Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 73 - Karung penuh rasa sakit

Chapter 73 - Karung penuh rasa sakit

Perahu yang terhias dengan indah itu menepi di pantai. Sang Pangeran berdiri di sebelahnya. Dia melihat sosok yang menghilang di dalam kegelapan sambil merangkul Yuan Meng, yang bertanya, "Apa yang sedang dilakukan Tuan Fan?"

Pangeran menyentuh hidung gadis yang ia rangkul. "Kamu yakin, mau berpura-pura polos di depanku?" Yuan Meng tersenyum manis. "Terlepas dari apa yang dia lakukan, tidak ada yang dia sembunyikan darimu. Namun, aku rasa Si lili tidak tahu apa-apa."

"Jika tidak ada yang disembunyikan, itu berarti dia orang yang cerdas." Pangeran Jing tersenyum. "Dia hanya menggunakanku sebagai perisai. Jika aku mau, dia tidak akan bisa menyembunyikan apa pun yang dia lakukan dariku." Tiba-tiba pangeran bertanya, "Apa pendapat Fan Xian tentang Si Lili?"

Sepertinya, Yuan Meng sangat akrab dengan sang Pangeran. Setelah berpikir, dia menjawab, "Tuan Fan tampaknya sangat menyukai Nona Si, tetapi aku tidak tahu apakah dia bisa menangani malam musim semi dan melakukan hal-hal lain." Dia menutupi senyumnya dengan tangan, memperlihatkan sisi kepribadinya yang lain.

"Kalau begitu kamu harus lebih sering bergaul dengan Lili. Mungkin kedepannya Fan Xian akan sering mendatangi Drunken Immortal Tavern." Pangeran Jing mengerutkan alisnya.

"Benar," Yuan Meng menjawab layaknya seorang pelayan, dia sedikit penasaran mengapa sang Pangeran begitu tertarik pada Fan Xian.

Pangeran Jing meletakkan tangannya ke payudara Yuan Meng dan dengan lembut meremasnya. Yuan Meng merintih dan saat itu juga tubuhnya terkulai lemas. "Kamu tahu siapa Fan Xian?"

"Seorang anak haram, dia juga putra kesayangan Menteri Fan Jian." Suara Yuan Meng lirih seperti suara seekor anak kucing, tapi matanya masih terlihat cerah. "Aku mengerti sekarang. Tuan ingin mendapatkan kekuasaan atas sumber utama pendapatan Qing."

Pangeran Jing tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Aku tidak punya ambisi seperti itu. Aku hanya merasa bahwa Fan Xian cocok untuk dijadikan teman." Dibalik kata-katanya ada beberapa hal yang tidak diungkapkannya . Sang Pangeran tahu tentang pernikahan rahasia antara Keluarga Fan dan Lin. Ia juga tahu bahwa Fan Xian kemungkinan akan menguasai seluruh usaha milik keluarga kerajaan di masa depan.

Jika pangeran Jing berniat menyaingi sang Putra Mahkota, uang akan menjadi senjata yang paling penting.

————————————————————————

Guo Baokun merasa malu dan kesal seusai pertemuan puisi hari itu. Dia baru merasa sedikit lebih baik setelah memanjakan dirinya malam itu. Namun ketika dia teringat ayahnya yang keras dan disiplin, suasana hatinya memburuk lagi. Ketika dia sedang memikirkan apa yang akan dibawa ke istana besok untuk menghibur sang Pangeran, tandunya berhenti mendadak.

Entah kenapa dia sudah mengantuk, jadi dia tidak siap saat tandunya mendadak berhenti. Dahinya terbentur saking kerasnya hingga dia merasa sangat kesakitan. Dia berteriak, "Sialan, apa yang kalian lakukan?"

Tidak ada yang menjawab amukannya; semuanya diam. Guo Baokun merangkak keluar dari tandu yang miring dan dia mendapati dirinya sedang di jalanan sepi. Dia berada di Jalan Nulan, yang searah dengan jalan menuju kediamannya.

Di sekeliling tandu, berdiri tiga pria bertopeng yang mengenakan pakaian serba hitam. Semua pengangkut tandu dan penjaga Guo terkapar tidak berdaya; tidak jelas apakah mereka sudah mati atau masih hidup. Mengira bahwa dia sedang dihadang perampok, Guo Baokun pun merasa benar-benar ketakutan. Sejak kapan keamanan di ibukota menjadi begitu buruk? "Kamu siapa?" ucapnya dengan tergagap. "Apa yang kamu inginkan?"

Jalan Nulan selalu sepi, terutama di malam hari saat hampir tidak ada orang yang lewat situ. Guo Baokun merasa putus asa; dia ragu kalau akan ada orang yang menolongnya meski dia berteriak, itulah kenapa dia tetap berbicara dengan suara pelan.

Suara yang menjawabnya terdengar jelas namun lembut. "Aku Fan Xian, dan aku di sini untuk menghajarmu."

