Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 49 - Di Dalam Restoran

Chapter 49 - Di Dalam Restoran

Mereka bertiga telah memilih sebuah restoran bernama "Yi Shijiu", sebuah usaha kaya dan terkenal di ibukota. Setiap hari saat siang, tempat itu akan selalu menerima beberapa pejabat pemerintah yang kaya, sarjana berbakat, atau wanita-wanita cantik. Tidak ada yang tahu dari mana para sarjana mendapatkan uang mereka, atau seberapa terkenal para wanita itu — Meskipun begitu, di lantai tiga tetap tersedia tempat; tanpa reputasi yang hebat, tidak ada yang bisa masuk ke sana.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hanya mereka yang memiliki reputasi hebat yang bisa duduk di lantai tiga, sehingga jarang ada yang mempermasalahkan hal itu. Bagaimanapun juga, ibukota itu tidak sekecil yang dikatakan orang-orang, meskipun, lingkaran pemerintahannya terjalin dengan banyak koneksi tersembunyi dan transaksi gelap. Jadi tidak ada yang benar-benar yakin apa sebenarnya hubungan mereka dengan orang lain.

Orang yang membantah "publikasi sampah Fan Xian" adalah seorang sarjana teladan yang bernama He Zongwei. Ia terkenal di ibukota dan sering dipuji oleh koleganya, sehingga kesombongannya bisa dimaklumi. Beberapa hari yang lalu, ia membaca "Dream of the Red Chamber" di rumah temannya. Meskipun ia sangat tidak suka dengan isi buku itu dan tidak terkesan dengan gaya sastranya, ia masih terkesan oleh fakta bahwa pengarangnya telah menuliskan beberapa ratus ribu kata.

Hari itu, di restoran Yi Shijiu, He Zongwei menjadi sedikit mabuk setelah meneguk tiga cangkir anggur. Mendengar beberapa anak muda di ruangan sebelah sedang ramai membahas "Dream of the Red Chamber" membuat dirinya marah. Itu kenapa ia melontarkan ucapan itu.

Pada saat itu, ketiga kakak beradik Fan telah selesai makan dan sedang mengobrol sambil minum teh. Mendengar apa yang baru saja dikatakan He Zongwei, Fan Sizhe memikirkan perkataan He Zongwei, dan kemudian menyadari bahwa sarjana itu berbicara kepada Fan Xian. Karena Fan Sizhe juga merasa dipermalukan, dia jadi sangat marah. Terlahir dari keluarga besar Fan, Fan Sizhe terlalu istimewa untuk menanggung rasa malu dari seorang sarjana biasa. Dia mengangkat tirai dan pergi ke lorong utama di lantai tiga.

Fan Xian berpikir, karena ini adalah pertama kalinya dia berada di ibukota, akan lebih baik jika dia tidak menonjolkan diri, dan dia mengisyaratkan hal ini kepada adik perempuannya. Fan Ruoruo tahu apa yang dipikirkan kakaknya dan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa Fan Sizhe seharusnya tidak akan bertindak kelewatan.

Dalam satu atau dua tahun terakhir, Fan Sizhe telah tumbuh. Berkat didikan Fan Ruoruo yang intens, dia telah menjadi sedikit lebih dewasa, cukup dewasa untuk tidak lagi memainkan permainan gaduh di jalanan. Karena itu, Fan Ruoruo tidak khawatir.

Fan Sizhe menerobos masuk ke aula, melihat ke arah He Zongwei di kerumunan. Dengan berlagak besar, dia berjalan mendekati sarjana itu dan berkata, "Apakah kamu yang tadi mengatakan itu?"

"Kalau iya memang kenapa?" Kulit He Zongwei berwarna cokelat terang dan bentuk wajahnya terlihat khas. Secara keseluruhan, bisa dibilang kalau ia orang yang jelek. Melihat ada yang menerobos keluar dari ruangan pribadi itu, ia tahu kata-katanya telah menyinggung seseorang. Namun, melihat seorang anak kaya yang sombong malah membuatnya menjadi naik pitam. Jadi ia mencoba untuk mengabaikan Fan Sizhe: "Jaga mulutmu, bocah. Di mana sopan santunmu? Kamu dibesarkan oleh siapa?"

Walaupun sarjana ini memiliki koneksi yang baik di ibukota, ia belum pernah bertemu dengan Fan Sizhe yang berusia dua belas tahun, dan ia tidak takut kepada anak kecil ini.

Fan Sizhe hanya berencana memarahi pria itu, tetapi sekarang setelah ia mendengar "di mana sopan santunmu", ia teringat tentang marahan ibunya yang cukup sering. Dengan marah dia membalas berteriak: "Kamu sendiri?! Dari keluarga bajingan manakah kamu?"

Pada saat itu, Fan Sizhe sudah melupakan didikan kakaknya. Dia melompat kedepan dan mencoba menampar sarjana tersebut.

He Zhongwei tidak mengira harus berurusan dengan perilaku tidak beradab di tempat sekelas Yi Shijiu. Ia mengambil setengah langkah ke belakang, menghindari tamparan yang mengarah ke wajahnya, akan tetapi kain hijau di kepalanya robek, membuatnya malu.

