Meskipun Lin Ya menyanggah kecurigaan Bo He dengan alasan yang kuat kala itu, namun masih ada keraguan di hatinya.
Saat He Jichen menelpon nomor kamar asrama mereka, Lin Ya sedang berada tepat di sampingnya. Bo He dan Tang Huahua juga sedang bersamanya, jadi apakah waktu itu He Jichen sebenarnya mencari Ji Yi?
Terkadang, intuisi seorang wanita sangatlah akurat.
Lin Ya harus mengakui, bahwa ketika ia mengundang He Jichen akhir pekan itu, ia sengaja memberitahu He Jichen bahwa Ji Yi juga akan ikut pergi ke pemandian air panas itu.
Ketika ia melihat He Jichen muncul di Paviliun Peoni, akhirnya ia benar-benar paham.
He Jichen tidak tertarik padanya. Pemuda itu jelas-jelas tidak jatuh hati padanya, melainkan pada Ji Yi.
Sudah lebih dari sebulan sekarang aku telah dimanfaatkan dengan bodohnya.
Bagaimana mungkin aku menerimanya begitu saja?
Ia tidak ingin kehilangan harga dirinya di depan He Jichen, maka ia membuat rencana untuk menghancurkan Ji Yi. Lin Ya ingin agar Bo He dan Tang Huahua membenci gadis itu, dan ia ingin He Jichen berpikir bahwa Ji Yi adalah seorang wanita yang licik dan penuh perhitungan... maka Lin Ya membuat sandiwara malam itu.
Lin Ya telah mempersiapkan semuanya dengan baik untuk rencananya malam itu. Ia sangat yakin rencananya akan berhasil, tapi dia tidak menyangka bahwa Ji Yi menggunakan alat perekam pada dirinya.
Pada akhirnya, bukannya merusak reputasi Ji Yi, ia justru merusak dirinya sendiri. Bo He dan Huahua kini pasti memandangnya secara negatif, sedangkan He Jichen...
Memikirkan hal itu, jari-jemari Lin Ya gematar. Perlahan ia mendongak, dan melihat ke arah He Jichen.
Pemuda itu sedang membungkuk untuk mengambil tas Lin Ya...
Saat itu, secercah harapan muncul di hati Lin Ya yang hancur. Jika dia melakukan ini untukku, apakah itu berarti dia memaafkanku?
"He Dage, Aku..."
Sebelum Lin Ya bisa menyelesaikan kalimatnya, He Jichen menegakkan badan, mengangkat tangannya, dan melempar tas itu ke wajah Lin Ya.
Tindakan He Jichen itu bagaikan menghujam jantung Lin Ya, menimbulkan rasa sakit yang tak tertahankan. Hatinya hancur berkeping-keping.
Dia bukannya membantu mengambilkan tasku; dia membalasku dengan perlakuan yang sama, seperti waktu kulempar tas itu ke Ji Yi!
Air matanya seketika itu berjatuhan. Ia menoleh dan melihat ke arah He Jichen sambil berkata, dengan suara tercekat, "He Da..."
Lin Ya hanya dapat mengucap dua patah kata itu sebelum He Jichen mundur dan masuk kembali ke kamarnya. Seolah-olah pemuda itu tak ingin lagi membuang waktu bersamanya. Dia membanting pintu kamar tepat di depan wajah Lin Ya.
-
Setelah pertikaian itu, Ji Yi tidak ingin lagi menghabiskan sisa akhir pekan di pemandian air panas itu. Keesokan harinya, Ia mengirim pesan ke Li Da, Bo He, dan Tang Huahua bahwa ia tidak bisa tinggal lebih lama karena suatu hal.
Ji Yi tidak kembali ke asrama kampus malam itu, karena kelas baru dimulai keesokan harinya. Saat dia kembali ke kampus, dia langsung menuju kelas.
Lin Ya tidak muncul, bahkan setelah bel kelas berbunyi.
Setelah kelas selesai, saat Bo He dan Tang Huahua menemui Ji Yi untuk bicara, Ji Yi baru tahu bahwa Lin Ya belum kembali ke asrama.
Sampai beberapa hari kemudian, baik di kelas maupun asrama, Lin Ya tidak pernah lagi terlihat.
Ketika mereka bertiga—Ji Yi, Bo He, dan Tanghuahua—selesai belajar dan kembali ke asrama pada hari Jum'at, Tang Huahua baru saja hendak mengambil kunci untuk membuka pintu ketika seseorang membukanya dari dalam kamar.
Orang itu tak lain adalah Lin Ya, yang selama beberapa hari terakhir tidak kelihatan batang hidungnya. Gadis itu keluar kamar sambil menyeret sebuah koper.