Chereads / Halo, Bapak Mayor Jenderal / Chapter 20 - The First Time Seeing Him

Chapter 20 - The First Time Seeing Him

HMG – 20 Pertama Kalinya Melihat Dia

Feng Yichen menganggukan kepalanya tanpa bersuara selagi ia melihat pemandangan di luar jendela mobilnya berlalu. Namun, hatinya masih merasakan kepiluan dan kepedihan dari beberapa minggu yang lalu.

Jika saja bencana tidak melanda keluarganya, ia tidak akan mau tinggal bersama dengan seseorang seperti Saudara Bin. Lagipula, ia tidak pernah berniat menikah dengannya, jadi ia sudah punya istri atau belum tak ada bedanya bagi Feng Yichen.

'Saudara Bin' yang lelaki pirang rujuk ialah seorang kepala geng yang terkenal jahat dalam dunia kriminal Kota C. Ia telah mengejar-ngejar Feng Yichen sejak lama dan Feng Yichen tidak pernah menganggapnya sebagai seorang pengganggu sebelumnya karena Feng Yichen selalu baik dalam berurusan dengan orang-orang. Feng Yichen juga tidak pernah memandangnya remeh atau menunjukkan rasa hina, yang mana itulah alasannya mengapa Saudara Bin bisa menjadi garis kehidupan terakhirnya saat ini.

Mobilnya berangsur menjadi semakin cepat dan Keluarga Feng kini bagai telah menjadi hantu di Kota C.

...

Belakangan ini, Huo Shaoheng juga sangat sibuk. Setelah mempelajari bahwa Yamaguchi Youka semestinya telah tewas dalam sebuah kecelakaan mobil setelah kembali ke Jepang, secara umum, insiden itu terasa sangat janggal. Pada awalnya ia pikir kondisi buruk Gu Nianzhi saat ini tejadi akibat kecemburuan Feng Yixi, tetapi is sadar semua itu tidaklah sesederhana yang terlihat.

"Pak, apa kita benar-benar tidak akan mengurusi Yamaguchi-gumi?" Zhao Liangze telah memfokuskan dirinya untuk mengumpulkan data dari Jepang akhir-akhir ini dan secara khusus fokus pada Yamaguchi-gumi.

Huo Shaoheng memainkan sebuah koin emas bundar di tangannya dan akhirnya menghempaskannya ke meja kerjanya. Ia telah memutuskan. "Tidak, kita tak akan mengurusi Yamaguchi-gumi."

"Apa?" Yin Shixiong dan Zhao Liangze sama-sama kaget dan berdiri, "Pak! Anda tidak ingin menuntut balas?!"

Ini tidak seperti Huo Shaoheng sama sekali.

Huo Shaoheng melirik mereka penuh arti. "Mana mungkin? Kita tidak akan mencari Yamaguchi-gumi, tapi kita akan mencari Oda Masao secara langsung."

Zhao Liangze yang pertama bereaksi dengan mata bersinar-sinar sambil mengacungkan jempol ke Huo Shaoheng. "Jenderal memang sungguh seorang Jenderal! Tembak kudanya sebelum penunggang kudanya, tangkap pemimpinnya sebelum antek-anteknya! Ayo temukan Oda Masao!"

Sekarang setelah mereka menetukan target untuk diburu, langkah berikutnya adalah mencari informasi tentangnya.

"'Ketahuilah musuhmu dan dirimu sendiri; maka dalam ratusan peperangan kau tak akan pernah berada dalam bahaya'" Huo Shaoheng berucap kepada dirinya sendiri. Kata-kata terkenal dari seorang legenda ahli strategi militer dan filsuf, Sun Tzu, dalam bukunya, Seni Perang, akan perlu Huo Shaoheng ikuti dan terapkan selagi Huo Shaoheng dan orang-orangnya menjalankan misi privat ini.

"Pak, sepertinya memang benar ada sesuatu yang mencurigakan dari Oda Masao." Zhao Liangze menampilkan informasi yang dikirim oleh anggota Satuan Operasi Istimewa di Jepang ke sebuah layar lebar ke Huo Shaoheng.

