Jam sekolah telah usai maka banyak murid-murid yang berjubel menuruni tangga. Karena terhalang oleh kerumunan, He Jichen berteriak kesal, "Minggir kalian!"
Seketika itu juga mereka memberinya jalan, mulai dari lantai empat hingga ke lantai satu.
Namun tetap saja ia tidak dapat menemukan gadis itu.
Ia bergegas keluar dari deretan ruang kelas ke tempat di mana terakhir kali ia melihat si "Gadis Cola", namun gadis itu sudah tidak lagi berada di sana.
He Jichen berdiri di tempat gadis itu sebelumnya berada, suasana hatinya seketika memburuk.
Ia selalu beranggapan bahwa dirinya tak punya hati, namun untuk yang pertama kali dalam hidupnya, ia digerakkan oleh kekuatan cinta.
He Jichen tertegun cukup lama hingga akhirnya mendengar seseorang memanggil "Kak Ge" dari arah belakangnya. Ia pun berbalik dan melihat Fatty beserta anggota gengnya, yang seharusnya sedang membersihkan toilet, turun menyusulnya dengan tergesa, sambil membawa sapu dan alat pel di tangan mereka. Dengan kuatir mereka bertanya, "Kak Chen, siapa yang perlu kita hajar?"
"Aku ingin sekali menghajarmu, bedebah," pikir He Jichen. Ia lantas melambaikan tangan sebagai isyarat agar mereka bubar dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Setelah mereka bubar, He Jichen terus berdiri mematung di tempat itu sebelum akhirnya kembali ke lantai atas.
Gengnya baru selesai membersihkan toilet ketika langit mulai gelap. Mereka menenteng tas ransel masing-masing dan berjalan meninggalkan sekolah dengan kompak, menuju sebuah rumah makan yang menjual Lamian.
Setelah membayar makanannya, Fatty bertanya, "Selanjutnya: ke warnet?"
Dengan sebatang rokok di mulutnya, He Jichen tidak berkata apa-apa sampai sang manajer rumah makan menyerahkan uang kembaliannya. "Kalian saja yang pergi. Aku tidak mau."
Fatty bertanya lagi, "Kak Chen, kau mau ke mana?"
He Jichen mengangkat tas ranselnya dan meninggalkan gengnya. Setelah berjalan cukup jauh, ia berkata, "Pulang."
Laoda kita adalah orang yang "tidak pulang ke rumah di malam hari"Apa yang terjadi padanya hari ini? Laoda benar-benar ingin pulang?
Para anggota geng saling bertukar pandang, seakan baru mendengar suatu hal yang sulit dipercaya.
Ketika akhirnya He Jichen sampai di rumah, hari sudah malam.
Ayahnya juga pulang terlambat, karena itu keluarganya baru saja selesai makan malam. Ketika sang pembantu membukakan pintu untuknya, wanita itu segera membantu membawakan tas ranselnya dan bertanya, "Er Shaoye
He Jichen sedang tidak ingin bicara, maka ia pun hanya bergumam "mm." Ia mengganti sepatunya dengan sandal dan baru saja menaiki dua anak tangga ketika ibunya memanggil, "Ah Chen, kemarilah."
Sambil menggigit bagian dalam kedua pipinya, He Jichen berdiri di sana. Kedua tangannya terselip ke dalam saku celana, ia terlihat kesal. Ia kemudian memutar badan tanpa beranjak dari tempatnya berdiri, melihat ke arah ruang makan.
Ia baru saja hendak mendenguskan kata "Apa?" dengan kesal ketika kedua matanya menuntunnya pada seorang gadis yang duduk di samping He Yuguang. Sebuah pepatah kuno mengatakan: "Kau berkelana begitu jauh, padahal apa yang kau cari berada tepat di depan mata."
Gadis yang selalu ada dalam benakku, yang membuatku menghabiskan lebih dari sebulan untuk mencarinya, ternyata sedang duduk di ruang makan di dalam rumahku, dengan tenang dan begitu elegan menikmati makan malam bersama keluargaku?!
Seketika itu juga, segala bentuk umpatan yang tak terhitung jumlahnya melintas di benak He Jichen.