Ekspresi Mei Xiawen terlihat menggelap.
Ia menyandarkan kepala di tangannya, sikunya diletakkan di meja. Ada secercah kesedihan dalam suaranya. "Aku masih muda dan bodoh, dan tidak memperhatikannya. Ia teguh pendirian dan keras kepala, dan egoku terlalu tinggi dan tidak mau mengalah. Setelah ia meninggalkan negara ini, ia sendirian di tempat yang asing. Saat itu ia membutuhkan orang lain untuk membantunya, tapi aku terlalu jauh."
Gu Nianzhi tiba-tiba menyadari perkataan Mei Xiawen. Ia sangat terkejut, "Ia punya pacar baru?"
Mei Xiawen menatapnya dengan senyum getir. "Nianzhi, ayolah. Kau tidak harus memperjelasnya. Aku juga punya ego, tahu."