Chereads / Halo, Bapak Mayor Jenderal / Chapter 23 - Sebuah Pengakuan Cinta

Chapter 23 - Sebuah Pengakuan Cinta

Gu Nianzhi mengingat kembali bahwa Feng Yixi pernah menepuk bahunya sebelum ia pingsan. Itu lah cara bagaimana Feng Yixi telah menyabotasenya.Sebuah tusukan yang sangat kecil hampir tak kentara di bahu Gu Nianzhi, tapi ia masih bisa merasakannya. Ia tidak akan pernah melupakan rasa sakit yang mengerikan dan rasa malu yang mengikutinya. Feng Yixi hampir menghancurkan hidupnya.

Gu Nianzhi juga dengan tangkas menghubungkan titik-titik peristiwanya: ia telah menjadi yang top dalam ujian penerimaan pasca sarjana, tapi ia melewatkan wawancara. Feng Yixi, yang menempati tempat kedua selama ujian akan mendapatkan keuntungan.

Gu Nianzhi sudah terlampau lengah akan Feng Yixi: siapapun dengan pikirannya yang waras akan langsung turun ke rumah Keluarga Feng dengan penuh kemarahan dan membalaskan dendam mereka sekarang. Tapi untuk saat ini, Gu Nianzhi harus berpuas diri hanya dengan tidak mengakui Feng Yixi sebagai "sahabat".

Ia mungkin polos tetapi ia tidak bodoh.

Mei Xiawen terdiam beberapa saat sebelum mengatakan, "Reputasi Feng Yixi telah cukup rusak dan hancur selama beberapa hari yang lalu. Sebenarnya itu yang terbaik, memutuskan hubungan dengannya. Kau tidak ingin ia ikut menarikmu jatuh dan terpuruk, kan?"

"Ada apa dengan reputasinya? Bukannya kau berkata ia terkenal sekarang?" Gu Nianzhi berkedip lalu berkata dengan sedikit genit dan malu-malu melihat ke arah Mei Xiawen, "Class Rep, tolong jangan bercanda, aku hanya seorang gadis muda dan tidak berpendidikan."

Mei Xiawen tidak merespon.

Chen Lie telah memperhatikan mereka berduatertarik. Ia mendengus mendengarnya. "Nianzhi yang tersayang mungkin masih muda tapi ia bukannya tidak berpendidikan sama sekali kan, Class Rep Mei?"

Mei Xiawen luruh karena tatapan genit Gu Nianzhi, dan dengan segala kesulitan ia berhasil mengumpulakan energi dirinya kembali. Ia menundukkan kepala malu-malu; ia tidak percaya diri untuk melihat ke mata Gu Nianzhi yang cantik dan ceria. Ia mengambil ponselnya tetapi ragu-ragu sesaat sebelum akhirnya mengumpulkan keberanian untuk menyerahkan ponsel itu kepadanya. "Ini, lihat sendiri saja."

Gu Nianzhi menerima ponsel itu dan menemukan sebuah foto dirinya sendiri. Mei Xiawen menggunakan fotonya sebagai gambar latar belakang layar ponselnya. Gu Nianzhi berkedip-kedip, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia memutuskan untuk berpura-pura tidak melihatnya. Ia membuat gerakan membuka kunci ponsel dengan setengah hati kemudian menyerahkannya kembali sambil tersenyum, "Class Rep, aku tak dapat membukanya."

Ponsel itu hanya bisa dibuka dengan sandi sidik jari. Tentu saja ia tidak dapat membukanya.

Mei Xiawen tersenyum balik, menekan tombol Home, dan menempelkan jarinya untuk membuka ponsel itu. Kemudian ia mengambil tangan Gu Nianzhi dan berkata lembut, "Ini, masukkan juga sidik jarimu. Dengan begitu kau bisa membuka ponselku kapanpun kau mau."

Gu Nianzhi terpana. Apa yang sedang terjadi?

"Class Rep, ponselmu harusnya menjadi privasimu. A-a-aku tak mau melanggar privasimu." Gu Nianzhi mencoba menarik tangannya dari genggaman Mei Xiawen.

