Mata He Jichen seolah menyeret Ji Yi ke dalam samudera ketenangan sehingga gadis itu tak mendengar sorakan meriah dan tepuk tangan di sekitar mereka. Seketika itu juga, Ji Yi lupa di mana dia berada dan apa yang baru saja terjadi. Ia terus menatap sepasang mata pemuda itu seolah terhipnotis oleh kedalaman emosinya. Dunia di sekelilingnya seolah kosong, hanya ada mereka berdua.
Sepasang mata pemuda itu bagai lautan bintang yang luas, yang menyembunyikan kejernihan dan kesempurnaannya yang begitu cemerlang. Ada sinar berpendar dari sorot mata pemuda itu yang seakan memiliki kekuatan mistis, memanggil Ji Yi untuk menyelam di dalamnya. Ji Yi tidak dapat mengendalikan diri dan tak dapat menolak, ia jatuh semakin dalam hingga memasuki dunia He Jichen di dalamnya.
Seketika itu juga, napas dan detak jantungnya seolah menghilangꟷbahkan darah di sekujur tubuhnya seakan berhenti mengalir.
Ji Yi dapat merasakan dengan jelas dadanya yang sesak karena terlalu lama menahan napas, tetapi ia merasa tak sanggup menarik napas.
Samar-samar, ia mendengar seseorang berbicara di dekat telinganya, tetapi Ji Yi tidak dapat mendengar apa yang dikatakan.
Satu-satunya yang bisa dilakukan Ji Yi saat itu adalah terus menatap pemuda itu.
Saat Ji Yi mengira dia akan pingsan karena terus menahan napas, seseorang menarik lengannya, mengguncangkan tubuhnya yang terpaku.
Akhirnya pandangan Ji Yi terlepas dari He Jichen dan ia menoleh pada layar besar, yang menunjukkan pemenang MVP. Ketika melihat gambar itu, perlahan Ji Yi menyadari bahwa orang yang didengarnya sedang berteriak dengan begitu antusias adalah Tang Huahua. "Xiao Yi! Keren sekali, He Xuezhang sangat, sangat kereeeeennn! Dia keren sekali!!! Aaaahhh!!! Aku akan mati!!"
Sambil mengatakan hal itu, Tang Huahua memeluk Ji Yi dan menyandarkan kepala di pundaknya seperti seekor kucing kecil, menggesekkan kepalanya dengan imutnya sambil menangis "waaa-waaa-waaa."
Sekujur tubuh Ji Yi gemetaran ketika ia sepenuhnya tersadar.
Kemudian dia menyadari betapa lama dia dan He Jichen sudah saling bertatapan...
Pandangannya spontan kembali ke wajah He Jichen. Mata pemuda itu yang penuh dengan misteri masih menatapnya lekat.
Hanya dengan sekali beradu pandang, Ji Yi merasa jiwanya tersedot. Dia merasa sangat takut sehingga segera memalingkan wajah untuk menghindari tatapan He Jichen. Walau begitu, dia masih bisa merasakan tatapan pemuda itu, dan di bawah tatapannya, gadis itu merasakan darahnya mengalir naik dengan deras dari ujung kakinya. Entah mengapa, Ji Yi merasa gugup dan tak berdaya. Dalam situasi darurat itu, ia mendorong Tang Huahua yang menempel padanya, lalu membalikkan badan. Tanpa menoleh ke belakang, ia berlari menuju ke arah kamar kecil.
Tergesa-gesa ke kamar kecil, Ji Yi membuka pintu ruang toilet dengan tanpa menghiraukan orang yang mengantri di depannya. Sebelum sempat mengucapkan kata "maaf", Ji Yi memasuki bilik toilet dan menutup pintu dengan suara "brak!" Ji Yi bersandar pada dinding bilik toilet yang dingin dan mulai menarik napas dalam-dalam sambil menepuk-nepuk dadanya.
Tak peduli seberapa kerasnya ia berusaha untuk bernapas, ia masih tersengal-sengal. Ia masih merasa kekurangan udara.
Ji Yi benar-benar merasa kesulitan bernapas hingga ia terus memutari bilik toilet yang kecil itu. Setelah duduk di atas toilet untuk beberapa saat, gadis itu lantas berdiri di atasnya. Ia merasa sangat menderita hingga menempelkan wajahnya ke dinding untuk beberapa saat lamanya. Kegelisahan dan kepanikan masih terus menyerangnya cukup lama sebelum akhirnya napasnya mulai tenang. Akan tetapi, irama detak jantungnya masih kacau balau.