dia melihat dua nama keluarga yang tertera di atas kertas itu, Mei Zhili merasa khawatir. Penghuni istana kekaisaran dibagi menjadi dua faksi. Satu faksi mendukung sang Putra Mahkota; faksi lainnya bersifat lebih tertutup, tetapi diam-diam diketuai oleh sang Pangeran Kedua. Guo You, Direktur Dewan Ritus, adalah guru sang Putra Mahkota, jadi tentu saja dia memihak Putra Mahkota. Meskipun menteri keuangan Fan Jian sepertinya tidak memihak siapa-siapa, dia selalu memiliki hubungan baik dengan Raja Jing, dan Pangeran Jing adalah sang Pangeran Kedua yang didukung faksi kedua itu.

Meski kasus ini sederhana, tetapi kasus ini adalah berita buruk baginya. Mei Zhili takut bahwa ia akan memancing amarah sang Putra Mahkota atau sang Pangeran Kedua. Sambil merenungi persoalan ini, ia diam-diam mengutuk Fan Xian. Pemuda satu ini tidak benar-benar tidak mengerti mana yang penting dan mana yang tidak. Nama Fan Xian mulai terkenal di ibukota; semua birokrat tahu dia adalah anak haram Count Sinan yang dibesarkan di Danzhou. Dia menghabiskan seluruh waktunya di Danzhou, pikir Mei Zhili, tetapi begitu dia tiba di ibukota, dia langsung terlibat perkelahian di jalan. "Bagaimana caranya aku menangani kasus ini?"

Tetapi tuduhan yang dimuat dalam gugatan itu sangat jelas, juga disertai dengan kesaksian orang dan barang bukti. Tidak ada alasan untuk bisa menunda kasus ini. Mei Zhili melihat kertas itu dan mengerutkan keningnya. Ia mengutus seorang sekretaris untuk pergi ke kediaman Count Sinan untuk menangkap terdakwa, juga diam-diam mengirim seorang bawahannya ke Departemen Keuangan untuk memberitahu Menteri Fan secepat mungkin.

Fan Xian melihat seorang petugas pengadilan telah dikirim untuk menangkapnya. Mengingat bahwa keluarga Fan dan keluarga kerajaan memiliki hubungan yang akrab, dia ingin tahu atas alasan apa dia ditahan. Para penjaga rumah mengangkat gada mereka dan bersiap-siap untuk membela tuannya; seakan siap menyerang petugas pengadilan itu seperti harimau yang bersiap menerkam mangsanya.

Di depan gerbang rumah, para petugas pengadilan juga sudah kehabisan akal. Mereka menyampaikan bahwa mereka hanya melaksanakan perintah dari atasan untuk menangkap terdakwa dan membawanya ke pengadilan.

Fan Xian tersenyum dan bersiap menyerahkan diri kepada mereka. Tanpa diduga, dia mendengar suara seorang bocah diantara suara-suara yang berteriak. "Dari mana kalian ini? Ayo, lawan aku!" Orang yang berani mengancam petugas-petugas itu tidak lain adalah Fan Sizhe cilik yang pemarah.

Ketika para penjaga mendengar kata-kata Tuan Muda Sizhe, mereka berteriak dan bergerak maju sambil mengangkat gada mereka. Namun mengingat bahwa para petugas itu hanya melaksanakan perintah, mereka tidak benar-benar menghajar para petugas itu; para penjaga hanya memukul tanah untuk menakut-nakuti mereka. Pada titik ini, para petugas pengadilan merasa jengkel dan putus asa. Mereka sadar sebaiknya tidak memprovokasi lawan, jadi mereka mengurungkan niat untuk memborgol bocah yang kasar ini dan justru mengundurkan diri.

"Ada apa ramai-ramai disini?" Pada saat itu Lady Liu berjalan keluar dengan anggun. Dia menatap para petugas pengadilan, lalu mengerutkan keningnya. Dia memerintahkan mereka semua untuk masuk dan minum teh, lalu dia menatap Fan Xian dengan tatapan gelisah.

Fan Xian dengan polos mengangkat bahu.

Di paviliun tamu, para petugas pengadilan duduk dan memandang istri Count Sinan dengan gelisah. Karena status mereka, mereka biasanya tidak menerima jamuan seperti ini. Mereka sadar keluarga Fan memperlakukan mereka dengan sopan karena suatu alasan tertentu, itulah sebabnya mereka perlahan meneguk teh dengan cemas. Mereka hanyalah orang kecil; jika ada seseorang dari keluarga Fan yang marah dengan mereka, bagaimana mereka akan bertahan hidup di ibukota?

Sambil berusaha untuk memahami situasi yang sedang terjadi, Nyonya Liu mengerutkan keningnya sambil bertanya. "Tuduhan ini tidak mungkin benar. Anak tertua kita langsung pulang dan belajar setelah perlombaan puisi di kediaman Pangeran Jing selesai. Sementara itu letak jalan Niulan jauh dari kediaman keluarga Fan. Bagaimana mungkin dia menghajar anak keluarga Guo?"

Seorang petugas menjawab dengan resah, "Tuan Guo sendiri yang mengidentifikasi pelaku, dan ... apakah Tuan Fan benar-benar ada di rumah kemarin?" tanya petugas itu dengan nada tidak percaya.