Mei Xiawen tidak melepaskan tangan Gu Nianzhi. Tatapannya lembut namun tegas. "Aku tak ingin menyembunyikan apapun darimu. Aku menyerahkan privasiku kepadamu."

Saat itu, Gu Nianzhi, walau begitu polosnya, ia akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi dan sekarang ia benar-benar bingung. Belum pernah ada yang menyatakan cinta dengan terang-terangan seperti ini. Ia tidak tahu bagaimana menanganinya. Ia melihat ke arah Chen Lie berharap ia membantunya.

Mata Chen Lie mengerut sambil tertawa dan mengedipkan mata kepada Gu Nianzhi. Ia bersiul dan berkata, "Niazhi kecil sayangku akan memiliki pacar pertamanya! Aku yakin Paman Huo akan sangat senang mendengarnya."

Gu Nianzhi kehilangan kata-kata.

Mei Xiawen dengan sigap mengambil kesempatan ini untuk menyimpan sidik jari Gu Nianzhi ke dalam ponselnya dan mengaturnya sebagai sandi kedua. Ia kemudian membuka akun Weibonya dan menunjukkan berita terbaru tentang Feng Yixi.

Gu Nianzhi merasa wajahnya memanas. Pikirannya benar-benar kacau. Namun, perhatiannya langsung tertuju pada berita-berita tren tentang Feng Yixi di Weibo. Ia dengan cepat memindai berita-beritanya. Ujung bibirnya perlahan merengut seraya berkata, "Aku paham. Iya, dia seorang selebriti internet sekarang, dalam setiap arti katanya."

Gu Nianzhi tahu bahwa Feng Yixi tidak begitu menghargai selebriti internet. Setiap kali membicarakannya, Feng Yixi akan mencemooh dengan cibiran.

Dalam dua tahun terakhir, Feng Yixi selalu berperan sebagai yang kedua di belakang Gu Nianzhi. Gu Nianzhi telah merasakan kecemburuan Feng Yixi kepadanya, tapi kepicikan dan kecemburuan memang selalu mewarnai persaingan antara perempuan. Gu Nianzhi tidak mengambil pikir akan hal ini, tak pernah membayangkan kecemburuan Feng Yixi suatu hari akan membuatnya menyabotase Gu Nianzhi.

Mei Xiawen menghela nafas singkat. "Seharusnya dia sudah tahu. Apa yang membuatnya berpikir kalau menggunakan obat-obatan adalah ide yang bagus? Ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri atas kekacauan besar yang terjadi sekarang. Ia sudah dipastikan masuk Sekolah Hukum Universitas B; posisi itu miliknya, tapi ia menyiakan-nyiakannya. Ia dikeluarkan secara tidak hormat, dan aku dengar ia bahkan dihukum penjara dan satu tahun pelayanan publik."

Gu Nianzhi mengembalikan ponsel Mei Xiawen dan tersenyum. Dalam lubuk hatinya, ia tidak bisa mengingkari bahwa ia cukup gembira dengan kemalangan Feng Yixi. "Kau menuai apa yang kau tanam. Seperti kataku, ia berada di kelas yang sangat berbeda, jauh dari jangkauanku. Tolong jangan pernah menyebutnya sahabatku lagi. Ia selalu mengklaim sebagai sahabatku, betul, tapi aku tak pernah mengatakan iya, tidak sama sekali."

Mei Xiawen mengangguk. "Aku mengerti. Aku ada di pihakmu, dan aku akan memastikan untuk membenarkan siapapun yang mengatakan sebaliknya kedepannya." Ia sejenak berhenti, lalu bertanya, "Bagaimana denganku? Apa aku sahabatmu?"

"Class Rep, kau teman baik semuanya di kelas kita." Gu Nianzhi dengan tangkas mengalihkan otaknya untuk menjawab dengan jawaban itu, dan ia senang ia bisa memberikan jawaban bagus.

Mei Xiawen meletakkan tangannya ke dalam sakunya dan berkata dengan tawa, "Jangan buru-buru hanya menganggapku sebagai teman biasa. Aku ingin lebih dari sekedar sahabatmu, kau tahu itu."