Huo Shaoheng menempatkan satu tangannya diatas meja panjang di depannya dan mengistirahatkan tangan satunya di sandaran kursi. Ia tampak sedang berpikir sambil mengangguk mengerti. "Kalau begitu, ayo bergerak; kita pergi ke Jepang."

"Anda pergi sendiri?" Zhao Liangze terkejut. "Tidak bisakah kita menyuruh orang-orang kita yang di sana saja untuk beraksi?"

"Ini masalah serius. Lebih baik aku pergi dan menanganinya sendiri." Huo Shaoheng berdiri dan menutup buku catatan di sampingnya, lalu berkata pada Zhao Lianze, "Kau dan Yin Shixiong beri tahu keluarga kalian bahwa kita akan pergi ke Jepang. Kali ini kita hanya bertiga."

"Baik!" Zhao Liangze menjawab dengan antusias. Kemudian, dengan suara lebih rendah, ia bertanya, "Bagaimana dengan markas? Dan Nona Gu?"

Sudah lima hari dan Gu Nianzhi belum juga bangun. Lagipula, Chen Lie yakin bahwa ada sesuatu yang berubah dalam sampel darah Gu Nianzhi dan ia sedang sibuk mencoba dan menemukan informasi tentang apa yang terjadi.

Namun, secara profesional dan pribadi, Huo Shaoheng harus pergi ke Jepang sendiri dan menemui Oda Masao ini.

"Untuk markas, aku sudah meminta Old Three dan Old Four [1] untuk datang. Tidak apa-apa." Huo Shaoheng mengatakannya selagi berjalan meninggalkan ruang konferensi.

"Old Three" and "Old Four" adalah dua sekretaris pribadi Huo Shaoheng yang lain.

...

Akhir pekan datang kembali, dan hari Sabtu semenjak Gu Nianzhi terkena H3aB7. Tepat satu minggu yang lalu, ia sedang menikmati tidur siang yang nyaman di apartemennya. Namun kali ini, ia terbaring tak berdaya di dalam rumah Huo Shaoheng di markas Satuan Operasi Istimewa.

"Nianzhi masih belum bangun?" Huo Shaoheng telah membawa Zhao Liangze dan Yin Shixiong ke Jepang, dan hal pertama yang ia lakukan adalah menelepon untuk menanyakan keadaan Gu Nianzhi yang terbaru.

Chen Lie menatap peralatannya dengan gugup. Setelah mendengar suara suram Huo Shaoheng dibalik ponsel, ia hampir tidak ingin menjawab. Setelah beberapa saat, Chen Lie berbicara dengan suara bergetar, "Sepertinya... ia akan bangun."

"Apa yang sedang kau bicarakan? Apa maksudmu sepertinya ia akan bangun?" Huo Shaoheng menggenggam ponselnya kuat-kuat dan duduk di sebelah jendela dari sebuah kamar di Hotel Chiba di Tokyo. Kaki Huo Shaoheng yang panjang diselonjorkan, tetapi ia duduk dalam posisi tegak dan kaku saat mendengar berita dari Chen Lie. Terletak di lantai 28, jendela kamar Huo Shaoheng memperlihatkan kehidupan malam perkotaan yang glamor, dan ia menatap balik wajahnya yang tegang yang terpantul dari kaca jendela kamarnya.

"Aktivitas otaknya tiba-tiba menjadi sangat aktif, detak jantungnya meningkat, kelopak matanya bergerak. Dibandingkan dengan data beberapa hari yang lalu, ini merupakan peristiwa yang tiba-tiba." Chen Lie sangat senang. "Apa Anda tahu apa artinya ini? Kondisinya sekarang menunjukkan tanda-tanda yang berkaitan dengan tidur REM!"

Huo Shaoheng duduk terdiam. Setelah beberapa saat ia memandangi ponselnya tidak percaya, ia tidak salah menghubungi orang dan lagi berita ini bukannya tidak mungkin terjadi.

