Chereads / Sukacita Hidup Ini / Chapter 11 - Guru Besar Kelima?

Chapter 11 - Guru Besar Kelima?

Fei Jie perlahan mengerutkan keningnya. Karena ia percaya bahwa pemuda buta itu memiliki kekuatan besar, ia tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan masalah yang dapat muncul dalam latihan zhenqi Fan Xian. Namun hari ini, saat memeriksa denyut nadi Fan Xian, Fei Jie menemukan sesuatu yang aneh.

Melihat gurunya yang biasa bersikap cabul tiba-tiba nampak berhati-hati, Fan Xian juga menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Sambil menyengir, dia bertanya: "Apa ada masalah?"

"Lihat dirimu, senyum-senyum seperti itu, apa kamu tidak takut menjadi kelewat terobsesi?" Fei Jie menatapnya sambil lanjut berbicara, "Terakhir kali, saya tahu zhenqi yang sedang kau latih sangat luar biasa, tapi saya tidak pernah membayangkan bisa menjadi seperti ini."

Fan Xian menggaruk-garuk kepalanya: "Luar biasa? Luar biasa bagaimana?"

Fei Jie menjawab dengan serius: "Cukup luar biasa."

Fan Xian melihat ke belakang, juga dengan tatapan serius: "Guru, omongan kita sekarang tidak masuk akal."

...

...

Fei Jie adalah seorang ahli meracun, bukan guru besar seni bela diri, jadi wajar saja kalau ia tidak bisa menentukan seperti apa kemampuan zhenqi yang dimiliki Fan Xian. Walaupun begitu, ia bisa merasakan aura yang berbahaya dari kekuatan zhenqi yang terpancar dari tubuh anak itu. Setelah berpikir sejenak, ia menyuruh Fan Xian untuk pergi mencari Wu Zhu, tapi tanpa diduga, Fan Xian menghela nafas dengan sedih dan mengatakan bahwa Paman Wu Zhu hanya mendengarkan apa yang dikatakan ibunya dan memberikan buku itu kepadanya. Wu Zhu sendiri tidak pernah latihan dan juga menolak untuk berbicara terlalu banyak tentang masalah ini.

Fei Jie mengamuk, "Guru Wu terlalu tidak masuk akal. Anda adalah Tuan Muda keluarga bangsawan! Kenapa dia bukannya membimbingmu sendiri, justru membiarkanmu belajar kemampuan berbahaya ini tanpa bimbingan?"

Selama setahun terakhir, Fei Jie menganggap anak berusia lima tahun ini sebagai sumber pelipur lara terbesar di masa tuanya. Bahkan lebih dari itu, dia berharap Fan Xian akan menjadi penerusnya di masa depan dan memuliakan semua yang telah dia pelajari. Karena alasan itu, Fei Jie menjadi marah pada Wu Zhu saat dia mendengar hal ini.

"Apakah Paman Wu Zhu benar-benar kuat?" Fan Xian menyipitkan mata seperti seekor rubah kecil saat dia mengajukan pertanyaan itu.

"Tentu saja." Ucap Fei Jie dengan santai sambil mengingat masa lalu. "Hanya saja tidak banyak orang di dunia ini yang tahu tentang keberadaan Guru Wu ... Pernahkah kamu mendengar tentang Empat Guru Besar?"

Tentu saja Fan Xian pernah mendengar tentang mereka. Di dunia ini, mereka dianggap seperti dewa dan dipuja oleh kalangan orang awam. Mereka adalah Keempat Guru Besar Agung, dan tidak ada yang dapat menandingi kemampuan bela diri mereka. Dihitung dengan satu tangan, ada dua Guru Besar Agung di Kerajaan Qing, satu di Kerajaan Qi Utara, dan satu lagi di Kota Yi Timur.

Di dunia ini, Kerajaan Qing memiliki keunggulan yang luar biasa karena dipimpin oleh kaisarnya. Namun anehnya, setelah pertumpahan darah politik di tahun sebelumnya, sang kaisar menjadi pendiam dan tidak lagi berusaha memperluas wilayahnya, sementara negaranya makin makmur. Tapi di samping itu, sudah wajar bagi negara paling kuat untuk memiliki dua Guru Besar Agung.

"Memang, saat ini kita memiliki dua Guru Besar Agung yang tinggal di sini." Fei Jie tertawa dengan santai: "Manusia itu bodoh, mereka hanya melihat kekuatan dari kemampuan bertarung. Mereka tidak akan pernah menyadari kalau ada seseorang dengan kemampuan meracun yang sangat tinggi, maka dia juga pantas menjadi seorang guru besar..."

Fan Xian tiba-tiba berdeham untuk menghentikan gurunya yang sedang menyombongkan diri.

"... Jika kita mengesampingkan kuil yang paling misterius, Qing memiliki dua dari Empat Guru Besar Agung. Salah satunya adalah adik laki-laki dari guru yang mengajar Ye Liuyun, yang sekarang menjabat sebagai Komandan Pertahanan Jingdu."

Fan Xian membelalakkan matanya lebar-lebar, menyadari bahwa itu adalah sebuah posisi yang cukup penting. Tetapi pasukan pertahanan bertanggungjawab atas keselamatan seluruh wilayah Jingdu, posisi yang paling penting. Adik laki-laki dari gurunya komandan itu, Ye Liuyun atau siapa pun kah namanya, pasti sangat kuat.

"Ada lagi seseorang yang kuat, dan dia semestinya tinggal di istana kerajaan, meskipun tidak ada yang pernah melihatnya."

"Hei, Guru, kita kan sedang membahas Paman Wu Zhu."