"Itu ungkapan yang bagus, Class Rep, kau tahu betul bagaimana caranya bercanda." Gu Nianzhi membuka kotak hadiah dari Mei Xiawen: itu adalah sebuah gaun malam berbahan sutra murni dengan ekor berwarna hijau seperti kacang polong, sebuah gaun merek Valentino.

"Class Rep, aku tak bisa menerima hadiah ini, ini sangat mahal," kata Gu Nianzhi, melihat merek di labelnya. Ia cepat-cepat meletakkan gaun itu kembali ke kotaknya dan menyerahkannya ke Mei Xiawen.

"Jangan khawatir, itu tidak begitu mahal, sungguh. Aku bisa membelinya." Mei Xiawen bersikeras menolak kembali kotak hadiahnya. "Kalau tak mau, aku akan membuangnya ke sampah."

Gu Nianzhi sekali lagi kehilangan kata-kata.

Chen Lie menyipitkan matanya ke gaun itu, lalu terkekeh. "Oh baiklah, itu bahkan bukan dari koleksi musim ini. Pakaian-pakaian musim lalu hanya pas di tempat sampah, tak ada yang salah dengan itu."

Mei Xiawen melihat Chen Lie dengan kaget.

Bagaimana mungkin ia bisa tahu, hanya dengan sekilas pandang, bahwa gaun ini dari koleksi musim yang lalu? Ia pasti memiliki penglihatan yang luar biasa, pikir Mei Xiawen.

Begitu Chen Lie mengatakan hal itu, Gu Nianzhi tahu bahwa tidaklah sopan untuk membuang gaun itu. Ia tersenyum dan berkata, "Ini gaun malam yang sangat cantik, dan dari merek terkenal lagi. Akan sangat sayang bila membuangnya begitu saja ke tempat sampah. Aku tahu Class Rep bercanda akan membuangnya. Aku akan terima. Terima kasih."

Ia hanya harus membalas hadiah ini dengan hadiah yang bernilai setara sebagai hadiah kelulusan.

Chen Lie telah membuka pintu kamar tidur dan berdiri di sana sambil tersenyum kepada Mei Xiawen. Sangat jelas maksudnya untuk mengusir Mei Xiawen secara halus sekarang juga.

Mei Xiawen tahu ia tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Ia dengan enggan bertanya, "Kapan kau akan masuk kelas lagi, Nianzhi?" ia menambahkan, "Jangan khawatir tentang wawancara pasca sarjana. Feng Yixi meraih skor tertinggi di wawancara, tapi ia sekarang terlibat masalah, Profesor He Universitas B takkan pernah menerimanya. Kau masih punya kesempatan."

Gu Nianzhi berjalan ke arah Mei Xiawen dengan maksud mengantar kepergiannya. Ia tertawa dengan nada mencela dirinya sendiri. "Kesempatan apa? Aku menjatuhkan bola kesempatan itu di saat yang paling krusial. Jika Feng Yixi dikeluarkan, kandidat dengan skor tertinggi kedua akan menggantikan tempatnya, itu saja."

Mei Xiawen berjalan ke depan pintu dan berhenti di depan lift. Ia berkata, "Feng Yixi adalah yang satu-satunya lolos wawancara hari itu. Yang lainnya sudah ditolak. Aku dengar dosen-dosen kita mengatakan bahwa Profesor He masih ada di sekolah kita dan mereka berusaha membuatnya melakukan wawancara sekali lagi. Jadi aku buru-buru kemari untuk memberitahumu. Lihat, apa yang menjadi hakmu akan tetap menjadi milikmu. Tak ada seorang pun yang bisa merebutnya darimu."

Kata-kata Mei Xiawen membuat Gu Nianzhi sangat bahagia. Ia tersenyum dan berkata dengan manisnya, "Terima kasih atas kata-katamu yang indah, Class Rep. Ketika aku kembali ke sekolah aku akan mencari Profesor He dan mencoba keberuntunganku."