Kalau hal ini terjadi sebelumnya, gadis itu pasti akan memperlakukan He Jichen secara berbeda. Tanpa disadarinya, dia sebenarnya tertarik dengan gadis yang disukai oleh He Jichen. Ia kemudian bertanya, "Dia pasti sangat spesial sampai-sampai kau menyukainya, kan?"
"Mhm, dia sangat cantik…" Sedetik yang lalu, He Jichen terlihat sedih, tetapi ketika dia membuka mulut dan membicarakan tentang gadis yang disukainya, wajahnya menjadi sedikit lebih cerah. "…punggungnya terlihat cantik. Dia terlihat paling menawan saat rambutnya digerai. Dia sangat pintar, kecerdasannya hanya dimiliki segelintir gadis saja…"
Ketika menyebut bagian terakhir itu, ada sekilas senyuman di matanya seakan dia sedang berbagi sesuatu yang dia banggakan. Suaranya sarat dengan kasih sayang yang bahkan dia sendiri tidak menyadarinya. "Saat dia tersenyum, di pipinya ada sepasang lesung pipi… Mm, dia pandai menari… tubuhnya sangat lentur seakan tak bertulang…"
Ji Yi menatap He Jichen yang terlihat begitu lembut, tenggelam dalam pikirannya dan sedikit melamun.
Dia tidak pernah tahu bahwa He Jichen memiliki sisi yang lembut seperti itu. Dia terlihat sangat mirip dengan karakter pria dari manhua
Ji Yi tidak yakin apakah ada yang salah dengan dirinya, atau apakah karena ketertarikannya pada gadis Cola yang semakin besar sehingga dadanya terasa sesak dan dia merasa kurang sehat. Akan tetapi reaksinya itu terjadi cukup singkat, maka ia pun segera melanjutkan percakapan untuk menyembunyikan perasaan itu. "Mendengarmu berbicara tentang dia seperti iniꟷDia pasti sangat spesial dan istimewa. Di mata orang lain, dia pasti gadis yang membuat orang iri, kan?"
Kehangatan seolah menyelimuti tubuh He Jichen; terlihat jelas bahwa dia tidak ingin berhenti membicarakan gadis itu. "Aku tidak peduli apakah dia terlihat baik ataukah tidak di mata orang lain. Di mataku, dia unikꟷyang terbaik di dunia ini."
Kata-kata seperti itu terdengar picisan, tetapi juga menyentuh. Jika kata-kata itu keluar dari mulut pria lain, mereka hanya akan terlihat seperti tukang rayu.
Tetapi diucapkan oleh He Jichen, yang bisa dirasakan oleh Ji Yi adalah emosi yang dalam dan keseriusan.
Jauh di dalam lubuk hatinya, Ji Yi mencoba menekan perasaan tak nyaman yang baru dirasakannya. Ia mengira bahwa dirinya mungkin tersentuh oleh perasaan He Jichen. Sembari menelan ludah seolah menelan segala rasa tak nyaman dalam dadanya, dengan sambil lalu gadis itu berkata, "Sepertinya kau benar-benar menyukainya..."
Langkah kaki He Jichen yang perlahan menghampiri Ji Yi mendadak terhenti.
Ji Yi juga spontan berhenti dan menatap He Jichen dengan heran.
Tak tahu sejak kapan, He Jichen sudah berbalik dan menatap gadis itu. Matanya begitu bersinar, tak seperti biasanya, seakan cahaya dari sekitar mereka terpantul di matanya.
Pandangan mata mereka bertemu, dan mereka saling bertatapan lekat. Pemuda itu terdengar jauh lebih tegas daripada sosok yang berkata-kata dengan lembut sebelumnya. "Sangat suka… aku sangat menyukainya sehingga jika aku menatapnya terlalu lama, rasanya aku ingin memeluknya."
Ji Yi tertegun sembari membalas tatapan He Jichen. Reaksinya terlalu lambat.
Entah untuk berapa lama Ji Yi tertegun, sampai angin malam yang dingin menerpanya dan membuatnya gemetar, menyadarkannya.
Ji Yi menyadari bahwa dia masih menatap kosong ke arah He Jichen. Dengan gugup, dia buru-buru mengalihkan pandangan dan menatap jalanan di depannya, diam-diam mulai melangkah pergi.
Setelah sekitar sepuluh detik, Ji Yi mendengar suara langkah He Jichen di belakangnya. Dia tahu He Jichen sedang menyusulnya, dan itu membuat jantungnya berpacu semakin cepat.