Gu Nianzhi dengan sengaja menutup panggilannya dengan Huo Shaoheng. Rasanya sangat melegakan.
Ia bangkit, meregangkan tubuhnya, lalu mulai berjalan memutari kamarnya. Ketika selesai meregangkan otot-ototnya, ia pergi ke gym milik Huo Shaoheng.
Gym itu dilengkapi berbagai mesin latihan dengan berbagai jenis.
Gu Nianzhi sangat membenci treadmill; ia menganggap benda itu sebagai musuh bebuyutannya. Ia tidak menyangka akan menghadapi mimpi buruk ini lagi—tidak setelah ia pindah dari markas besar tentara dua tahun yang lalu.
Ia pun menatap treadmill tak bersalah itu; matanya suram seraya ia perlahan mendekatinya. Sebuah pisau lipat Swiss Army berkilat di tangannya.
Lima menit kemudian, Gu Nianzhi keluar dari gym milik Huo Shaoheng dengan senyum penuh kemenangan di wajahnya.
Ia diam-diam telah memutus sambungan data dari treadmill itu.
Gu Nianzhi berjalan dengan riang menuju ke kamar mandi untuk mandi.