Chereads / Milyaran Bintang Tak Sebanding Denganmu / Chapter 255 - Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (5)

Chapter 255 - Mengapa Tidak Kau Ceritakan Padaku? (5)

Kesal, He Jichen memalingkan muka sembari mengutuki dirinya sendiri karena tidak mampu memenuhi harapannya. Kemudian dengan tiba-tiba dia mengulurkan tangan dan menarik lengan Ji Yi.

Ji Yi begitu terkejut sehingga hanya mampu mengucapkan satu kata, "He-" sebelum terjatuh ke dalam pelukan He Jichen. Tubuhnya membeku, dan detik berikutnya, kedua kakinya sudah tidak lagi menyentuh tanah. Ketika tersadar, dia sudah dibopong oleh He Jichen.

Spontan ia mendongak dan memandang wajah pemuda itu.

Dengan raut wajah yang dingin, dia menatap lurus ke depan dan berjalan menuruni tangga sambil membopong Ji Yi, dibawah pandangan heran semua orang yang berkerumun. Pemuda itu melangkah dengan mantap menuju sisi mobilnya.

He Jichen menarik pintu mobil hingga terbuka dan menurunkan tubuh Ji Yi ke dalamnya. Kemudian dia berjalan memutari mobil dan masuk ke sisi pengemudi tanpa mempedulikan tatapan nanar orang-orang yang ada dalam kerumunan. Segera setelah itu, ia menginjak pedal gas, memutar kemudi, dan meninggalkan tempat itu.

Setelah mobil sampai pada jarak yang cukup jauh, Ji Yi menolehkan kepala dan melihat ke arah He Jichen. Tidak ada tanda-tanda ekspresi pada raut wajah pemuda itu sembari menatap tak berkedip pada jalanan di depannya, tetapi ada aura kekesalan yang menyelimutinya.

Ji Yi ragu untuk sesaat dan berkata pada He Jichen dengan suara pelan, "Terima kasih."

Alis He Jichen berkedut, tetapi dia tidak menjawab perkataan Ji Yi.

Ji Yi tidak mengatakan apa-apa lagi dan suasana di mobil pun kembali hening.

Ketika mereka sampai di hotel, He Jichen terlebih dulu keluar dari mobil. Dia memutari mobil dan ketika sampai di samping Ji Yi, petugas parkir membantu membukakan pintu mobil untuk Ji Yi.

Ji Yi menggerakkan kakinya untuk keluar, tetapi sebelum sempat menginjak tanah, He Jichen membungkuk dan membopong tubuhnya.

Jemari Ji Yi gemetar ketika dia berbicara dengan sangat pelan, "A-Aku bisa jalan sendiri…"

He Jichen melangkah masuk ke dalam lobi hotel dan kemudian ke dalam lift seakan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Ji Yi.

Dia tidak berhenti sampai mencapai depan pintu kamar Ji Yi, rasa bingung melintas di benak Ji Yi. Semua pemeran film dan para kru tinggal di hotel yang sama, jadi nomor kamar ditangani oleh penanggung jawab akomodasi. Bagi seseorang dengan posisi seperti He Jichen, dia tidak seharusnya menghafal nomor kamar di mana semua orang menginap. Akan tetapi, tanpa perlu bertanya, dengan mudahnya He Jichen menemukan kamarnya…

Yang berarti bahwa, He Jichen tahu persis letak kamarnya sejak lama. Dan mungkin, dia pernah mengunjungi kamar ini?

Bukankah dia selalu membenciku dan mengabaikanku? Tetapi mengapa ia masih saja memperhatikanku? Seperti apa yang terjadi tadi di lokasi syuting ketika aku terluka, dia bereaksi berlebihan dan kehilangan kendali diri …

Benak Ji Yi berkelana terlalu jauh memikirkan tentang He Jichen sampai-sampai dia tidak mendengar pria itu bertanya, "Kunci kamar?"

He Jichen melihat bahwa pandangan Ji Yi terpaku pada nomor pintu kamarnya. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis itu, tetapi dia bertanya lagi, "Kunci kamar?" Karena Ji Yi masih juga belum merespon, dia langsung merogoh tas Ji Yi dan mencari kuncinya.

Tindakannya itu membuat Ji Yi tersadar, dia kemudian buru-buru menarik kunci kamar dari saku samping tasnya.

Dibandingkan dengan kamar suite tempat He Jichen menginap, kamar Ji Yi sangatlah kecil. He Jichen mengerutkan kening ketika memasuki kamar dan membaringkan Ji Yi di ranjang.

Dia memiringkan kepala dan melihat ke arah pinggang Ji Yi, merasa lega ketika melihat tidak ada jejak darah yang merembes ke pakaiannya. Maka ia pun bangkit, dan menuangkan segelas air untuk Ji Yi.

Tong sampah kebetulan ada di dekat meja di mana He Jichen menuang segelas air itu. Tepat ketika dia hendak membawa segelas air itu kepada Ji Yi, dia melihat tumpukan tisu bernoda darah di dalam tong sampah.

Darahnya tidak terlalu banyak, tetapi semua tisu itu diremas jadi satu …

Hati He Jichen sesaat bergetar, sedetik kemudian dia melihat ke arah Ji Yi dan bertanya, "Kau terluka di mana lagi?"