"Kenapa terburu-buru?" Fei Jie kembali memberikan tatapan ke Fan Xian, "yang bernama Ye Liuyun berhasil memenangkan tujuh belas duel tanpa kalah sekalipun. Tapi saat ibumu datang ke kota itu untuk pertama kalinya, ibumu mengalahkan Komandan Pertahanan yang sekarang sedang menjabat hingga babak belur. Komandan itu bernama Ye Zhong, yang kebetulan adalah keponakan Ye Liuyun, dan karena alasan itu Ye Liuyun ingin mencari masalah dengan ibumu."

Fan Xian tertegun. Dia tidak tahu bahwa ibu yang tidak pernah dia lihat itu dulunya adalah sosok yang sombong.

Fei Jie terkekeh: "tetapi kemudian sesuatu terjadi, Ye Liuyun tiba-tiba berhenti mengganggu ibumu, dan Ye Zhong bahkan pergi ke Kuil Taiping untuk menuangkan teh untuknya dan meminta maaf."

"Hah?"

"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, benar-benar suatu misteri. Tapi aku duga Ye Liuyun dan Guru Wu Zhu pernah bertarung di balik tembok istana. Guru Wu adalah pelayan ibumu, jadi tidak aneh baginya untuk maju mengurusi masalah seperti itu." kata Fei Jie sambil mengangkat cangkir teh yang ada di tangannya dan menyeruput isinya.

"Akhirnya siapa yang menang?" Mata Fan Xian dipenuhi rasa ingin tahu. Walau dia tahu bahwa Wu Zhu itu kuat, dia tidak menyangka pemuda buta itu pernah berduel dengan salah satu dari Empat Guru Agung, Ye Liuyun.

"Tidak ada yang tahu, tapi kemungkinan pertarungan mereka berakhir imbang." Fei Jie terkekeh.

"Rupanya, setelah Ye Liuyun kembali ke sekolah pedang miliknya, dia berlatih ilmu pedang selama setengah tahun dengan mata ditutupi kain. Setelah itu, dia berhenti menggunakan pedang dan mulai belajar sanshou kuno, sebelum akhirnya menjadi seorang Guru Besar. Kalau dipikir-pikir kembali, pertempuran itu pasti memberinya banyak pencerahan... "

Fan Xian menopang wajah kecilnya, berpikir, "Empat Guru Besar Agung? Apakah itu berarti Wu Zhu adalah yang kelima?"

Mata Fan Xian berbinar kagum, kagum akan kenyataan bahwa pelayannya yang buta itu sangatlah kuat! Ketika dia mulai menjelajahi dunia suatu hari nanti, siapa yang perlu ditakutinya?

Tiba-tiba dia punya pertanyaan. "Guru, bukankah apa yang kamu ceritakan ini adalah sesuatu yang rahasia? Bagaimana Guru bisa tahu semua ini?"

Fei Jie menjawab dengan santai, "Aku pejabat berpangkat tinggi di Departemen Pengawas. Bagi kami, tidak ada rahasia di dunia ini."

Untuk beberapa alasan, Fan Xian selalu tertarik pada orang-orang kuat di dunia ini, seakan dalam beberapa tahun kedepan dia akan bertemu dengan salah satu dari mereka, itulah sebabnya dia bertanya, "Tiga lainnya, Guru, apakah kamu pernah melihat mereka?"

"Guru Besar Agung dari Qing yang satunya hanya ada dalam legenda, Aku duga dia ada di istana kerajaan, tapi tidak ada yang pernah melihatnya." Fei Jie berkata: "Kalau Guru Besar Agung di wilayah Qi Utara, dia adalah kepala pendeta, seorang pria botak mesum bernama Ku He."

"Botak?" Fan Xian mengira bahwa di dunia tanpa agama Buddha ini tidak akan ada biksu ..

"Seorang biksu. Aku mendengar dia pernah menjadi peziarah, berlutut di tangga kuil selama tiga bulan, bertahan dalam cuaca dingin dan berembun. Entah bagaimana, dia berhasil meyakinkan mereka yang ada di kuil, hingga dia menerima pencerahan jiwa dan akhirnya menjadi seorang guru besar. " Fei Jie meludah dengan jijik, ia tampak cemburu pada peziarah bernama Ku He itu: "Dilihat seklias saja kau bisa tahu bahwa si botak itu adalah pembohong."

"Kuil?"

"Kuil, tempat itu adalah kuil."

"Guru, omonganmu tidak jelas lagi."

"... Keberadaan kuil itu adalah yang paling misterius di benua ini. Konon, kuil itu adalah tempat leluhur kita dahulu beribadah. Tapi sayangnya, selain para bajingan yang sangat beruntung itu, tidak ada yang bisa menemukan letak pastinya kuil itu, dan jadinya tidak ada yang tahu seperti di dalamnya. "

"Mungkin ... kuil ini sama sekali tidak ada?"

Fei Jie memukul kepala kecil Fan Xian dengan keras: "Aku tidak peduli jika kamu mengacau setiap hari, tapi berani-beraninya kamu bersikap tidak sopan terhadap tempat suci seperti itu!"

Fan Xian memegang kepalanya dan menatap gurunya dengan kaget. Pertama, dia kaget karena kenyataan bahwa gurunya yang membunuh dengan racun tanpa ampun, ternyata sangat hormat terhadap sebuah kuil. Kedua, dari kenyataan bahwa dia sendiri pun dapat dengan mudah percaya akan hal-hal takhayul seperti Empat Guru Agung dan kuil-kuil dengan begitu mudah.

"Sepertinya aku cocok berada di dunia ini."