Sarjana dan tamu terhormat lainnya sedang duduk satu meja He Zhongwei semua geram dengan apa yang mereka lihat: "Berani-beraninya kamu bersikap hina seperti itu ?! Apakah kamu tidak tahu hukum?"

"Hukum?" Fan Sizhe mendengus: "Akulah hukum itu." Begitu dia mengatakan ini, dia mengayunkan tinjunya ke arah He Zhongwei.

Tiba-tiba, sebuah tangan datang dari samping dan dengan kuat mencengkram pergelangan tangan Fan Sizhe yang kurus!

Fan Sizhe merasa seolah pergelangan tangannya terperangkap dalam belenggu yang panas. Rasa sakitnya menusuk sampai ke tulang, dan membuatnya berteriak: "Apakah ada yang bisa menolongku?!"

Pengawal Fan Shize bergerak maju, tetapi hanya dalam sekejap dia terkena dua pukulan telapak tangan ke dada dan perutnya, membuatnya mundur.

Pria yang mencengkram pergelangan tangan Fan Sizhe tidak lain adalah pengawal tamu yang berharga itu. Walaupun pengawal itu berpenampilan biasa, terlihat dari tatapan matanya betapa terampilnya dia.

"Buang anak itu, jangan merusak suasana hati Tuan Zhongwei."

Pengawal tamu itu mengayunkan tangannya. Fan Sizhe dilempar keluar ruangan seperti anak ayam yang baru menetas!

Fan Xian mengira hanya akan terjadi adu mulut. Dia tidak tahu hal-hal seperti ini akan terjadi dengan cepat. Dia mengira Fan Sizhe akan melampiaskan amarahnya meskipun Ruoruo mengingatkannya untuk tidak melakukan itu, dan melihat harapannya terjadi; dia ingin adik laki-lakinya mendapatkan pembelajaran.

Namun, dia tidak mengira pihak lawan memiliki seseorang yang begitu terampil, belum lagi seseorang yang tak kenal ampun seperti itu. Lemparan itu memiliki dampak tersembunyi. Jika tidak beruntung, Fan Sizhe dapat menderita patah tulang — terlepas dari kelakuannya yang tercerla, Fan Sizhe hanyalah anak berusia dua belas tahun, dan menghukumnya dengan gerakan seperti itu sudah kelewat batas.

Entah bagaimana, Fan Xian sudah berada di luar ruangan pribadi. Dengan satu sentakan pergelangan tangannya, dia menangkap kerah kemeja Fan Sizhe. Sambil mengikuti perputaran badan, dia memutar tangan kanannya searah jarum jam, membuat Fan Sizhe berputar.

Sekali, dua kali, tiga kali ... Fan Sizhe berhenti berputar. Merasa mual, ia hanya bisa menatap kosong, tidak tahu apa yang terjadi.

Fan Xian melepaskan kerah baju adik laki-lakinya dan meninggalkannya dalam perawatan Ruoruo sambil tersenyum resah. Melangkah ke depan, dia menatap pengawal tamu itu, dan dengan suara lemah lembut, berkata, "Meskipun adik saya mungkin telah menyinggung anda karena sifatnya yang masih kekanak-kanakan , apa yang anda lakukan agak kelewatan .."

Orang-orang di meja He Zhongwei hanya bisa menanggapi dengan dengusan angkuh. Mereka tidak bisa menyangkal omongannya karena mereka setuju dengan Fan Xian. Pemuda yang merupakan majikan dari pengawal tersebut hanya minum anggur dengan tetap diam; dia bahkan tidak melihat Fan Xian.

He Zhongwei merasa malu setelah mengatur kain di kepalanya. Melihat penampilan menawan pemuda di depannya, seketika amarahnya memuncak. Baginya, senyum Fan Xian terlihat menghina dan penuh dengan dengki. Ia berkata: "Anda memiliki adik yang begitu nakal; apa salahnya memberinya hukuman?"

Fan Xian mengabaikan He Zhongwei. Senyumnya diarahkan ke pengawal itu. Fan Xian mengambil dua langkah ke depan. Pengawal itu baru saja menyaksikan Tuan Muda di hadapannya ini membatalkan lemparannya, dirinya merasa tidak nyaman. Dia tidak bisa mengukur kekuatan pemuda ini. Pengawal itu sedikit mengerutkan wajah lalu mundur dua langkah dengan hati-hati.

Sosok Fan Ruoruo mulai terlihat saat mereka melangkah bergeser.

Fan Ruoruo dikenal di seluruh ibukota, dan semua orang di restoran pernah mendengar namanya. Beberapa dari mereka bahkan melihatnya dari jauh dalam pertemuan pejabat. Para pengunjung lainnya tersentak dan memberi hormat dari kejauhan.

Baru sekarang para tamu di meja itu menyadari dari keluarga mana bocah itu berasal. Tentu saja mereka menjadi gugup. Dan ketika He Zhongwei melihat Fan Ruoruo, ekspresinya sedikit berubah, seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu.