Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 350 - Ji Yi, Maukah Kau Mempercayaiku? (10)

Chapter 350 - Ji Yi, Maukah Kau Mempercayaiku? (10)

Kukira kami tidak akan pernah bisa kembali ke tahun-tahun di mana kami begitu akrab dulu, tetapi dalam dua bulan terakhir ini di tim produksi...

Dia yang begitu uring-uringan saat mengetahui aku telah melukai diriku sendiri untuk membalas dendam pada Qian Ge...

Dia yang memecat semua staf yang disogok oleh Qian Ge dan mengatur sehingga segenap tim produksi memanjakanku...

Dia yang menyiapkan pesta kejutan pada malam ulang tahunku...

Semua hal-hal kecil yang dialaminya di masa lalu dengan jelas kembali diingatnya, sedikit demi sedikit...

Orang-orang yang sedang menunggu He Jichen semuanya sudah berkumpul dengan tak sabar di dekat tempat mereka, tetapi He Jichen seakan tidak melihat mereka di sana. Wajahnya terlihat kosong ketika dia dengan sabar menunggu Ji Yi berbicara.

Di samping mereka, Chen Bai memandangi gadis itu dengan raut wajah yang aneh, lalu mengerutkan kening dan menoleh ke arah He Jichen.

Ada apa dengan mereka berdua? Yang satu memanggil yang lain, tetapi sekarang mereka hanya berdiri mematung seperti ini selama setengah hari. Padahal yang satu sudah berbalik, namun yang memanggil tidak mengatakan apapun lagi... Sungguh tidak masuk akal...

Karena Ji Yi masih belum bersuara, Chen Bai mendeham dan memecah kesunyian, "Nona Ji, apakah anda memanggil Tuan He untuk membicarakan sesuatu?"

Mendengar suara Chen Bai, gadis itu menoleh ke arahnya dan menyadari bahwa dirinya pasti telah tenggelam dalam pikirannya terlalu lama. Ji Yi spontan memandang He Jichen dan membuka mulut, bersiap mengatakan sesuatu, tetapi ketika kata-kata itu sudah sampai di ujung bibirnya, dia teringat bahwa Chen Bai masih berdiri di samping mereka. Maka ia menelan kembali kata-kata yang hendak diucapkan dan menoleh pada Chen Bai lagi.

He Jichen menyadari bahwa Ji Yi sedang melihat ke arah asistennya, jadi dia pun memandang pria itu.

Chen Bai menyadari bahwa mereka berdua kini sedang memandanginya. Sadar diri, pria itu menunduk untuk memeriksa dirinya dari atas ke bawah.

Pakaianku tidak apa-apa kok; tidak ada yang salah denganku... Kenapa mereka memandangiku? Sebelum pikirannya meraba-raba lebih jauh, ia mendengar suara He Jichen. "Kau bisa pergi dulu."

Tertegun sesaat, Chen Bai lantas bereaksi dengan cepat setelah menyadari bahwa mereka berdua tadi memandangnya hanya karena dia menghalangi percakapan mereka. Setelah menjawab dengan kata "Ya," dia segera berlari menjauh dan menghadang asisten sutradara yang hendak mendesak He Jichen untuk bergegas.

He Jichen menolehkan kepalanya sampai ia yakin bahwa Chen Bai sudah cukup jauh dan tidak akan bisa mendengar percakapan mereka. Kemudian perlahan dia menatap ke dalam mata Ji Yi.

Ketika pandangan mereka bertemu, jemari gadis itu mengepal, lalu perlahan ia menggerakkan bibirnya. "He Jichen, di malam ulang tahunku waktu itu, apakah kau serius tentang apa yang kau katakan padaku?"

Apa yang kukatakan dulu? Apakah ini pertanyaan yang sama, yang sudah kutunggu-tunggu jawabannya?

He Jichen tidak berani mengambil resiko, ia hanya menahan napas sembari memandang gadis itu.

Seakan sedang melawan dirinya sendiri, Ji Yi mencengkeram erat lengan bajunya.

Selama beberapa tahun ini, dia melakukan begitu banyak hal untukku, jadi apakah itu berarti bahwa dia selalu peduli padaku, sahabatnya?

Dia menimbulkan luka yang paling menyakitkan, tetapi dia juga memberiku kehangatan yang paling indah. Dia bahkan membantu membangun jalan untukku memasuki industri entertainment...

Ji Yi lalu membulatkan tekadnya dan berkata, "Yang kau katakan dulu, 'Bisakah kita kembali seperti dulu?'... apakah kau serius tentang hal itu?"

Jadi rupanya, dia memang bermaksud menanyakan tentang hal itu...

He Jichen berusaha keras untuk mengendalikan dirinya dan dengan pelan ia mengangguk. Khawatir Ji Yi merasa dirinya tidak cukup tulus, maka ia pun berkata, "Ya, aku serius."

Gadis itu lalu mengerjapkan mata pada He Jichen dan menekuk ujung-ujung bibirnya menjadi sebuah senyuman. "Kalau kau memang serius, mari kita kembali seperti dulu."

"...seakan tidak pernah terjadi apapun. Mari kita kembali seperti yang dulu dan terus berteman baik."