Guo Baokun belum sempat terkejut saat sebuah karung yang terbuat dari kain turun dan membekap seluruh badannya. Dia bahkan tidak sempat melihat wajah Fan Xian yang hina itu.

Karung yang berbau harum itu membuat Guo Baokun sadar dari kantuknya. Sayang sekali, karena dia sekarang sadar untuk merasakan tendangan dan pukulan tanpa ampun yang tertuju padanya.

Melihat Teng Zijing dan dua pelayan lainnya menghajar Guo Baokun, Fan Xian merasa sedikit puas. Diantara maksud-maksud lain melakukan ini, dia juga ingin menjelaskan bahwa dirinya tidak akan dipermalukan dengan mudah. Dibesarkan sebagai seorang sarjana, Guo Baokun tidak pernah mengalami penghinaan dan rasa sakit seperti itu dalam sepanjang hidupnya. Namun, dia tahu betul bahwa dia sekarang berurusan dengan Fan Xian. Perkelahian antara putra-putra bangsawan tidak pernah berakhir mematikan, jadi Guo Baokun dengan jahat mengatakan:

"Dasar anjing kecil, Fan! Jika kamu punya nyali, ayo hajar aku sampai mati!"

Mendengar ini, Fan Xian pun naik pitam. Dengan lambaian tangannya, Teng Zijing dan dua pelayannya berhenti memukul dan membiarkan Fan Xian mendekat. Tanpa basa basi, Fan Xian turun dan mulai memukuli Guo Baokun dengan tangannya sendiri. Setelah selesai menghantam karung yang menggeliat di atas tanah itu, dia berkata dengan lembut, "Guo, tahukah kamu mengapa aku menulis puisi itu sore ini?"

Di dalam karung, Guo Baokun merasa begitu kesakitan hingga dia tidak mampu mengatakan apa-apa, hanya menangis.

"Kera berteriak di langit berangin. Burung-burung mengitari pulau pasir putih jernih. Pohon-pohon merontokkan daun tanpa akhir, jatuh ke bawah. Sungai besar mengalir tanpa henti. Sepuluh ribu mil di musim gugur yang menyedihkan, selalu menjadi tamu seseorang. Seratus tahun terjangkit penyakit, saya memanjat teras sendirian. Dengan banyak penderitaan, aku menyesali rambut putih di pelipisku. Dengan frustrasi, aku berhenti minum anggur keruh milikku. Kamu telah mempermalukanku dua kali, jadi aku akan memberikan kesedihan, kenestapaan, dan rasa sakit untukmu. Hanya dengan begitu aku bisa merasa puas. "

Segera setelah dia selesai berbicara, Fan Xian menghujamkan pukulan ke wajah Guo Baokun. Entah bagaimana, di dalam kegelapan malam dan dengan muka sasarannya tertutup kain karung, tinju Fan Xian dapat secara tepat mengenai batang hidung Guo Baokun. Guo Baokun merasakan rasa sakit yang luar biasa pedih, dan darahnya mengalir dengan deras. Karena tidak tahan lagi, dia akhirnya berteriak dan memohon ampun.

Melihat karung kain yang menggeliat dengan lemah di hadapannya membuat Fan Xian menemukan sisi pribadinya yang kejam; seolah-olah dia mulai meninggalkan gaya hidupnya yang nyaman dan tertutup yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Dia menendang Guo Baokun beberapa kali lagi sebelum akhirnya memberikan isyarat untuk berhenti dan pergi. Mereka menghilang di tengah gelapnya malam; mereka telah muncul lalu menghilang begitu saja. Guo tidak berani bertemu dengan Fan Xian lagi.

Setelah waktu yang cukup lama berlalu, Guo Baokun merangkak keluar dari karung yang membungkusnya. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan luka memar. Para penjaga dan pembawa tandunya masih tergeletak di tanah. Dia melontarkan kutukan dan kata-kata kotor yang tak terhitung jumlahnya pada mereka sambil menendangi mereka untuk bangun. Ternyata, mereka semua telah dibius menggunakan semacam tidur. Sementara karung kain itu diberi obat yang dapat menghilangkan rasa kantuk, sehingga dia dapat tetap sadar saat dihajar habis-habisan.

Para penjaga, terbangun sambil menggosok-gosok kepala mereka. Saat mendapati tuan mereka tampak babak belur karena dipukuli, mereka semua menjadi sangat ketakutan. Mereka segera beranjak untuk membantu Guo Baokun. Mereka bahkan tidak memikirkan untuk menggunakan tandu lagi. Mereka bergegas menggendong tuan mereka pulang.

Malam itu, kediaman Guo sedang kacau balau. Keesokan paginya, seorang pelayan dikirim ke gedung ibukota dengan membawa keluhan tertulis yang ditujukan langsung untuk pihak kementerian. Keluhan itu berisi tentang rincian pemukulan yang terjadi tadi malam. Mereka ingin keluarga Fan, terutama putra haram Fan yang telah melakukan tindakan kekerasan di ibu kota untuk didakwa atas kejahatan besar. Jika dia tidak bisa ditangani, para pejabat akan kehilangan muka.