Kata-kata He Jichen yang kurang jelas itu membuat Ji Yi tertegun, maka ia pun bertanya, "Apa?"
Pandangan He Jichen mengarah kembali ke tong sampah, "Kenapa ada banyak sekali darah di sana?"
Saat itulah Ji Yi menyadari apa maksudnya dan menjelaskan dengan terburu-buru, "Aku sering mimisan. Aku mengalami dehidrasi beberapa hari ini, jadi mimisan."
Jari-jari He Jichen yang memegang gelas menegang.
Dia bukannya tidak memperhatikan Ji Yi di lokasi syuting. Dari waktu ke waktu, dia mengawasi gadis itu. Syuting film adalah sebuah proses yang sulit dan melelahkan, karenanya ada banyak aktor dan aktris yang langsung meminum air setelah selesai syuting. Ketika Ji Yi pertama kali bergabung dengan para pemain film, dia juga melakukan hal yang sama, tetapi dia mulai minum sangat sedikit semenjak sekitar setengah bulan yang lalu.
Dia pun bingung mengapa Ji Yi tidak pernah minum air. Baru hari ini setelah dia mendengar apa yang dikatakan oleh penanggung jawab kostum, akhirnya dia mengerti semuanya.
Ji Yi bukannya tidak ingin minum, tetapi dia tidak berani minum karena takut bahwa seseorang telah mencampur air minumnya dengan sesuatu. Ada banyak sekali pemain dan anggota kru yang marah pada Ji Yi hari itu ketika dia mengacaukan proses syuting. Khawatir hal itu akan terulang lagi, untuk sekedar berhati-hati, dia memilih untuk tidak minum. Akibatnya, dia mengalami dehidrasi dan mimisan…
Kemarahan yang dengan susah payah dia tahan selama mengemudi kembali ke hotel, kini kembali lagi.
Dia marah pada Qian Ge, tetapi dia bahkan lebih marah pada dirinya sendiri.
Ji Yi memiliki dirinya yang selalu ada di sampingnya, jadi mengapa dia masih juga menderita?
Setelah melontarkan dua pertanyaan tersebut, pria itu berdiri di sana tak bergeming sambil memegang segelas air, seperti patung. Dia terlihat seakan sedang berpikir keras.
Ji Yi menunggu beberapa saat, tetapi karena melihat bahwa He Jichen sepertinya tidak akan segera tersadar dari lamunannya, gadis itu dengan sengaja mendeham.
He Jichen mengangkat kepalanya karena terkejut dan melihat ke arah Ji Yi, kemudian berjalan ke sisi ranjang dengan membawa segelas air.
Ji Yi menerima gelas itu, mendongak ke arah He Jichen dan mengucapkan, "Terima kasih." Ji Yi tak sengaja beradu pandang dengan pria itu. Di matanya, Ji Yi dapat melihat sekilas amarah.
Apakah dia marah? Siapa yang membuatnya marah?
Ji Yi, yang secara pribadi sudah beberapa kali melihat kemarahan He Jichen, tiba-tiba menjadi waspada. Dia khawatir jika He Jichen akan melampiaskan amarah pada dirinya pada detik berikutnya.
Pria itu berdiri tak bergerak di sisi ranjang dengan raut wajah yang dingin.
Dia mengulurkan tangan pada gadis itu ketika Ji Yi selesai minum air.
Saat meletakkan gelas itu kembali ke atas meja, He Jichen melihat dua kardus mie instan di lantai.
Salah satu kardus itu belum dibuka, dan kardus yang satunya hanya tersisa dua bungkus mie saja.
Si penanggung jawab kostum berkata bahwa semenjak Ji Yi bergabung dengan para pemain film, dia belum pernah sekalipun kebagian makan siang di lokasi syuting… meskipun He Jichen khusus menyuruh seksi sibuk untuk memesan makanan favoritnya… Ji Yi justru hanya makan mie instan setiap hari?
He Jichen amat-sangat marah sehingga jari-jarinya sontak menegang. Karena lupa bahwa dia masih memegang sebuah gelas, dia meremas gelas itu hingga pecah di tangannya.
Pecahan kaca menusuk telapak tangannya, tetapi dia seolah tidak merasakan apapun. Kemarahan yang terpancar dari mata dan kerutan keningnya semakin meluap-luap.
Mendengar suara gaduh itu, Ji Yi spontan menoleh dan melihat darah menetes dari tangan He Jichen. Gadis itu spontan berdiri dan tanpa sengaja lukanya tertarik. Rasa sakitnya memaksa Ji Yi menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa saat, dia memanggil nama pria itu: "Direktur He…"
Ketika mendengar suara Ji Yi, tubuh He Jichen bergetar sesaat, tetapi dia tidak juga menoleh. Ia terus memandangi dua kardus mie instan itu.