Tatapan lembut Nyonya Liu berubah menjadi setajam belati. "Apa kamu bermaksud menuduh keluarga Fan sebagai pembohong?"

Jantung petugas pengadilan itu berdetak kencang dan saat itu juga dia berhenti berbicara. Tapi dia juga tidak bisa mundur; apalagi pihak penggugat sudah menunggu di pengadilan. Fan Xian duduk dengan tenangdi satu sisi meja, terlihat keheranan. Dia tidak tahu kenapa Lady Liu memilih untuk membelanya. Bahkan, dia tidak mengerti pola pikir para keluarga bangsawan di era itu. Tidak peduli seberapa sengit pertikaian yang terjadi dalam keluarga, jika ada musuh yang datang dari luar, maka keluarga-keluarga ini akan mengesampingkan urusan pribadi mereka, dan bersatu untuk melawan musuh.

Nyonya Liu perlahan meminum tehnya. Dia tahu bahwa tidak ada gunanya mendesak para petugas pengadilan ini, karena mereka sendiri tidak mempunyai pilihan. Dia tersenyum sedikit. "Apakah yang dituntut sebagai 'penyerangan' oleh Keluarga Guo benar-benar penyerangan? Semua hal terjadi karena emosi manusia. Haruskah kami menanggapi gugatan semacam itu? Bahkan jika kami bukan keluarga kaya, kami tetap mempunyai martabat di ibukota. Aku penasaran, Siapa yang membawa gugatan ini ke pengadilan? "

"Seorang kepala pelayan dari keluarga Guo," jawab si petugas pengadilan dengan cepat. Jika keluarga Fan tidak kaya, maka tidak ada seorang pun yang dapat disebut kaya di ibukota, pikirnya.

Begitu dia mendengar bahwa seorang berkedudukan rendah - seorang kepala pelayan - yang membawa gugatan itu, Lady Liu mengangkat alisnya dengan tajam dan ia menggebrak meja. "Mereka mengutus seorang kepala pelayan untuk membawa gugatan," teriaknya, "dan mereka ingin kita menanggapi secara langsung? Logika macam apa itu? Bukankah Tuan Guo sendiri yang dipukuli? Karena dia yang memulai kasus ini, seharusnya dia sendiri yang menyerahkan gugatan itu secara langsung. Kalau begitu, dalam jangka waktu dekat, aku akan mengirim kepala pelayanku untuk mengajukan gugatan bahwa Guo Baokun adalah pengganggu yang meneror pria dan menghina wanita, dan terlepas salah atau benarnya gugatan itu, Kamu harus menyeret dia ke pengadilan untuk menanggapinya! "

Setelah dia selesai mengomel, dia memanggil dengan suara keras: "Kepala Pelayan Xu!"

Kepala Pelayan Xu dengan sadar segera datang dan menjawab. "Iya nyonya?"

"Katakan pada Tuan Zheng untuk segera menulis selusinan gugatan hukum," katanya dengan santai, "dan mulai besok, kita akan mengirim satu gugatan ke balai kota setiap hari. Misalnya pun ini tidak membuat keluarga Guo takut, setidaknya mereka akan direpotkan." Lady Liu terlihat hampir tersenyum saat dia berbalik menghadap petugas pengadilan. "Tuan Zheng adalah penasihat hukum kami. Tetapi aku dengar beberapa tahun yang lalu dia adalah seorang penasihat hukum bagi keluarga majikanmu. Aku yakin tidak akan ada masalah jika Tuan Zheng yang mengajukan gugatan hukum kami."

Terlepas dari apakah Keluarga Guo akan menjadi takut atau merasa direpotkan, petugas pengadilan itu berpikir bahwa gugatan-gugatan tersebut pasti akan menyulitkan pekerjaan balai kota. Ia tidak punya pilihan selain segera memohon ampun. "Nyonya, dengan amat sangat saya memohon pada anda, ampuni saya ... kami tidak punya pilihan lain dalam masalah ini."

Setelah mengomel panjang, mulut Lady Liu terasa agak kering. Dia mengulurkan tangannya untuk mengambil cangkir teh, tetapi ternyata Fan Xian sudah mengambilkannya sambil tersenyum. Mereka saling bertukar pandangan sesaat lalu berpaling.

Si petugas mengulurkan tangannya, masih memohon ampunan. "Jadi apa keputusanmu, Nyonya?"

Nyonya Liu bergumam sendiri. Dia tahu masalah ini harus diselesaikan, dan mereka telah menghabiskan terlalu banyak waktu dalam urusan ini. "Masalah penyerangan ini belum dapat dipastikan."

"Tidak ada 'penyerangan'." ucap Fan Xian, menyela pembicaraan.

"Kami, Keluarga Fan tidak mengerti mengapa keluarga Guo berniat untuk memfitnah kami seperti ini," lanjut Lady Liu.

Fan Xian terlihat sedang berpikir. "Beberapa hari yang lalu, kita bertengkar di sebuah restoran. Saat itu Tuan Guo merasa terhina, jadi mungkin ini semua salahku."

"Jadi begitu?" kata Lady Liu. "Mungkin itu memang salahmu, tapi ... benarkah Tuan Guo mengajukan gugatan palsu karena dendamnya padamu begitu dalam?"

Fan Xian mengerutkan keningnya. "Sepertinya begitu," jawabnya.