Setelah keluar dari restoran, Ji Yi berjalan ke arah lift dan dengan ragu menatap nomor-nomor lantai sebelum akhirnya memencet tombol untuk lantai paling atas.
Semakin angka merah pada lift bergerak naik, dalam hati, Ji Yi semakin merasa gugup. Gadis itu mencengkeram erat kantung makanan di tangannya.
Ketika sampai di lantai atas, pintu lift terbuka dengan suara "Ding――." Ji Yi menarik napas, lalu melangkah keluar.
Setelah menyusuri koridor yang panjang dan berbelok dua kali, akhirnya ia melihat nomor kamar He Jichen.
Ji Yi berhenti berjalan dan menatap lekat-lekat pintu kamar He Jichen untuk waktu yang lama. Tetapi pada akhirnya, dia tidak punya cukup keberanian untuk mengetuk pintu.
Ia mulai mondar-mandir di depan pintu, dan ketika untuk ketiga kalinya berjalan melewati pintu kamar He Jichen, gadis itu tiba-tiba menarik napas dalam-dalam. Ia lalu mengambil satu langkah lebar ke depan pintu, mendongak, dan mengulurkan tangan ke arah bel.
Jari-jemarinya belum sempat menekan bel, ketika dia merasakan rasa percaya dirinya mulai menghilang.
Apakah terlalu mendadak jika aku datang ke kamarnya sambil membawa nasi goreng telur?
Ji Yi menarik kembali jarinya. Pada akhirnya, dia memilih untuk menyerah. Tetapi baru saja dia hendak pergi, seseorang dari dalam kamar He Jichen mendadak membuka pintu.
Sekujur tubuh Ji Yi mendadak gemetaran dan dia segera mundur dua langkah ke belakang.
Orang yang baru saja membuka pintu itu mungkin tidak mengharapkan akan ada orang lain yang berdiri di depan pintu, jadi ketika melihat Ji Yi, dia memekik "Ha?" Dia lalu segera menguasai dirinya dan menatap Ji Yi dengan ekspresi terkejut, kemudian dengan tidak percaya dia berkata, "Nona Ji?!"
Ji Yi memaksa jantungnya yang berpacu agar kembali tenang, kemudian mendongak memandang pria itu.
Ji Yi mengenalnya. Dia adalah asisten He Jichen, Chen Bai.
"Nona Ji, mengapa anda ada di sini?" Chen Bai kembali berbicara dengan suara yang lebih stabil dan tidak terdengar terlalu terkejut seperti sebelumnya.
"Saya…" Ji Yi, yang belum memikirkan dengan baik akan alasannya menemui He Jichen, hanya dapat mengucapkan satu kata itu dan dengan canggung berdiri di sana.
"Anda di sini untuk menemui Tuan He?" Karena Ji Yi berhenti berbicara, Chen Bai dengan santai melanjutkan kalimat itu untuk Ji Yi. Tanpa menunggu jawaban Ji Yi, dia minggir ke samping, dan mengisyaratkan dengan gerakan tangan agar Ji Yi masuk. "Nona Ji, silahkan masuk."
Karena sudah tertangkap basah, bahkan jika ingin melarikan diri, kini dia sudah tidak bisa melakukannya lagi… Ji Yi hanya bisa memberanikan diri dan mengikuti Chen Bai masuk ke dalam kamar.
Kamar He Jichen amat-sangat-besar. Setelah berjalan sekitar sepuluh meter, Ji Yi akhirnya melihat He Jichen duduk di sofa, di depan jendela yang menjulang tinggi.
Kepalanya tertunduk sembari menggunakan tangan kiri untuk membuka perban di tangan kanannya.
Sepertinya pemuda itu tidak mendengar percakapan Ji Yi dengan Chen Bai, maka dia bahkan tidak mendongak ketika merasakan bahwa Chen Bai kembali. Dia melanjutkan membuka perbannya sambil bertanya dengan suara datar, "Apakah ada hal lain?"
"Tidak, tetapi Nona Ji ada di sini," jawab Chen Bai.
He Jichen tiba-tiba berhenti melakukan apa yang sedang dikerjakannya dan perlahan mendongakkan pandangan dari tangan kanannya untuk sesaat.
Bibirnya terlihat berkedut. Begitu melihat Ji Yi, ekspresi di wajahnya segera berubah dingin seperti biasanya.
Dia tidak mengatakan apapun, tetapi lalu mengalihkan pandangannya dari Ji Yi, ke wajah Chen Bai.
Merasakan tatapan He Jichen, sang asisten segera paham akan maksudnya. Ia pun segera berkata, "Tuan He, saya masih ada urusan lain, jadi saya pergi dulu."