"Maksud saya," Chen Lie berkata lagi, "Ia sedang bermimpi sekarang. Ini berarti ia akan segera bangun!"

Gu Nianzhi memang benar-benar sedang bermimpi.

Dalam mimpinya, ia kembali ke 6 tahun yang lalu: hari dimana ia bertemu Huo Shaoheng untuk pertama kalinya. Ia mengalami semuanya dengan jelas: langit biru, awan-awan putih, dan akhirnya sinar mentari yang menyinari dengan hangat belahan bumi tempatnya berdiri. Angin semilir berhembus di wajahnya; membawa sentuhan yang sangat akrab dari hari yang nyaman dan kehangatan malasnya.

Tiba-tiba, sebuah pesawat penumpang yang amat besar muncul dari lapisan-lapisan awan yang tinggi, sebuah pemandangan yang tidak sesuai dengan hari sederhananya itu. Semua orang mengangkat kepala mereka untuk melihat ke langit, label alfanumerik 'MH210' berwarna merah tua, seperti sebuah cap pada badan pesawat yang seputih salju. Meninggalkan kesan mendalam dalam pikirannya.

Dalam sekejap berikutnya, ia berada di tengah kobaran api dan sendirian di dalam sebuah mobil. Ia sangat ketakutan, menangis, dan berteriak. Ia memukul-mukul dengan keras jendela mobil dan hanya melihat bayangan orang-orang yang sedang menunjuk-nunjuk ke arah dirinya. Kobaran api itu semakin mendekat, membakar kulitnya. Ia bahkan dapat mencium bau ujung-ujung rambutnya yang terbakar. Ia ingin melarikan diri, tetapi mendapati dirinya tidak bisa melepaskan sabuk pengaman di tubuhnya. Asap mulai masuk ke dalam mobil dan penglihatannya semakin pudar. Dalam keterpurukannya, akhirnya ia melihat seseorang memecahkan kaca jendela.

Kobaran api yang amat besar merembet semakin dekat dan tubuh tegap Huo Shaoheng muncul dari balik kobaran. Wajah tampan Huo Shaoheng disinari kobaran api, pemandangan itu hangus ke dalam memori Gu Nianzhi. Huo Shaoheng memberanikan diri ke depan pintu mobil, menggunakan lengannya yang kuat untuk membongkarnya dan dengan ganas merobek sabuk pengaman Gu Nianzhi. Huo Shaoheng meletakkan kepala Gu Nianzhi ke dadanya dalam pelukan yang erat, dan menghalau api di dalam mobil. Dengan tangkas Huo Shaoheng berbalik, ia menggendong Gu Nianzhi dan melarikan diri dari kendaraan yang terbakar itu.

Duar! Duar! Duar!

Beberapa suara ledakan terdengar di telinga Gu Nianzhi dan kobaran api yang besar di belakangnya telah mencapai langit. Mobil yang terbakar baru saja meledak. Kemudian, dengan kekuatan yang besar sekali, ledakan itu mengeluarkan kepulan asap hitam ke langit dan menutupi bumi, getaran dari ledakan itu membuat orang-orang di dekatnya terjatuh.

Sang penyelamat Gu Nianzhi, Huo Shaoheng, menyadari bahwa telah sangat terlambat untuk melarikan diri dari area kobaran api, sehingga, dalam keputusasaan, ia turun ke tanah bersama Gu Nianzhi, dan melindungi Gu Nianzhi dengan tubuh besarnya.

Gu Nianzhi terbaring di tanah dan mengintip dari sekitar leher Huo Shaoheng. Ia hanya melihat warna api yang menyala liar di sekitar mereka. Kobaran api itu mengepung dan bercampur dengan asap tebal. Di sekitar dimana ledakan berasal, sebuah kawah yang dalam terbentuk. Mobil yang Gu Nianzhi naiki lebur menjadi abu belaka.

  1. Old Three dan Old Four: Julukan bagi dua orang sekretaris pribadi Huo Shaoheng yang lain.